24. Penantian

156 24 10
                                    


"Nak? Kau baik-baik saja? Hidungmu berdarah."

Wanita itu begitu khawatir menghampiri Youngjae. Tangannya sudah merogoh kasar tasnya demi menemukan sebuah tissue.

Sedangkan Youngjae masih melamun, melihat setiap gerak-gerik wanita itu dengan teliti. Mencari sebuah informasi yang membuat kepalanya terasa penuh. Wajah wanita itu disama-samakan pada foto seseorang dalam liontin yang Daehyun kenakan padanya.

Postur muka memang mirip. Ia tidak tahu selebihnya.

Tapi kalau memang dari sekedar wajah saja sudah semirip ini, bagaimana bisa ibunya yang Daehyun pernah ceritakan meninggal, masih terlihat sehat bugar?

"Aku tidak punya tissue, biar saya belikan.."

Youngjae segera mencegah. "Ah, tidak usah. Ini hanya sedikit saja, nanti juga hilang." Youngjae rupanya punya secarik kain dalam tasnya, kemudian menekan bagian hidungnya yang berdarah.

Wanita itu lega dan tak ada percakapan penting lain yang mereka hendak teruskan. Lagipula sang anak sudah menarik-narik lengan sang Ibu untuk segera pulang.

Kalau dilihat si anak juga tidak ada miripnya dengan Daehyun.

"Kalau adek baik-baik saja, saya pamit pulang." Wanita itu membungkuk badan kemudian berjalan ke arah yang berbeda. Youngjae terpaku pada wanita itu beberapa saat sampai ia terketuk untuk menanyakan sesuatu sebelum ia pergi. Ia menghampiri wanita itu dengan buru-buru, mencegahnya pergi lebih jauh.

"A—apa Anda kenal dengan Daehyun?"

Wajah wanita itu awalnya shock daripada menampakkan ekspresi bingung. Beberapa saat kemudian, ia tersenyum ramah dengan nada yang begitu santai pun menjawab. "Dia seorang artis bukan? Aku sering menonton penampilannya di tv."

Jawaban yang tidak sesuai harapan itu membuat Youngjae tidak bisa berkata. Ia meminta maaf karena sudah bersikap tak sopan, dan membiarkan wanita itu melanjutkan perjalanannya.

Youngjae menggaruk tengkuk, sedikit heran. Apakah hanya perasaan saja atau ada sesuatu yang Daehyun belum ungkapkan? Rasa penasarannya jadi memberat dalam benaknya.

"Oh tidak! Aku hampir lupa!"

Namun ia sejenak melupakannya, karena teringat bahwa ia harus pergi ke Hain untuk segera menuntaskan wawancaranya.

**

Daehyun terpekik ngeri setelah menghidupkan HP nya.

Temannya sampai menyumbat telinga tidak tahan.

Ada banyak sekali pesan Youngjae dan pesan lain tidak penting (termasuk yang tidak penting menurutnya : pesan sasaeng, pesan Dongwook, pesan teman elitis, partnership collab, sponsornya, dll). Baru saja dihidupkan, dan getaran hp nya menggila di tangan.

Ia lupa untuk memberikan nomor telepon kedua ke Youngjae. Ia tidak tahu kalo handphonenya sedang rusak selama waktu rehatnya dan terlalu fokus menyelesaikan masalah TS karena banyak paparazi mengejar-ngejar dia soal skandal yang telah terjadi. Kemungkinan besar hubungannya dengan Youngjae benar-benar menjadi sorotan jika sekali saja dia berhubungan dengan pemuda itu. Mengingat para paparazzi nakal selalu menghantuinya, dan ia selalu terlibat skandal bermacam-macam.

"Pesan pesaannya kejam sekali," setelah ia membaca semuanya. Pesan-pesan hinaan, dan makian yang tidak berperasaan mengarah padanya langsung. Seperti sebuah tamparan keras, yang pantas ia dapatkan karena ia tidak memberi kabar apapun. Ia seharusnya meminta bantuan Dongwook, namun ia harus tahu bahwa status manajernya sudah dicabut, dan dia bukan bagian dari BA lagi.

"Wajahmu lusuh sekali. Bukannya senang? Pacarmu itu memenuhi kotak masukmu?" Ia sedikit melirik pada isi pesan tersebut, namun Daehyun langsung memberi jarak. Ini sebuah privasi besar, tidak ada yang boleh tahu kecuali dia dan Youngjae.

My Idol, My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang