Ibu suri Terlihat berjalan dengan beberapa dayang menuju ke pavilium bunga, yaitu Kediaman khusus untuk Putri mahkota. Para pelayan berjalan di belakangnya dengan menunduk sebagai rasa hormat kepada sang mantan Ratu.
Senyum merekah tercetak di bibir indah itu, dulu saat masih muda Ibu suri sangatlah cantik dia benar benar menjadi wanita tercantik pada masa mudanya, sifatnya yang sopan dan sikapnya yang anggun membuatnya dipilih menjadi ratu tepatnya 30 tahun yang lalu padahal saat itu tidak begitu banyak partai yang mendukungnya untuk naik tahta dismping raja.
Ia berhenti di pintu masuk pavilium saat melihat 2 orang pengawal yang berdiri di depan pintu pavilium, kedua pengawal itu membungkukkan badanya saat mengetahui kedatangan ibu suri, sejenak ia merasa hal yang seperti tidak baik.
"Apakah semalam Seja datang kesini? " tanyanya pelan.
"Ye mama, semalam seja mengunjungi pavilium bunga tetapi itu hanya sebentar" jawab penjaga itu sedikit ragu, karena Sepertinya ibu suri tidak senang dengan hal tersebut, tetapi mereka juga tidak memiliki hak untuk berbohong.
Ibu Suri menghela Nafas dalam. Awalnya, dengan adanya Sejabin ia berharap cucunya bisa berubah, ternyata harapanya tidaklah terwujud sama sekali. Nyatanya cucunya itu juga turut dingin kepada istrinya.
Ia sudah melakukan berbagai cara untuk membuat senyum Hwan kembali tetapi itu semua selalu gagal. Setelah kematian Ratu min, Hwan tidak pernah menampakan sedikitpun senyumnya, ia berubah menjadi pribadi yang dingin dan kejam. bagi Hwan, ratu min adalah segalanya karena ia sangat dekat dengan ibundanya tersebut.
Ratu Min sendiri meninggal karena pemberontakan yang dilakukan pangeran besar Lee Yong ia merasa tidak adil karena Tahta justru jatuh ke tangan adiknya bukanya dirinya. Saat itu peperangan pertumpajan darah terjadi di dalam istana, keadaan kacau dan tidak terkondisikan secara tiba tiba karena itulah Ratu min harus merenggang nyawa.
"Katakan pada Sejabin untuk menemuiku saat matahari telah naik nanti" ucap Ibu suri lalu beranjak pergi dari pavilium bunga.
#세자빈 #
Sang mentari telah naik keperaduanya, mata indah itu mengerjap perlahan lalu terbuka semakin lebar, didapatinya sang pelayan di samping ranjangnya. Sepertinya tengah menunggu dirinya bangun. Mengerjap pelan lalu ia teringat dengan kejadian tadi malam tentang sifat seja yang sangat tidak manusiawi bagaimana nasibnya nanti, apakah ia akan menjadi Ratu Song seperti yang dituliskan sejarah? Tetapi jika harus memilih ia sangat ingin pergi dan tidak berurusan dengan seja lagi, tentu saja siapa yang mau, tidak dicintai seumur hidupnya.
"Bingung-Mama sebaiknya anda bersiap ibu Suri menunggu di kolam teratai"
Mendengar ucapan Ah ri membuat Haerin terkesiap, ini adalah hari pertamanya tinggal di istana dan ia sudah terlambat bangun.
"Bukankah seharusnya sekarang aku memberi salam untuk Ibu Suri" itu yang ia tahu karena diajarkan sejarah saat sekolah dulu.
Memanglah sudah menjadi Tradisi untuk para putri mahkota memberi salam kepada tetua istana dalam. jika untuk para keluarga bangsawan sang nenantu akan menyerahkan darah tanda kesucianya yang ada di sebuah kain pada tetua Keluarga bisa nenek atau ibu di rumah itu sebagai tanda jika dirinya memang masih suci sebelum menikah. Tetapi untuk Putri mahkota memang tidak ada tradisi seperti itu, karena sebelum pernikahan pun putri mahkota sudah dipeebolehkan berhubungan intim dengan putra mahkota.
"Ne Mama tapi tadi Ibu Suri datang kesini dan meminta anda untuk menemui beliau"
"ah baiklah aku akan bersiap siap, Ah ri ah tolong pilihkan baju untukku dan bantu aku bersiap" ucap haerin lalu beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE WOMAN
Ficción histórica[Historical-fiction] Apa yang akan kau lakukan jika kau terjebak di dalam tubuh Putri Mahkota yang sangat dibenci oleh Sang Pewaris Tahta? **** "Dimana ini?" Tanya gadis itu menatap sekelilingnya. Tempat itu begitu asing dan bisa ia bilang sedikit...