03\\About Space

674 121 13
                                    

▪︎▪︎▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎▪︎▪︎

"JISUNG."

Yang dipanggil menoleh, menghentikan pergerakan kuas lukis yang berada dalam tautan jemari tangan kanan. Potret kali ini adalah para bintang berkelana, kemarin Seungmin melihatnya melukis musim semi di taman bunga--sekarang lukisan itu telah selesai dan ditaruh di bawah terik mentari.

"Sudah berapa lama kau tak memotong rambut?" Seungmin duduk di kasur, seraya memberi mug berisi cokelat hangat kepada Jisung yang kini menyelipkan kuas pada telinga. Jisung menerima mug, lalu menyesap cokelat sembari melirik langit-langit apartemen, putih. Warna yang cocok dengan Seungmin.

Setelah keheningan yang menandakan pemuda Han berpikir, akhirnya ia menakluk senyap dengan menjawab, "Enggak tahu."

Mug berisi cokelat, Seungmin taruh di atas meja laci kecil berwarna kayu tua--tepat di samping kasur. Ia memegang pipi kiri Jisung, sedangkan tangan sebelah menyibak surai cokelat pelukis ke samping. "Panjang banget rambutmu, sampai terkadang matamu enggak kelihatan. Enggak ganggu pas lukis?"

"Enggak kok, sudah biasa."

"Nanti matamu sakit. Tunggu dulu, aku punya bando cuci muka. Pakai itu dulu ya." Tanpa menunggu sahutan Jisung, Seungmin segera berlari ke kamar mandi dan membawa pulang bando karet berbentuk lingkaran. Jisung ingin memasangnya sendiri, tetapi ia mengurungkan niat tatkala menatap kedua tangan yang berlumuran cat minyak--mengapa ia baru sadar? Padahal tadi ia memegang mug.

"Seungmin, pasangkan." Jisung mengambil kuas dari telinga, "Kalau aku pasang sendiri, nanti kotor."

"Oke."

Jemari Seungmin dengan telaten memasukkan bando dari kepala hingga terjatuh ke leher Jisung. Membiarkan belakang kepala menahan bagian bando, dan ia menyibak setiap helaian ke atas. Kemudian, menarik bando sampai tiada helai selain para rambut bayi yang menutupi segala cahaya yang memasuki netra atau pun keningnya. Seungmin kembali merapikan surai Jisung, ia baru menyadari. Ternyata tak hanya poni saja yang panjang, rambut yang berada di belakang sendiri sudah dikuncir satu ke bawah oleh Jisung, panjang ada setengah jengkal tangan Seungmin--ia diam-diam mengukurnya. Rasanya, awal mereka bertemu rambutnya tak sepanjang ini.

Silau adalah yang pertama kali Jisung rasakan. Sehingga, ia pun menyipitkan netra tuk membiasakan diri.

"Mau potong rambut?" tawar Seungmin yang segara dijawab gelengan pelan oleh Jisung.

"Biar saja, aku memang sengaja panjangkan."

"Kenapa?" Pertanyaan Seungmin seakan spontanitas.

"Sebagai bukti." Setelah meninggalkan alasan yang tak dapat Seungmin pahami, Jisung kembali terlarut dalam aktivitasnya.

Tatkala ia memainkan kuas, setiap coretan yang ia tuang ke kanvas layak mengelus, sedemikian halus dan indah. Warna yang tertuang taklah banyak, namun seluruhnya menyatu, seakan mengatakan bahwa keindahan yang ia miliki tak hanya luput pada satu warna.

Night of Sixth Magnitude Star ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang