Wisudaku sudah selesai. Aku harus sibuk mencari lamaran kerja. Aku akan pergi dari rumah.
Aku harap ayah akan baik baik saja.Saat aku mau pamit sama ayah, ayah tak menyapaku, ayah hanya diam.
Tangan ayah yang sudah keriput perlahan memegang tanganku dan membawaku ku kearah buaian yang tampak sudah tidak berdebu dan sudah dijahit dengan rapih. Aku bingung karena buaian itu digantung ayah seakan akan ada yang akan mendudukinya.
Kepala ayah yang mengangguk membuatku mengerti. itu artinya aku yang disuruh duduk dibuaian itu.
Aku berkata ke ayah secara sayup, " ayah , apa maksudnya ini ? aku tidak mungkin menaiki buaian itu. " Ujarku sambil menunjuk buaian. Tetapi ayah membimbing tanganku dan memaksaku untuk menaiki buaian itu. Apa boleh buat aku yang penasaran maksud ayah langsung menaiki buaian tersebut.
Ayahpun mengayunkan perlahan badanku yang sedang di buayan. Iya menyanyikan lagu yang semasa kecilku sering dinyanyikan ayah.
Ia kembali melirik mataku seperti ia melirik kepadaku sewaktu aku kecil. Akupun tak tahan menahan tangis, aku langsung berdiri dan memeluk sang ayah. Aku meminta maaf kepada ayah dengan tangisan yang penuh cinta.
Sekarang aku paham, mengapa ayah selalu diam selama ini, mengapa ayah menangis, mengapa ayah tersenyum.
Ayah diam karena ia menunggu aku menaiki buaianku, ayah menangis karna aku tak pernah megajak ayah untuk bermain buaian, ayah tersenyum karna aku sudah dewasa dan sanggup bertahan meski tak punya ibu.
Langkahku untuk meninggalkan ayah terhenti, aku harus memakukan kakiku agar bisa bersama ayah. Aku sayang ayah.
Saat masih dalam pelukan ayah, tiba tiba ada yang aneh. Tangisan sang ayah yang membuat bahuku basah terhenti tiba tiba, aku langsung melihat wajah ayah.
Aku melihat mata ayah sudah tertutup, tangan ayah mulai mendingin, kaki mulai melemah dan badan ayah yang condong tak berdaya kearah tubuhku sehingga aku menahan agar tidak terjatuh. Aku kembali melihat wajah ayah. Aku langsung memeriksa denyut nadi dan nafas ayah. Dan tak disangka ternyata ayah sudah tidak ada.
Aku panik, aku berteriak sekeras kerasnya sambil memanggil ayah. Hari itu adalah hari yang membuatku hancur bagaikan debu.
Ayahku tiba tiba pergi untuk selamanya. Aku tak berhenti menangis dan terus memeluk ayah. Aku tak tau harus kemana
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang
Suara nyanyian ayah masih berdengung ditelingaku.Aku sangat menyesal. Mengapa aku begitu durhaka kepada orang yang merawatku dari kecil tanpa ditemani seorang istri. Ia tak pernah mengharapkan apapun dariku. Yang ia harapkan hanyalah perhatianku kepadanya. Meskipun aku beranjak dewasa, tetapi ia masih menganggapku seorang anak kecil yang ingin sekali ia buai.
Maafkan anakmu ini ayah.
Ayah , aku ingin nyanyianmu saat membuaikanku
nyanyikanlah ayah.. nyanyikanlah.-T A M A T-
KAMU SEDANG MEMBACA
BUAIAN AYAH
NouvellesAyah dimanapun engkau sekarang, aku rindu, apakah engkau baik baik saja Ayah? aku rindu masa kecilku, pengen rasanya aku kembali ke masa kecil agar aku bisa mendengar alunan sayat suaramu saat membuaikanku.