Merupakan awal yang tak terduga. Terasa hidup kembali diberi corak warna baru oleh Sang Pemilik Kehidupan.
Terlalu dini untuk memanggilnya sahabat. Aku bahkan mengenalnya baru saja sebatas tau mengucap nama.
Kita panggil saja dia "senja".
Berbadan tinggi, kurus ideal, matanya sayu cantik, bersinar dibawah sinar matahari. bulu mata yang panjang disertakan lekukan mata yang lucu saat tertawa, membuatnya terlihat seperti seorang wanita.
Aku suka caranya tersenyum.
Seperti halnya mencium aroma harumnya kopi yang tanpa sadar mengundang reflek senyum tergambar di wajah.
Senja suka membawa diri berpetualang di tempat-tempat yang bisa disebut dekat dengan matahari. Gunung.
Seperti halnya dengan hobi mendakinya, dia suka menapaki hal baru juga rintangan yang baru.
Sayangnya, "kami" berbeda.
Senja suka menuntut bayar lelah yang di tempuh ketika mengalahkan rintangan yang dihadirkan alam, dengan hangatnya sinar mentari yang perlahan muncul di depan mata ketika awal hari baru menyapa. Sunrise.
Sementara diri , menyukai hangat sinar mentari penjemput pagi belumlah cukup. Tapi ku candu caranya pergi menutup hari dengan indahnya senyuman dibalik pegunungan, yang diakhiri warna melekat tinggal di pandangan mata. Sunset.
Senja suka nyamannya menyaksikan sunrise yang mengawali hari di daratan yang tinggi. Sementara diri , suka dengan caranya sunset menutup hari dengan nyamannya ombak menyentuh kaki di atas pasir yang empuk.
Di kala "kita" bertemu saat itu, kembali hadir dalam benak bahwa secercah harapan untuk saling mengenal kembali tumbuh.
Ku tak suka memupuk benih penasaran dalam pikir tapi entah kenapa, tanpa jeda rasa penasaran sekejap hadir tanpa memberi peringatan.
Gugup.
bagaimana tidak, ternyata "diri" mampu membawa raga diatas sepeda motor yang sama bersama "senja".
Gugup ku menelan mentah semua rentetan cerita yang telah saling kami utarakan.
Untunglah, senja si pencerita yang baik bertemu dengan diri sang pendengar yang baik.
Semua orang punya masa lalu.
Dia punya, aku juga punya. Bedanya, kita punya porsi cerita yang masing-masing beragam sesuai kapasitas diri di kehidupan masa lalu.Ku suka caranya mengucap kata.
Serasa telingaku dibelai oleh lantunan nada merdu pada setiap bait kalimat ucapan bibirnya.Sesekali tanpa sadar lenganku tersentuh dengan punggungnya.
"Hangat" gumamku.
Rasa penasaran diri menggila meminta jawab pada logika.
"Mengapa dia terlihat lihai membuat wanita nyaman seperti ini."
"Membuatku gila saja."
"Tapi, kusuka gila yang kali ini."
Terlalu cepat rasanya sang waktu berputar malam itu. Hingga akhirnya sang waktu membawa kami pulang kembali pada dunia masing-masing.
Lucu.
"Bagaimana bisa semesta mengizinkan hello dan goodbye berjumpa dihari yang sama." Keluhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
S e n j a .
RomansaSeperti halnya hobiku. Ku suka menyimpan rasa pada sebuah cerita. Setidaknya sebuah harap bisa ikut serta, barangkali diluar sana ada seseorang yang juga pernah rasakan hal yang sama. Rasanya seperti bahagiaku bertambah oleh setiap baris rasa yang...