Rapuh

523 27 1
                                    

"Barusan, si Randi ngomong apa aja sama lo?" Tanya Putra

Kini, Aca kembali berkumpul bersama keempat temannya setelah bertemu Randi.

"Dia minta maaf. Waktu itu, dia selingkuh karena khilaf."

Kaila menggerutu "Gila, seenak jidat tu anak bilang khilaf."

"Terus, si Randi pasti ngajak lo balikan kan?" Tanya Dewa

Aca mengangguk "Gue lagi ngerasa banyak masalah. Randi datang tiba-tiba, belum lagi member gue semakin ancur dan keliatan gak niat buat masuk komunitas gue."

Aca menghembuskan nafasnya "Gue lelah, hal yang gue lakuin dengan mengorbankan sesuatu selalu berakhir sia-sia."

Sania tersenyum dan menatap Aca "Lelah gak salah. Apa yang lo lakuin semua itu, udah hebat."

"Kita semua bakalan selalu dukung sama keputusan lo, ca." Tambah Dewa

"Lagian gue bangga malah punya temen kayak lo, ca. Lo ngelakuin hal-hal yang gak mau ngelibatin kita semua. Lo lakuin itu sendiri." Ucap Kaila

"Soal Randi, lo gak usah terlalu ambil pusing. Biar gue sama Putra yang pantau dia, biar gak deketin lo lagi."

Putra membetulkan ucapan Dewa.

Aca tersenyum haru "Makasih. Makasih selalu ada buat gue."

Disetiap malam. Aca selalu melakukan kegiatan rutinnya. Menulis cerita, mengurus komunitas dan juga sekarang ia tengah mengurus naskah cerpen yang masuk untuk di terbitkan.

Ada beberapa pesan masuk dari ponselnya.

Kak maaf aku undur diri dari event.

Kak aku belum buat naskah nya, gimana nih?

Kak aku ijin left dari grup, ada masalah yang gak bisa aku ceritain.

Aca mematikan ponselnya. Melempar kesembarang arah.

Itu artinya, Aca harus merevisi semua pekerjaannya. Dari awal lagi.

Aca berteriak frustasi "Bangsat!"

0,1% NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang