Part 20

3.3K 178 6
                                    

Olivia Pov

Sinar matahari menusuk ke mataku sehingga membuatku terpaksa membuka mataku. Kepalaku terasa sangat berat dan sakit.

"Ya, aku tau kau sangat peduli dengannya. Kau melakukan hal yang benar dan melakukan sesuatu yang tidak dapat aku lakukan" Aku mendengar suara Magnolia, mataku segera mengelilingi ruangan.

Dinding putih polos adalah hal pertama yang aku lihat, kemudian terdapat sofa hitam di pojok ruangan. Sprei berwarna abu-abu polos. Betapa simplenya ruangan ini, namun terlihat mewah.

"Kau sudah bangun?" Suaranya menenangkan kepanikanku berada di ruangan asing. Aku bangun dan terduduk bersandar pada kepala tempat tidur.

Aku menoleh ke arah pintu dan melihat Dexter disana. "Bagaimana keadaanmu?" Dia melangkah menghampiri tempat tidur, ditangannya aku melihat sebuah nampan yang berisi mangkuk dan segelas air putih.

"Kepalaku masih sakit, tapi tak ada masalah" ucapku. "Aku mendengar suara ibuku tadi."

"Ya, tapi dia masih tidak ingin menemuimu, mungkin dia takut" ucap Dexter. Takut? Apa yang aku lakukan padanya semalam? Apa aku telah melewati batas. Aku ingin membenarkan posisiku dengan tangan yang menjadi bantuan. Begitu aku menakan tangan kananku pada kasur aku merasakan perihnya tanganku.

"Aw" aku meringis dan melihat tanganku berbalut perban dan terdapat bekas darah di bagian tengahnya.

Apa aku melupakan hal penting yang terjadi semalam?. Apa yang sebenarnya telah terjadi?.

"Kau baik-baik saja?" Dexter segera mengambil tanganku dan memeriksanya.

"Yeah, aku baik-baik saja" aku menarik tanganku kembali.

"Aku menemukan obat dalam tasmu, sudah berapa lama kau meminum obat itu?" Pertanyaan membuatku tak berani menatap mata birunya yang kini sedang menatap intense padaku.

"Tahun lalu" ucapku menundukan kepalaku merasa sangat bersalah melihat tatapannya yang seperti itu padaku.

"Kau tau kau tidak boleh meminum obat itu melebihi dosis di tambah kau meminum alkohol kemarin" ucap Dexter. Aku kini menatap matanya. Dia terlihat marah, khawatir dan sedih.

"I'm sorry" ucapku.

"No, kau harus mengatakan itu pada Ibumu" ujar Dexter meletakkan nampannya di atas meja nakas. Suara ketukan membuatku dan Dexter menoleh bersamaan.

"Mmm..apa aku mengganggu?" Elliot menongolkan kepalanya dibalik pintu.

"Tidak" ujar Dexter yang setelah itu melangkahkan kakinya keluar kamar. Akh menghela nafasku. Seorang Dexter yang dingin bukan favoritku.

Elliot berjalan masuk dan ia langsung menempatkan bokongnya itu di atas ranjang.

"Jika kau ingin memarahiku pergilah" ucapku merebahkan tubuhku dan menutup wajahku dengan bantal.

"Kau baru saja di marahi Dexter? Wow, dia benar-benar bertingkah seperti ayahmu sekarang. Semalam yang dilakukannya benar-benar mengejutkanku..dia seperti super hero" ujar Elliot. Aku mendengarkan setiap perkataannya dengan seksama, namun suara Elliot yang tak kunjung berhenti membuatku kesal.

Aku melemparkan bantal tepat di wajahnya. "Shut up!" Seruku menatapnya tajam. "Kau mengajakku minum dan semua itu terjadi" ucapku kembali duduk.

"Whoa whoa whoa, kau menyalahkan aku sekarang?"

"Pergilah" ucapku mendorong tubuhnya supaya bangun dari atas tempat tidur.

"Okay, aku akan pergi. Kau harus makan sarapanmu." Ujar Elliot mengacak rambutku, setelah itu ia berjalan keluar. Dia berhasil membuatku tersenyum dengan kedatangannya.

Wrong : Our Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang