"Yang tersulit bukanlah memilih, ataupun bertahan pada pilihan. Tapi saat dimana ingin menemukan alasan yang tepat, berakar kuat agar tinggal tetap pada pilihan itu sendiri."
Dalam setiap pilihan yang dipilih, pastilah diikutsertakan dengan sebuah kerinduan.
Tapi terkadang sering kulupa.
Tak semua yang kelihatan mengandung arti kebenaran.Hanya keyakinan penuh yang kupintah bisa menemani.
Benar adanya bahwa diri mengakui takkan menghadirkan sesal di akhir pilihan nanti.
Tapi,
Tak disangka dan tanpa disengaja arti proses terkesampingkan.Sekilas, kupikir mungkin bisa mengabaikan hal yg singgah dan bersuara nyata di telinga.
Bisa saja ku pasang senyum yang lebar, tepat di depan perasaan sedih.
Membiarkan keadaan menang.
Menahan rintihan kesakitan.
Menampung beban yang tenggelam dalam lautan air mata.Tapi tak semudah itu kawan.
Terlalu lelah bahkan untuk sebuah pengeluhan.
Dihajar hingga babak belur.
Tapi masih saja, berusaha berdiri bahkan hanya dengan betumpuh pada kaki kiri yang menolak pincang.
Rasa bisa saja mati.
Tapi raga tak boleh ikut mati.
Berilah waktu untuk berteduh dari derasnya hujan.
Duduk sejenak, dan biarkan hujan menghanyutkan pelik dan lara.
Sekalipun ternyata air mata takkan bisa terbendung lagi.
Tak apa. Toh diri memang juga telah basah diguyur hujan. -hati
Tak akan ada yang bisa membedakan air mata dengan air hujan.
Kau hanya lupa membawa payung. Mungkin.
Jika hujan berhenti, jangan tengok waktu.
Berdiri, berjalan, dan berlarilah. Jika perlu.
Pastikan yang menetes bukan lagi air mata.
Tapi keringat yang menandakan bahwa diri nyatanya tak jatuh tergeletak.Pulanglah.
Diri masih butuh beristirahat.Untuk memulai hari esok. Tentunya.
Katakan pada Hello,
Goodbye ternyata tak lebih menakutkan dari pada derasnya Hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
S e n j a .
RomansaSeperti halnya hobiku. Ku suka menyimpan rasa pada sebuah cerita. Setidaknya sebuah harap bisa ikut serta, barangkali diluar sana ada seseorang yang juga pernah rasakan hal yang sama. Rasanya seperti bahagiaku bertambah oleh setiap baris rasa yang...