Ketika kamu memanggil namaku
Jantungku menjadi tak karuan
Kegugupan menyelimutiku seketika
hanya karena berada di hadapanmu,
Bahkan lebih dari menghadapi
Beribu - ribu manusiaDear, guru Matematika-ku
🌵🍁🍀
"Sial, gue lupa ngerjain matematika, udah malem sih, males anjir"
"Bodo amat sama matematika" ucapnya, diambilnya sebuah smart phone diatas ranjang.
Jarinya menari - nari dilayar smartphone, menggeser, menggulir, mengetik, sibuk dengan layar dihadapannya tanpa mempedulikan kesialan yang akan menimpanya esok hari.
Dia, Alvaro Wytsky Xavieral Augustha, cowok yang terkenal disekolahnya, terkenal playboy, terkenal ketampanannya, terkenal kepintarannya, terkenal kenakalannya;Rupanya tampan, terlihat dewasa, alis tebal, sorot matanya yang tajam, bibir tipis, rahangnya yang tegas, mampu memikat hati wanita manapun.
Kata orang - orang, Alvaro ini cowok aneh, plus misterius, sikapnya labil, matanya selalu terlihat menyembunyikan sesuatu, ekspresinya datar, jarang sekali tersenyum apalagi tertawa.
Katanya sih, Alvaro punya kembaran, sangat mirip dilihat dari rupanya, gaya berpakaiannya hampir sama, berbanding terbalik sifatnya dengan Alvaro, namanya Cloudre De Vasifel, Cloud itu Periang, pelawak, terbuka, pokoknya moodbooster banget!.Matanya terpejam, perih, salahnya juga bermain smartphone di kamar yang keadaannya gelap gulita. Diliriknya jam yang tertera dilayar smartphonenya, 11:00 pm.
Tik, tik
Benar - benar sunyi, bunyi jarum jam tangannya saja sampai terdengar.
Alvaro memejamkan matanya, berharap dapat mengunjungi dunia mimpi.Tes tes
Telinganya masih dapat mendengar, suara tetesan air yang ditinggalkan hujan sebagai kenangan. Mengabaikan suara - suara aneh lainnya, Alvaro masih tetap terjaga.
🌵🍁🍀
Silau, Alvaro menyipitkan matanya berusaha mengumpulkan nyawanya.
Dikucek nya mata yang mengeluarkan sorot tajam itu yang berair.
Setelah dirasa kesadarannya telah terkumpul, Alvaro bangkit dari duduknya berjalan menuju kamar mandi.15 menit, waktu yang dibutuhkan Alvaro untuk membersihkan tubuhnya;
Tubuh Alvaro kini ditutupi dengan pakaian seragam sekolah, baju putihnya di keluarkan, rambutnya seperti habis diterjang badai.Kaki Alvaro melangkah, membawanya ke hadapan sebuah cermin besar, dilihatnya penampilannya. Setelah dirasa cukup, Alvaro melangkahkan kakinya keluar kamar, menuruni tangga, menuju ruang makan.
Di sana, terlihat ibunya sedang menyiapkan makanan, merasakan kehadiran seseorang sang ibu hanya melirik sekilas putranya, wajahnya terdapat lebam, tangannya terdapat sayatan. Alvaro menghela nafasnya, tak habis pikir dengan ibunya.
Sang ibu melangkah pergi, meninggalkan Alvaro yang baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi.
Alvaro memakan makanannya ditemani dengan keheningan, hanya dentingan sendok dan garpu saja yang mengisi keheningan, walau tak seberapa. Sendiri, rasanya Alvaro tinggal sendirian di rumah sebesar ini, Sayang, Alvaro tak peduli, sudah biasa.Tak mau berlama - lama ditemani keheningan, Alvaro bergegas keluar rumah, menaiki mobil sport - nya, mengendarainya dengan kecepatan rata - rata.
10 menit, waktu yang ditempuh Alvaro dalam perjalanan menuju rumah temannya, Denzel Pratama Xavier;
Alvaro membuka pintu mobilnya, dan melangkah memasuki rumah Denzel tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Eh, Skay dateng" ucap Denzel yang sedang memakan jatah makannya, ditemani kedua orang tua dan adik perempuannya; iri, itu yang Alvaro rasakan.
"Alvaro,ayo makan bareng kami!" ajak ibu Denzel.
"Ga usah tan, Alvaro udah makan tadi di rumah" Alvaro tersenyum walau tipis.
Denzel yang sedari tadi menyimak, hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tersenyum miris, kasihan.
"Kalo gitu, Alvaro tunggu di ruang tamu aja ya, tan?" tanya Alvaro, yang ditanya hanya mengangguk dengan senyuman manisnya.
Lagi, Alvaro melangkahkan kakinya menuju ruang tamu keluarga Xavier.
Alvaro menunggu Denzel sembari memainkan smartphone miliknya.
Diliriknya jam yang tertera pada layar smartphonenya, 6 : 30 am, hampir telat."Yok, Skay kita berangkat!" suara lantang Denzel membuat Alvaro sedikit terkejut, walau hanya sekilas.
Alvaro beranjak dari duduknya, melangkah keluar meninggalkan sahabatnya. Denzel mendengkus, dasar tidak sopan.
Denzel akhirnya menyusul, walau masih kesal."Mobil, motor?" tanya Alvaro pada Denzel yang terlihat berpikir.
"Mobil aja, gue lagi males nyetir" Ucap Denzel akhirnya, Alvaro mengangguk.
Alvaro mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi;
Tepat, mereka sampai di sekolah pukul
7:00 am; Mobil Alvaro memasuki gerbang, disambut dengan suara melengking khas wanita yang saling bersahut, memuja, membenci, mencintai, menyayangi, atau ungkapan apapun itu hanya untuk Alvaro dan Denzel.Saat mereka berdua keluar dari mobil, suara teriakkan itu masih saja terdengar, Alvaro diam, Denzel mendengkus.
"Berisik" ucap Denzel yang paling merasa risih dengan teriakkan para wanita, meskipun sudah terbiasa, tetap saja Denzel masih tak menyukainya, menyebalkan.
Merka berdua berjalanan beriringan di koridor kelas 12, tentunya ditemani dengan teriakkan para wanita.
"DENZEL JADI PACAR GUE YA?!"
"ALVARO, KOK LO MAKIN GANTENG SI?!"
dan lain sebagainya.
"Woy!" Denzel dan Alvaro menoleh ke arah suara, terdapat sahabat mereka, Bintang Angkasa Aldebaran.
Orang - orang menyebut mereka dengan sebutan 'BAD' Bintang, Alvaro, Denzel, serasi dengan nama kelakuan mereka.Bintang menghampiri mereka berdua, jadilah mereka bertiga berjalan beriringan.
Alvaro berjalan sedikit lebih di depan, dengan tangannya yang memegang smartphone, matanya yang terfokus pada smartphonenya, tiba - tiba smartphonenya terjatuh, "bangsat" terkejut, umpatan keluar dari mulut Alvaro, ada seorang cewek yang menabraknya sedang mengambil smartphone milik sang cewek.Setelah mendapatkan smartphonenya, cewek itu beranjak pergi begitu saja, sial, harga dirinya terinjak begitu saja. Diambilnya smartphone milik Alvaro, untung saja Alvaro sempat melihat name tag sang cewek penabrak tubuh kekarnya, Aurora Geovany Z.
🌵🍁🍀
TBC
©VerbFeverfew
2/10/19.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY AL
Teen FictionAlvaro Wytsky Xavieral Augustha, Al-nya Aurora, awannya Langit.