02; grade 11

17 3 6
                                    

Pagi ini Naumy sedang menelusuri lorong kelas XI MIPA berusaha mencari namanya di setiap daftar nama siswa yang tertempel di depan pintu. Cemas-cemas ia berharap satu kelas lagi dengan teman-temannya. Namun, sampai kelas sebelas mipa 6 pun ia belum menemukan namanya. Dengan berat hati ia naik ke kelas atas untuk mencari namanya lagi.
Tiba di depan kelas sebelas mipa 7, ia menemukan namanya di atas nama saingannya dulu.

Kinan pun tak ada bedanya dengan Naumy, sama-sama panik, bagaimana jika ia terpisah dengan teman-temannya saat kelas 10 dulu. Ia menggumam cemas seiring matanya mencari namanya, ia mempercepat langkah kakinya, "Kok nggak ada namaku sih!"

"Kinan Tiara Andrean" namanya tertulis di daftar nama siswa kelas mipa 7. Ia meneliti nama-nama yang lain, hampir tak ada yang dikenalinya. Sampai, entah darimana si siswi berpipi gembul yang dikenalnya beberapa minggu lalu itu berdiri disamping Kinan.

"Kamu mipa 7 juga, Naumy?" yang ditanya mengangguk dengan ekspresi sendu, tampaknya mereka senasib.

"Untunglah aku punya kenalan disini, kalau nggak ada kamu, bisa mati aku," ucap Kinan dramatis.

Naumy terkekeh, "Sama aku juga kok haha."

•••••

"Aku pengen mipa 4!!!!!" pekik Karisha Denaya dengan raut muka hampir menangis. Apalagi di kelas mipa 7 ia hanya kenal Wanti, teman SD nya dulu.

"Wantiii.." panggil Icha dengan nada lesu.

"Ehh Icha, Kamu kelas sini juga?"

"Iya. Mana yang aku kenal cuma kamu lagi," Keluh Icha sambil bergegas duduk di kursi kosong samping Wanti.

"Yaudah nggak papa, nanti lama-lama juga kenal."

Belum sempat membalas perkataan Wanti, Seorang siswi dengan raut muka kesal masuk sambil membanting pintu dan menghentak-hentakkan kaki berjalan ke arah meja guru. Bukan Aletha namanya jika ada yang tidak mengenalinya. Beruntungnya hari ini Aletha sedang berusaha menahan amarahnya.

"Kenapa harus mipa 7" gumamnya dalam hati.

•••••

Lain halnya dengan Yerra. Ia sedikit bisa menerima bahwa ia masuk di kelas mipa 7, tapi ada satu hal yang ia khawatirkan, "Pinter-pinter semua anjing."

Ia membuka pintu kelas barunya malas, setelahnya ia memilih kursi kedua dari depan, disamping temannya saat kelas 10 dulu, Risa.
"Wah kita sekelas ya, Yer! Temen lo yang dari kelas 10 siapa aja?"

"Oh itu, ada si Naumy sama Nada doang."

"Eh Aletha kelas sini ya?" tanya Yerra, tangannya memainkan uang lima ribuan asal.

Risa mengangguk, "Pinter-pinter semua ini isinya anjir. Pasti gue paling bego."

"Lo bego gue apaan," balas Yerra kesal.

•••••

Hari pertama di kelas baru, Kinan dan Naumy duduk bersebelahan di bangku pojok kiri belakang. Suasana kelas saat itu sangat canggung dan tegang. Semua orang fokus dengan kegiatannya masing-masing, dan berusaha mengeluarkan suara sesedikit mungkin. Tak jarang ada yang keluar kelas karena merasa sedikit tidak nyaman.

Tak lama seorang guru masuk dengan buku-buku ditangannya. Ia mengulas senyum, "Selamat pagi anak-anak."

"Pagi pak.."

Beliau kemudian berjalan ke meja guru dan menaruh tas diatas kursi serta buku-bukunya diatas meja.

"Anak-anak, perkenalkan nama saya Bapak Baseno. Anak anak bisa panggil saya Pak Seno saja. Oh ya, sebelumnya saya mau mengucapkan selamat kepada anak-anak semua karena telah naik ke kelas 11 dengan nilai yang memuaskan.
Saya sekarang di amanati sekolah untuk menjadi wali kelas dari anak-anak kelas sebelas mipa 7. Dan agenda kita hari ini adalah pembentukan pengurus kelas."

Petir!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang