Ketika mata ini terbuka, ia tahu kemana ia akan menemukan takdirnya. Hanya saja, waktu menahannya untuk bicara. Karena keindahan hidup ini tidak akan sempurna tanpa liku-liku dan penantian. Hingga sang waktu sendiri yang akan memeluknya di keabadian.Kian membuka matanya perlahan namun ada sesuatu yang menghalangi penglihatannya. Ia mengucek-ucek matanya untuk memastikan bahwa yang dilihatnya itu nyata.
Benar ada sesuatu penampakan yang mengganjal perasaannya.
Sosok itu menyunggingkan senyuman yang indah dengan kedua tangannya menopang wajah oriental-nya.Kian menggoyang tubuh Dion yang masih tertidur pulas di sampingnya.
"Dion! Dion! Bangun!" Kian menggoyang tubuh Dion semakin keras.
"Eh ... Aku masih ngantuk. Bangunkan aku 10 menit lagi." Dion menepis tangan Kian.
"Dion bangun! Ayumi-mu ada di sini." Kian menarik tangan Dion agar pria itu segera tersadar.
Dengan malas Dion membuka matanya.
"Mana? Kau pasti bermimpi."
"Ini di sampingku." Tunjuk Kian ke arah wanita yang tersenyum ke arahnya.
"Aaaaa!!!!!" Dion berteriak melihat wanita itu.
Kian yang kaget mendengar teriakan Dion refleks memeluk pria itu.
Keduanya ketakutan melihat sosok wanita itu.
"Pergi kamu dari sini," kata Kian.
"Kembalilah ke dalam lukisan lagi. Tolong jangan ganggu kami lagi. Kami berjanji tidak akan mengganggumu juga. Kembalilah dengan tenang ke lukisan," pinta Dion.
Namun Ayumi tidak mengerti mengapa kedua pria di depannya itu ketakutan melihatnya.
"Apakah ini istana kepresidenan?" Ayumi bertanya kepada keduanya.
"Bukan ... ini adalah rumahku. Istana presiden ada di pusat kota. Pergilah menemui presiden kalau begitu." Kian semakin menjauhkan jaraknya dengan Ayumi.
"Sebenarnya aku tidak ingin bertemu dengan Presiden, aku hanya menduga kalau ini adalah istana presiden karena ...."
"Tuan! Tuan!" Suara seseorang mengetuk pintu kamar dengan keras.
"Iya, Pak. Masuklah," pinta Kian yang masih memeluk Dion dengan ketakutan.
Pak Hasan pelayan rumah pun segera membuka kamar majikannya itu.
"Siapa dia?" Tunjuk pak Hasan pada Ayumi dan ia langsung terkulai lemas duduk di lantai. Ia syok menyaksikan hal aneh yang sedang ia saksikan.
Ayumi kebingungan dengan tingkah pak Hasan. Ia segera menghampiri pak Hasan dengan niat membantunya.
"Jangan mendekat," pinta pak Hasan pada Ayumi yang berjalan ke arahnya. Dengan perasaan takut pak Hasan mencoba menjauh.
Kian mengambil Stik Golf di samping tempat tidurnya diikuti Dion menuju pintu keluar.
Kian memegang erat Stik Golf-nya ketika jaraknya dengan Ayumi semakin dekat. Matanya tajam penuh kesiagaan. Ayumi semakin bingung dengan sikap yang ditunjukan oleh Kian dan yang lain.
Kian mempercepat langkahnya keluar dari kamar setelah Ayumi takut menunjukan sikap agresif seperti yang dipikirkannya.
Kian berlari tunggang langgang diikuti Dion dan pak Hasan seraya berteriak minta tolong.
"Ada apa?" Tanya Miss. Diana pada Kian.
Diana adalah adik dari Wiguna Sanjaya Ayahnya Kian. Diana adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Delima, Wiguna, dan Diana. Delima menikah dengan pria berkebangsaan Amerika sedangkan Kin meninggal dunia dalam kecelakaan tahun 1994 bersama dengan 3 anggota keluarga lainnya. Termasuk Hendra suami Diana, Rosa ibunya Kian, dan kakek Kian Sanjaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Titik Lupa
FantasíaTakdir memang selalu aneh. Tiada ada yang bisa menduga apa yang akan terjadi besok. Seperti yang dialami Ayumi, seorang gadis yang kehilangan kekasihnya tepat pada hari pernikahannya. Ia seperti mendapat keajaiban dengan kembali bertemu dengan orang...