kehidupan baru

22 4 0
                                    


Cuaca cerah menyambut ibu kota indonesia, jakarta. Hangat nya mentari dipagi hari membangkitkan semangat  bagi orang yang senang berolahraga pagi.  Hari ini sudah seminggu lebih aku menjadi istri reynad fairuz, tapi rasanya ini terlihat kaku untuk pasangan baru, aku belum berpengalaman melayani suami, dulu saat aku SMA aku pernah pacaran tapi hubungannya tidak berlangsung lama. ibuku mengajarkanku cara menjadi seorang istri yang baik namun aku belum terbiasa dengan hal itu. Aku hanya menyiapkan kebutuhan biologisnya, dan menyiapkan perlengkapannya menurutku itu sudah termasuk melayani suami walaupun belum sepenuhnya.  Umur fairuz tiga tahun lebih tua dariku,  aku memanggil dia dengan sebutan oppa karena sebelum aku menikah aku berangan agan ingin menikah dengan oppa oppa korea. Walaupun dia tidak mengerti mengapa aku ingin menyebut dia oppa tapi dia menyetujuinya, dia tipikal tidak penuntut jadi dia memberikanku kebebasan untuk menyukai apa yang aku sukai. Bahkan saat mendekorasi rumah aku yang memilih nya aku lebih suka ruangan bernuasa peach sedangkan dia lebih suka bernuasa putih, barang barang kpop aku pun masih terpampang rapi dikamar, aku memintanya untuk tidak memindahkannya hanya saja tidak sebanyak saat aku masih remaja. Dia tidak melarangku untuk menyukai kpop tapi dia berpesan agar tidak berlebihan seperti saat aku masih remaja.

Sekarang kami sedang dimeja makan untuk sarapan pagi. Ini terlihat canggung tidak ada pembicaraan hanya suara sendok yang terdengar. Aku pun sempat memikirkan pertanyaan agar mencairkan suasana, tapi sepertinya fairuz lebih dulu mengetahui kecanggungan kita berdua. Dia memulai untuk membuka suara agar suasananya tidak terlihat formal seperti ini.
"sherina, apa kau sudah menyiapkan air hangat untukku?" tanyanya dengan mulut penuh makanan.
" sudah oppa, aku juga sudah menyiapkan perlengkapan buat oppa ke kantor"

"aku tidak akan pergi kekantor hari ini"

"kenapa?"

"aku ingin menghabiskan waktu bersama istriku" sambil menatap mataku.
Aku tidak berani melihat matanya jangan tanya kenapa, karena sekarang pipiku memanas mungkin sudah seperti buah tomat, selama kita menikah aku belum sempat menghabiskan waktu berdua seperti ini, karena saat kami menikah aku harus langsung membereskan tugas skripsi begitupun fairuz dia juga sibuk dengan pekerjaannya, aku tidak ingin ikut campur tentang pekerjaannya jadi aku tidak tahu Sebenernya fairuz itu bekerja apa, tapi aku bisa memprediksi bahwa fairuz pengusaha sukses. Saat dia melamarku fairuz sudah menyiapkan rumah untuk kita berdua, rumahnya lebih besar daripada rumahku bersama keluarga ku. Ah iya aku hampir lupa,  sebenarnya saat aku menikah ibuku menyuruh untuk berhenti kuliah karena aku harus mengurus suami, tapi aku juga ingin mempunyai gelar sarjana akhirnya aku membuat perjanjian sebelum menikah. Jika dia mengizinkan ku untuk kuliah sampai S-1 aku ingin menikah dengannya, dulu aku berharap dengan perjanjian itu aku bisa membatalkan pernikahan ini, tapi nyatanya tidak, dia menyetujuinya. hari ini aku libur untuk tidak pergi kekampus niatnya aku ingin pergi ke toko buku untuk membeli bahan skripsi tapi aku harus urungkan niatku itu saat tau  fairuz  meliburkan diri untuk tidak pergi ke kantor. Jadi menurutku hari ini adalah hari pertama aku menghabiskan waktu bersamanya.

