Kami kembali menuju mobil Dexter yang terparkir. Setelah itu Dexter melajukan mobilnya. Setelah hampir satu jam, Dexter menghentikan mobilnya didepan gerbang sebuah bangunan.
"Saat berada didalam kau akan dibuat takjub" ucap Dexter melangkahkan kakinya lebih dulu setelah keluar dari dalam mobil. Aku berhenti dibelakangnya.
Dexter melangkah mendekati gerbang. Ia dengan mudah membuka gerbang yang mengejutkan tidak di kunci. Atau mungkin penjaganya sudah masuk melihat sudah pukul 3 pagi sekarang.
Kami masuk bersama melewati gerbang, menyebrangi jalan menuju gedung putih yang berada didalam. Begitu masuk yang aku lihat adalah beragam lukisan yang terpajang di dinding. Lukisan dari beberapa pelukis terkenal, begitu berwarna dan artistic. Klasik.
"Apakah ini hobimu yang kau sembunyikan?" Aku bertanya berhenti didepan salah satu lukisan besar, lukisan abstrak dengan campuran berbagai warna.
"Ibuku sangat suka melukis, dan hobiku tidak berada ditempat ini" ujar Dexter yang membuatku menoleh kepadanya. "So?"
Dexter melanjutkan langkahnya lagi dan aku mengikuti dibelakangnya. Kami semakin masuk melewati koridor yang dipenuhi oleh lukisan-lukisan klasik. Tanpa aku sadari tempat ini cukup gelap, bahkan sejak pertama masuk namun aku tidak begitu merasakannya karna lukisan-lukisan yang berada didalam ruangan seperti sebagai penerang.
Dexter berhenti didepan ambang pintu menuju ruangan lainnya. Kali ini berbeda dengan apa yang terlihat didepan. Gambarnya terlihat lebih nyata dan terlalu banyak warna putih dan hitam dalam gambar.
"Tempat ini seperti tempat untuk rileksasi..melihat potretan dari para fotografer ternama didalam ruangan ini benar akan menenangkanmu dengan keindahan gambar yang diambil" ujar Dexter dengan mata yang begitu bersinar cerah saat mengutarakan kalimatnya.
"Aku tidak pernah mengajak siapapun ke tempat ini selain bersama ibuku.." ucap Dexter menoleh padaku, menatapku. "Dan kau membawa anak kecil yang baru saja kau kenal?" Ucapku membuat Dexter terkekeh kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Kau bukan anak kecil, kau teman adikku..dan dia bukan anak kecil lagi, so." Ujarnya.
"Well, mungkin kau dapat menjadi temanku juga" ucap Dexter lagi kini aku yang tertawa karnanya. "Kau yakin akan berteman dengan seorang siswi sekolah?"
"Hanya untuk malam ini, karna aku merasa aku juga membutuhkan waktu bersenang-senang dan memikirkan masalah yang harus ku selesaikan" ujar Dexter, aku berhenti tertawa dan menatapnya yang memberikan ekspresi seriusnya kembali.
"Ekhemm.." aku berdehem menghentikan kesunyian yang kami buat. Aku berbalik menghadapnya, berdiri didepannya. "Apa kau ingin lihat apa yang aku sukai?" Ucapku.
"Oh ya, adikku?" Ujarnya mengejek yang membuatku menatapnya tajam. "Okay, kau ingin pergi ke suatu tempat lagi?" Dexter lanjut bertanya.
Aku menggelengkan kepalaku kemudian berkata "Aku dapat menunjukkannya padamu kapanpun dan dimanapun" ucapku melangkah mundur jauh darinya. "Oh tunggu.." aku kembali berlari kecil berdiri dihadapannya.
"Bisa berikan ponselmu?" Ucapku. "Mengapa ponselku?" Ujar Dexter berkata seakan tidak akan meminjamkan ponselnya padaku namun tangannya segera merogoh saku celana dan memberikan ponselnya padaku.
Setelah mencari sesuatu yang aku perlukan aku mengembalikan ponsel Dexter. Kembali pada posisi dan lagu pun berputar. Swan Lake. Suatu cerita yang terkenal dikalangan ballerina begitupun para pecinta ballet juga anak-anak. Aku berlatih ballet sejak usiaku 8 tahun dan kini aku menjadi seorang ballerina. Aku melepas jaket yang aku kenakan dan juga sepatuku.
Badanku mulai merespon musik yang keluar dari ponsel Dexter. Aku merenggangkan tanganku, mengangkat kakiku dan berjinjit, berdiri hanya dengan jari kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong : Our Little Secret
RomanceMengetahui ibunya akan menikah lagi, Olivia Dean merasa tertekan. Memikirkan bagaimana dia harus tinggal bersama dengan pria asing yang akan menjadi ayah tirinya. Menghilangkan rasa stressnya ia menikmati malamnya. Malam yang tak akan terlupakan da...