"Sumpah, semalem gue di bully habis-habisan." Sania mulai menyerocos "Gue sempet kesel semalem. Tapi gue keselnya cuma bentar lah, gue tau mereka becanda."
Aca mengacungkan jempol "Mantap."
Kaila, menghampiri keempat temannya.
"Sorry kalau gue ngegas. Soalnya, takut di tindas."
Semua mengangguk
"Apalagi kelindas, beuh ngeri." Ucap Sania tidak nyambung
"Lo pagi-pagi udah ngaco aje, San."
"Bener tuh kata Putra."
"Makin hari otak lo makin gak bisa kerja dengan normal."
Semua mengiyakan ucapan Kaila
"Ampun Tuhan, punya dosa apa gue sampe di bully lagi dan lagi. Mending diem aje udahlah gue."
Putra menatap Sania miris "Diamlah, jika diam mu bijak. Bicaralah, jika diam mu diinjak."
Sania memukul bahu Putra "Bangke lo, Put."
"Lo sering banget ngatain gue, san." Putra memberikan telapak tangannya "Minta maaf, cium tangan gue."
Sania menghempas tangannya "Ogah, lo suka banget bikin gue emosi."
Aca tertawa "Gue nyimak sih dari tadi. Anak bayi gak boleh ikut-ikutan."
"Cari aman mulu lo."
Bel masuk berbunyi. Pak Reno masuk. Berdiri di hadapan semua murid kelas.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini, kita kedatangan murid baru. Mantap ga?"
"Mantap dong pak." Kompak anak kelas.
"Nak, silahkan masuk. Masa mau di luar aja."
Semua mata tertuju pada pintu.
Seorang lelaki bertumbuh tinggi masuk. Dengan senyuman yang sangat manis, lelaki itu berdiri di samping Pak Reno.
Kaila dan Sania terkejut
"Hallo semuanya, kenalin gue Randi. Murid baru, semoga kita semua bisa jadi temen sekarang." Randi menatap seseorang yang tengah menatapnya dengan sorot yang sulit di artikan.
Kaila dan Sania mengikuti arah tatapan Randi.
Mereka bertukar pandangan
"Gue rasa, bakalan ada konflik yang terjadi mulai hari ini." Kaila mengangguk setuju.
---
HAHAHAHAHAH!!!!!!!