Pelukan dan sebuah rencana

87 38 35
                                    

Elfa meletakkan bukunya di meja. Kemudian ia memandang Rangga yang sedari tadi menatapnya.

Risih, itu lah yang di rasakan oleh Elfa.

Ia sekarang sedang di kelas, sekarang jam istirahat.

Dan teman sekelasnya berhamburan keluar, hanya menyisahkan beberapa saja. Dan salah satunya adalah Rangga.

"Ngapain sih lo?"

"Liatin lo"

Elfa memutar matanya malas. Kemudian ia beranjak dari duduknya, namun tangannya di tahan.

"Mau kemana?" tanya Rangga.

"Bukan urusan lo. lepasin" Ucap Elfa sambil menhempaskan tangan Rangga.

"Ikut dong. Gue kan belum tahu pasti lingkungan di sekolah ini"

"Terus?" Tanya Elfa dengan mengernyitkan kedua alisnya

"Ternyata, selain lo galak lo ngak peka juga yah. Tapi ngak pa-pa deh. Gue anggep, ini adalah perjuangan gue buat dpetin lo" Ucap Rangga sambil mencolek dagu Elfa.

Elfa menepis tangan Rangga kasar. "Ngak usah mimpi. Masih pagi. Dasar cowok aneh"

"Aneh-aneh gini banyak yang suka loh. Jadi jangan salah"

 "Sinting" Di puji aneh kok malah senyam senyum

"Udahlah, lupakan. Sekarang, tugas lo nganterin gue keliling sekolah yah. Biar gue bisa beradaptasi sama lingkungan baru disini"

"Hmm.. Yaudah"

"Yaudah apa?" ucap Rangga belum puas dengan balasa Elfa.
    
Elfa memutar bola matanya jengah. Berdekatan dengan pria sejenis Rangga membuatnya sedikit, enek.

"Yaudah, gue temenin. Udah ahk, buruan. Keburu bel" Elfa akhirnya pasrah.

"Cie.. yang pengen buru-buru buat nemenin gue. Ahay, udah tanda ini mah" ucap Rangga dengan cengiran Pepsodent nya

Sabar, Elf. Ini ujian. Kata batin Elfa menguatkan diri

****

"Elf, lo itu cantik deh. Tapi lebih cantikan lagi kalau lo ngak galak sama gue"

"O aja"

Rangga mendengus.

Pasalnya, susah sekali membuat Elfa suka padanya.

Bahkan sedari tadi Rangga mengoceh dan hanya di tannggapi dengan kalimat singkat oleh Elfa atau bahkan tak di tanggapi.

Miris:(

Oke fine, Rangga tak akan mundur jika ia ingin mendapatkan sesuatu. Dan ia berjanji akan menarik perhatian Elfa untuk melihat ke arahnya.

 "Rumah lo dimana sih, Elf? Kapan-kapan gue boleh mampir dong ke rumah calon pacar"

Kali ini Elfa diam.

Ia memandang lurus ke depan.

Ia menatap kedua sepasang kekasih yang sedang berbahagia.

Lagi dan lagi rasa sesak itu menyiksa dirinya. Elfa membuang arah pandangnya. Ia tak mau melihat ke arah Lia dan Kevin yang sedang berpelukan.
    
Yah, Elfa tak egois.

Jika memang boleh, ia ingin mengantikan posisi Lia disana.

Di rangkul mesra oleh Kevin dan tertawa bersama adalah hal yang paling ia inginkan dari dulu.

Tapi apa daya, dia bukan siapa-siapa. Toh, dia ngak punya hak buat cemburu apa lagi marah.

Lagi-lagi Elfa hanya tertawa miris menrutuki nasibnya.

SILENT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang