Semua orang yang berkumpul disana sudah bersiap dengan kuda-kuda kokoh masing-masing. Menatap nyalang pada seorang cowok yang berdiri tenang namun menguarkan aura mengintimidasi, tatapannya intens seolah mengukur kemampuan mereka semua.
"Gak salah nih? Curut satu itu nyuruh orang lemah kek kalian hadapin gue?" tanya cowok itu dengan nada merendahkan khasnya.
"Sombong kali kau Jo, pikir kau pake otak mampu ngadepin kita-kita disini hah?"
Yandra, tidak, yang saat ini memakai nama Jo tertawa kecil mendengar ucapan Dandi yang terdengar lucu olehnya ditambah dengan logat medannya yang agak amburadul itu.
"Gak perlu pake otak, kaya lo punya otak aja."
Dandi mendecih akan ucapan Yandra, "Serah kau lah punya mulut. Ya sudah, tak usah banyak cakap. Hajar dia!!!"
Yandra meladeni serangan para pengeroyoknya dengan senang hati, meski seorang diri dia sama sekali tidak gentar. Dan juga, teman-temannya sebentar lagi juga datang.
Buggh
"Arggh!" erang Dandi tatkala hantaman Yandra telak mengenai perutnya membuatnya terpental kebelakang.
"Gimana sih lo Dan? Bentar doank udah jatuh elah. Pergi deh sana panggil majikan lo. Jo nantang dia duel."
Merasa marah, Dandi bangkit dan kembali menyerang Yandra. Muak sudah dia dengan tingkah songong orang yang sedang dilawannya itu. "Roy gak bakalan mau nerima tantangan dari cowok pengecut kaya lo."
Yandra tersenyum remeh. "Atas dasar apa lo bilang gue pengecut heh? Yang pengecut itu kalian semua bego, beraninya keroyokan terosss..."
Meski bertarung sambil berbicara, fokus Yandra sama sekali tidak terpecah. Bahkan sekarang dia sudah menjatuhkan hampir setengah lawannya bertepatan dengan sampainya teman-temannya disana.
"Lama banget sih monyet!! Mau nungguin gue babak belur dulu lo?" tanya Yandra dingin pada Tomi.
"Sory bos." balas Tomi singkat dengan tangan menangkis tendangan yang datang tiba-tiba dari sampingnya.
Tak menyahut, Yandra kembali memfokuskan diri pada musuh-musuh yang ada dihadapannya.
Sebentar saja, tak ada satupun dari musuhnya tadi yang berdiri tegak. Semuanya sudah terkapar dalam keadaan yang menyedihkan, terutama Dandi. Cowok itu meringis merasakan ngilu pada matanya yang tak mau terbuka sempurna karena bengkak, ditambah badannya yang serasa remuk redam.
Yandra tertawa puas melihat apa yang terhampar dihadapannya. Senang melihat semua musuhnya terlihat tidak berdaya. "Benarkan apa yang gue bilang! Udah pengecut mainnya keroyokan, kalah lagi. Malu anjir... hahaha!"
Merah padam wajah semua yang ada disana karena kalimat Yandra tadi. Dandi pun tak bisa berkata apapun lagi karena selain ucapan Yandra yang benar adanya, juga karena bibirnya yang sobek dan akan sakit jika digerakkan. Bukannya membawa kemenangan, yang ada mereka dipermalukan.
"Udah Tom. Lo bisa bawa anak-anak ke basecamp sekarang. Gue ada urusan jadi gak bisa ngumpul bareng kalian pada." Yandra menepuk sekilas pundak Tomi, kemudian berlalu dari sana dengan motornya.
Tomi pun tak menunggu Yandra hilang dari pandangan mengajak teman-temannya untuk segera pergi meninggalkan tempat iti diiringi tatapan-tatapan marah dari Dandi juga anak buahnya. Ingin kembali menyerang pun, tenaga mereka seolah tersedot habis sampai tidak bersisa sedikitpun. Jangankan menyerang, berdiri saja belum tentu mampu.
*****
Yandra membawa motornya dengan kecepatan sedang, menikmati angin yang berhembus menampar wajahnya yang tertutup masker. Sesekali dia meringis saat hembusan itu justru membuat lebam di wajahnya berdenyut nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYANDRA
Teen FictionTidak banyak yang dapat di deskripsikan dari seorang Nana, hanya seorang gadis yang sangat biasa, terlahir dari keluarga biasa, semuanya serba biasa. Namun, disaat dia akhirnya bisa dekat dengan orang yang di sukainya diam-diam... apa yang selama i...