hah

36 5 3
                                    

Farah POV.

Tidak aku sangka hal Yang ku takutkan akhirnya tiba juga.Saat ini rasanya tubuhku remuk seiring hati yang terkikis perih. Saat tutur..ah.. tidak!! itu semacam ultimatum bagiku,saat suara abah meresap ke gendang telinga saat itu pula tidak ada Yang bisa dilakukan selain menganggukkan kepala.

Aku tau saat saat ini pasti akan datang, tapi tidak ku sangka tiba ketika hatiku tidak ada persiapan.

Abah mengelus kepalaku sayang dengan mata menyorot kehangatan.
"Bagaimana nduk? Kamu terima kan? "
Hatiku mencelos, seiring tangan Yang mengepal erat menahan mati matian gejolak hati Yang meledak menoreh luka sembilu.

Mbak kia memandangku lirih,aku tau beliau pasti juga merasakan kesedihanku,saat pandangan kami bertemu beliau menganggukan kepala dengan senyum hangat,mengingatkan bahwa semuannya akan baik baik saja.
Lagi lagi rasanya hatiku diremas. Gundaman hati memukul berkali kali.

Aku masih menunduk dengan tangan saling meremas di balik kerudung.
"Farah.. "Suaraku tercekat. Sungguh ini rasanya sakit sekali Ya Allah. Kupandangi wajah teduh abah, jenggot sudah mulai berwarna putih apalagi rambut dibalik peci itu tak kalah putih. "Abah.... "Lirih ku dalam hati.

Kupejamkan mata menepis gejolak hati Yang semakin mencekik"Farah terima lamaran Gus Abi".ucapku dengan satu tarikan nafas.

Dan yah..!!
Saat itu pula hati ku dibawa lari.

Abah tersenyum lebar dengan binar bahagia.

"Ya Allah.. Abah sebahagia itukah. Maafkan farah abah.. "

"Alhamdulillah..alhamdulillah...Ya Allah"ucap abah dengan tangan menengadah ke atas.Beliau tersenyum lebar hingga ke mata sampai kerutan itu tercetak jelas di wajahnya.

Aku tersenyum getir hanya Allah Yang tahu bahwa hatiku menangis.

Hakikat Farah BillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang