Hallo, selamat malam jumat guys akhirnya aku update lagi hehe gimana sama cerita sebelumnya? Garing banget ya? Monoton ya? Maaf aku belum bisa nulis yang bener kalau ada saran dari kalian boleh komen ya aku pasti terima saran dari kalian sebelumnya terimakasih udh mau mampir dan baca cerita aku. Selamat membaca!
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Jam 06.30
Hari ini hari aku kembali masuk kampus, pagi ini aku berbeda saat aku pergi kekampus dulu, dulu saat pergi ke kampus aku disajikan makanan oleh ibuku, karena saat pertama kami menikah aku dan fairuz menginap di rumah ibu selama seminggu sebelum pindah kerumah aku dan fairuz. tapi sekarang aku sendiri yang harus menyiapkan makanan, air hangat buat mandi, membersihkan rumah dan menyiapkan keperluaan lainnya. Melelahkan memang tapi itulah tugasku sekarang. Aku bersama fairuz masih mencari asisten rumah tangga jadi sebelum ada asisten aku sendiri yang melakukannya. Dan sekarang aku sedang menyiapkan makanan untuk suamiku. aku memang tidak pandai memasak, tapi aku bisa 99memberikan makanan yang sehat untuknya walaupun tak seenak buatan ibuku. Saat aku sedang memotong bahan masakan tiba tiba seseorang memelukku dari belakang aku sempat kaget tapi aku tahu siapa orang itu. Fairuz mengelamkan kepalanya dileherku sehingga terasa gesekan kumisnya yang membuatku geli.
"selamat pagi istriku" dengan suara serak khas bangun tidur.
"oppa, kenapa bangun? Aku belum siap menyiapkan makanan"
"aku sudah bangun, sebelum kau bangun" mempererat pelukannya. Ah aku lupa fairuz selalu bangun dini hari untuk melakukan ibadah. Bahkan dia sering bangun di sepertiga malam untuk melakukan sholat tahajud. Aku merasa buruk jika dibandingkan dengan fairuz, untuk melakukan ibadah wajib saja aku masih bermalas malasan apalagi sunah seperti fairuz lakukan?.
"oppa Aku sedang masak, kalau mau makan tunggu aja di meja makan kalau mau mandi aku sudah menyiapkan air hangat untukmu" aku melepaskan tangannya dari pelukan agar bisa segera pergi. Tapi nihil fairuz malah mengeratkan pelukannya " tidak mau, aku ingin menemani istriku memasak!" kalau seperti ini fairuz seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan, sebenarnya disini siapa yang lebih tua aku atau fairuz?.
"tapi ntar oppa terlambat pergi kekantor kalau tidak mandi sekarang juga" aku membalikan badan untuk memberikan peringatan agar fairuz segera pergi karena jujur kehadiran fairuz aku tidak bisa fokus memasak apalagi jika dia terus memeluk ku seperti ini aku jadi susah bergerak. "aku akan pergi jika kamu memberikan sesuatu padaku" dengan maju perlahan hingga jarak kita sangat dekat. aku mundur, dengan spontan aku mematikan kompor karena saat ini badanku sudah diujung meja dan takutnya bajuku terbakar jika kompor menyala. "app...mmhh" belum sempat aku bicara dia sudah mencium bibirku, aku terkejut dengan perlakuan dia secara tiba tiba. dan sekarang jantungku seperti sedang lari maraton ini bukan pertama kalinya kita berciuman tapi tetap saja aku merasa gugup jika sedang melakukannya ."akhh.. " Fairuz menggigit bibir bawahku dengan sepontan aku meringis kesakitan sehingga mulutku terbuka dengan sigap dia menyumpal mulutku dengan bibirnya bahkan sekarang lidahnya sedang menjelajahi semua yang ada disana. Awalnya aku tidak membalas ciumanannya tapi lama kelamaan aku menikmatinya. Aku selalu suka cara fairuz menciumku yang tak pernah memaksa. Aku juga suka aroma bibirnya, aroma permen karet yang selalu dibawanya. Aku juga menyukai saat dia memberi jeda hanya untuk saling bertatap dan bilang aku mencintaimu lalu tersenyum sebelum menciumku lagi
"mpph.... " ucapanku terputus saat merasakan gairah, menurutku ini belum saatnya karena sekarang aku dan fairuz harus segera pergi aku melepaskan tautan bibir dan mengalihkan wajah ke samping hingga bibir fairuz berakhir dipipiku.
Kami sama sama terdiam dan bersipu malu aku tidak melihat wajahnya karena setiap kita melakukannya pasti pipiku sudah memerah. " ah.. Maaf harusnya aku mengendalikan diriku" fairuz menggaruk kepala yang tidak gatal. "oppa, boleh aku lanjutkan memasak? " aku mengigit bibir bawah menahan malu. Aku takut fairuz malah mentertawakankun. "silahkan, emm aku juga akan segera mandi" sepertinya dia juga salah tingkah. Setelah meninggalkan ku aku bisa bernapas dengan lega, aku mengatur napasku sambil memegangi dada. Aku tidak membayangkan rasanya seperti ini, aku mengatur napas ku kembali dan menyalakan kompor untuk melanjutkan memasak. Uh kenapa ini rasanya seperti pertama kali aku melakukannya?padahal saat pertama kali kita melakukannya aku tidak merasakan hal yang spesial setiap sentuhan yang dia berikan. Tapi sekarang seperti ada sentuhan yang membuatku seperti magnet? apa aku sudah mulai mencintainya?.Kami sekarang sedang sarapan dimeja makan hanya suara sendok dan garpu saja yang terdengar. Sering kali aku melihat wajahnya fairuz, wajahnya terlihat tampan dengan balutan kemeja putih, dia tampak berbeda dari biasanya setelah mencukur kumisnya.
"ekhmm... Sudah puas melihat wajahku?"dengan menyuapkan makanan ke mulutnya.
"e... Oppa, apa makannya enak?" aku terlihat salah tingkah karena fairuz mengetahui aku memandangi wajahnya.
"lumayan enak" sambil menyuapkan makananya nya lagi.
"sherina, jam berapa kamu pergi ke kampus? " kali ini dia yang bertanya.
"jam 07.30 memangnya kenapa? "
"aku akan mengantarkanmu" menyelesaikan makannya dengan menyimpan sendok diatas piring lalu menatapku.
"whe? Aku bisa naik taksi oppa, lagian oppa harus ke kantor" bukannya aku tidak mau diantar, tapi jalan ke kampus dan ke kantor berbeda arah. kalau fairuz mengantarkanku dia bisa telat pergi ke kantor. "aku suami mu, jadi aku harus memastikan istriku selamat sampai tujuan". Tegasnya. "tapi ntar oppa bisa telat" tegasku.
"mau membantah ku? Atau mau kajadian didapur terulang lagi? " ini bukan sebuah peringatan ini seperti ancaman. Mengingat kejadian didapur aku dengan cepat bediri. "ayo oppa antarkan aku ke kampus!". Aku segera pergi di meja makan dan langsung membawa semua perlengkapanku. Lebih baik aku mengalah daripada kejadian didapur terulang kembali.fairuz itu sangat menyebalkan, dia hanya ketawa kecil saat melihat aku pergi berlari meninggalkannya. "oppa, aku sudah siap" aku mengenakan sweater longgar berwarna peach dan celana jeans, dengan rambut tergurai yang diberikan poni. Akupun memberikan sedikit warna peach dibibir dan dipipi. Fairuz menatapku dengan tatapan memperhatikan pakaianku dari bawah hingga atas. Aku tidak nyaman diperhatikan seperti itu. Aku sempat salah tingkah dan memeriksa apa ada yang salah dengan cara berpakaian ku? Atau aku terlihat buruk dalam ber make up? Aku sempat melirik cermin untuk memastikan penampilanku. "kenapa melihatku seperti itu? " aku memberanikan diri untuk menanyakan. "ah tidak, kamu terlihat cantik hari ini hanya saja kamu seperti anak SMA" sambil memamerkan deretan giginya. "apa ada yang salah dengan pakaianku?Biasanya aku selalu memakai pakaian seperti ini bukan?". "iya, tapi apa aku boleh berpendapat?"
"apa itu oppa? Apa aku harus mengikat rambutku? ". Fairuz hanya tersenyum dan memegang pundakku. "tidak, kamu hanya perlu menutupinya" dengan senyuman yang hangat dan tulus. Aku sempat kaku saat dia berbicara itu, jujur aku belum siap untuk sepenuhnya menutup tubuhku apalagi berhijab karena itu sangat panas, tapi aku juga merasa malu karena ternyata aku sangat buruk dalam menjalankan syariat islam. Aku menundukan kepala tidak berani melihat wajah fairuz bahkan aku menangis entah kenapa aku menangis, tapi aku merasa malu dan tidak pantas jika bersanding dengan fairuz yang sempurna. "hei, kenapa kau menangis? " dia terlihat khawatir saat aku menangis dia mendongkakan wajahku untuk melihat wajahnya dan menghapus air mataku. "maaf, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu" dia terlihat khawatir dan merasa bersalah. Dia memeluk ku. aku mengelamkan kepala di dada bidangnya ini sangat hangat dan nyaman. "tidak oppa, ini bukan salah oppa harusnya aku yang meminta maaf karena aku tidak bisa menutupi tubuh ku dengan baik, aku malu karena aku terlalu buruk jika harus bersama oppa." aku mengeluarkan semua curahan yang selama ini aku pendam. Sebenernya ini alasanku tidak ingin dijodohkan dengannya waktu itu. karena selain dari keluarga kaya raya fairuz juga sangat taat pada agamanya dia tidak pernah meninggalkan kewajibannya, sedangkan aku perempuan yang hidup hanya mengikuti keinginan semata, hanya untuk senang senang dan menghamburkan uang. Setiap kali kuterpuruk fairuz selalu memberiku kehangatan dan menenangkan dengan cara dia memeluk ku dan memberikan kenyamanan. seperti saat ini aku hanya butuh pelukan untuk meredakan tangisan. "jangan khawatir, aku akan menuntun mu secara perlahan, mungkin ini akan susah jika tidak diniatkan tapi jika kita bersungguh sungguh kita pasti bisa melakukannya . Aku tidak merasa malu mempunyaimu aku bersyukur karena tuhan terlalu baik padaku dengan memberikan mu dikehidupanku. Jadi jangan salahkan dirimu sendiri, jangan bilang kau tidak pantas untukku, karena aku hanya milikmu istriku." dengan mengecup keningku cukup lama, aku merasa tersentuh saat fairuz berkata seperti itu. fairuz sangat dewasa dan pengertian. Dia melihat wajahku dan tersenyum lalu menghapus sisa air mataku. Fairuz bilang aku jelek saat menangis lalu tertawa saat aku cemberut dikatakan jelek. Selain bisa memberikan kehangatan fairuz juga bisa menghiburku agar aku tersenyum kembali. "oppa, ajarkan aku menjadi seorang wanita yang baik". Fairuz menatapku cukup lama lalu tersenyum dengan senyuman yang aku sukai. "itu pasti, sudah ayo sekarang kita berangkat ntar kita terlambat". Lalu mencium bibirku dengan lembut tanpa ada lumatan. Sebelum aku protes dia membawaku keluar dengan menggengam tanganku. Lagi lagi aku dibuat tersipu malu olehnya.Mianhe ceritanya gaje ya? Aku tuh g tau ngetik apa ga ngerti juga sama alur ceritanya huaa :'(
Ini kek tahu bulat ngedadak banget tiba tiba pingin nulis aja tapi g ngerti mo nulis apa. Kalau kalian suka sama ceritanya jangan lupa tinggalkan vote and coment maaf kalau banyak typo terimakasih

KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together
Teen FictionAku kira aku akan menikmati masa mudaku dengan bersenang senang tapi nyatanya semua rencana yang dulu aku susun rapi berubah dalam hitungan waktu. Kali ini tugasku bertambah aku pun harus terus belajar agar menjadi lebih baik. Selain belajar untuk t...