Setelah fairuz mandi kami duduk disofa sambil menonton tv rasanya canggung untuk berduaan seperti ini, kita sama sama tidak berbicara hanya terdengar suara tv saja. membosankan, ini seperti pertama kalinya kita pendekatan sama sama terdiam dan tidak saling berbicara. Dia duduk disamping ku jarak kita sangat dekat sehingga jika kita saling berhadapan mungkin hidung kita saling bersentuhan saking dekatnya.

" jadi bagaimana apa kamu ingin ada asisten rumah tangga disini? " sambil bergeser dari tempat duduknya dan berbaring meletakan kepalanya diatas pahaku. Sungguh aku terkejut dengan apa yang dia lakukan, tapi mengingat bahwa fairuz memiliki sisi manjanya  hanya aku yang tahu.

"aku rasa tidak usah, lagian aku juga bisa melakukan sendiri sebelum aku pergi ke kampus"
"apa kau yakin? "
"aku yakin oppa" aku meyakinkannya dengan mengelus rambutnya.
"aku rasa kamu butuh asisten, aku tidak mau melihat kamu kecapean"
"tapi,..." belum sempat ku bicara dia bangkit dari tidurnya lalu menatapku dengan intens, aku bingung dengan tatapan itu apa itu terlihat menyeramkan atau malah terlihat tampan?
"tidak, kali ini jangan menolak kamu perlu asisten rumah tangga! " tegasnya, kali ini aku tidak bisa menolak, padahal aku bisa saja mengurus rumah sendiri tapi mengingat aku sangat buruk dalam mengurus rumah aku rasa fairuz ada benarnya juga.

"oppa, apa aku buruk dalam mengurus rumah? "entah mengapa aku menanyakan itu kepadanya aku hanya merasa takut aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuknya.

"tidak, hanya saja kamu harus lebih baik dari sebelumnya" sambil menatap kearahku dan tersenyum, aku suka senyumnya , menurutku fairuz sangat manis dan terlihat tampan jika tersenyum seperti itu.
"oppa  maafkan aku, aku akan berusaha menjadi istri yang baik"
"kenapa harus minta maaf? Sudah jangan dipikirkan " tersenyum sambil mengusap rambutku.
"ah, sekarang aku yang bertanya sama kamu" tanya nya sambil meraih tanganku. Aku sempat bingung dengan perlakuan dia seperti ini, dengan sorot matanya itu susah untuk dijelaskan.
"o.. Ppa mau tanya apa? " entah mengapa aku selalu merasa gugup ketika mata kita saling bertemu.
"apa kamu benar benar mencintaiku?" Mengapa saat dia bertanya seperti itu aku malah bingung untuk menjawabnya, harusnya jika dia menanyakan seperti itu bisa saja aku langsung menjawab bahwa aku sangat mencintainya. Tapi ini aneh untuk mengucapkan kata itu pun aku merasa ada yang menjanggal apa aku belum mencintainya? Atau hanya mengaguminya? Jujur untuk saat ini aku belum bisa memberikan perasaanku padanya.
"kenapa diam?" dia bertanya lagi dengan tatapan yang menurutku itu sangat menggemaskan.
" kenapa harus aku jawab? Kalau saja aku tidak mencintai mu mungkin aku tidak akan bersama oppa" aku meyakinkan dengan senyuman tipis sedikit dipaksakan. Maafkan aku oppa, sepertinya aku belum mencintaimu. Aku berbohong pada diriku sendiri dan juga fairuz.
"terimakasih, aku bersyukur memilikimu karena aku sangat mencintaimu" sambil mengecup kedua tanganku. Entah mengapa perasaan ku sakit saat fairuz mengatakan "bahwa aku sangat mencintaimu" kebanyakan orang ketika suami berkata seperti itu dia merasa bahagia dan terharu tapi berbeda denganku, itu sepertinya tidak cocok buatku. Aku merasa bersalah telah membohongi perasaan ini, aku merasa dia terlalu sempura buatku sedangkan aku yang terlalu buruk untuk dicintai.

Always Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang