Pertemuan

120 41 34
                                    

Pagi ini, Elfa berjalan di koridor yang masih terlihat sepi.

Dengan menenteng setumpuk buku yang berada di tangannya. Ini adalah buku yang ia pinjam dari perpustakaan beberapa hari yang lalu.

Gadis itu gemar membaca, jadi tak heran jika otak Elfa rangking pertama dan termasuk juara umum sekabupaten. Belum provinsi sih.

Elfa berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.

Tanpa ia sadari ada seorang pria yang dari berlawanan arah yang tengah berjalan ke arahnya. Elfa berjalan sedikit tidak fokus, mungkin gara-gara memikirkan Kevin.

Pria itu memperhatikan gerak-gerik Elfa yang sebentar lagi menabarak sesuatu dan benar saja, gadis itu tersungkur ke belakang dan buku-buku yang tadi di gengamannya berserakan kemana-mana.

"Gila, sejak kapan ada tembok disini? Sakit kepala gue. Dasar tembok ngak berperikemanusiaan, kalau ada orang tuh seharusnya lo minggir. Kan kepala gue yang jadi korbannya. Benjol dah benjol" ucap Elfa mengusap keningnya yang sedikit kebiruan.

Pria itu terkekeh pelan, dan melangkahkan kakinya mendekati Elfa. Gadis aneh. Pikirnya.

"Tembok disalahin, situ waras apa kagak?" Elfa mendongak dan menatap tajam orang yang kini berdiri tegak di hadapannya.

"Urusannya sama situ apa yah? SDSK banget"
     
Orang itu berdehem sesaat. Kemudian ia beralih menatap Elfa lagi, kebetulan tinggi gadis itu hanya sebatas bahunya saja.

Jadi, orang itu sedikit menunduk. "Kenalin, nama gue Rangga Prangkas. Gue siswa baru, senang bisa kenalan sama cewek gesrek kayak lo"ucap Rangga sambil mengulurkan tangannya.

Elfa hanya menatap malas ke arah uluran tangan itu.

Tapi, mau tak mau ia membalasanya juga, tak sopan bukan jika ia tak menerima salam perkenalan dari siswa baru?.

"Elfa Pricilia"
    
Rangga mengangguk. Kemudian ia melepaskan uluran tangaanya dari Elfa. "Ngomong-ngomong, ruang kepsek itu dimana yah?"

"Taanya gih, di mbah google"

Ketus, tapi menarik, bikin gue suka. "Mbah googlenya sibuk. Berhubung lo lagi sama gue, jadi gue nanya ke lo aja". ucap Rangga sambil tersenyum.

Senyuman manis yang dapat memikat semua wanita, tapi tidak dengan Elfa. Di hatinya, hanya ada nama Kevin Anggara.

Elfa lagi-lagi tak tega. Lagian, membantu orang apa susahnya sih.

"Sini, gue tunjukkin. Ikutin gue, jangan sampai lo nyasar

Akhirnya, mereka berdua berjalan beriringan di bawah koridor yang masih sepi.

Kenapa? Yah karena jam memang masih menunjukkan pukul 06.25, terlalu pagi memang.

Entah apa alasan Elfa selalu berangkat tepat pukul 06.00 pagi tepat. Dan kebetulan, hari ini dia bertemu teman barunnya. Hah?

Teman?

Bisakah mereka di anggap seorang teman?

Sedari tadi Rangga terus mengoceh, yang membuat Elfa sedikit mengumpat di dalam hatinya.

Ada yah, pria secerewet Rangga itu? Biasanya kan cewej yang ngak bisa diem. Nah, ini malah kebalikannya. Ckck, luar biasa.

"Udah nyampe" Ucap Elfa saat mereka  berdua telah berdiri di depan pintu ruangan yang bercat hitam, dengan tulisan Room Headmaster.

Rangga menggaruk tengkukunya yang tak gatal sama sekali. Kenapa waktu terasa begitu cepat saat ia bersama Elfa.
"Cepet banget. Padahal gue masih mau berduaan ama lo"

SILENT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang