SINDIRAN

274 17 2
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 23.35. Mungkin hampir semua orang sudah masuk ke dalam alam mimpi.
Namun tidak bagi Aleta.

Ia masih saja teringat tentang Kezia yang merangkul tangan Arga, dan Arga yang terlihat biasa saja.

Entah berapa musik yang terputar dari ponselnya, guna menghilangkan bayangan tentang Arga.
Namun nihil! Masih saja bayangan Arga dan Kezia menghantui Aleta.

Hatinya terlalu sakit untuk dikatakan. Aleta sangat ingin menangis dan mencurahkan keluh kesalnya.

Tapi tak ada orang yang akan mendengarkannya.

Karena Aleta terlalu takut untuk mengutarakan perasaan dirinya pada orang orang termasuk teman-temannya.

Beberapa kali Aleta menjambak rambut frustasi, air matanya terus saja menetes tanpa izin. Sesekali ia mengusap air matanya.

"Kenapa takdir gak sepenuhnya mendukung gue?"

~o~

"Trus lo ngajak kita kesini mau ngomong apaan?" tanya Ela.

"Hm, gue sekarang butuh kalian buat ngasih gue saran"

"Tapi gue malu buat nyeritainnya" lanjut Aleta.

"Yah lo bilang aja, kayak pertama ketemu aja" kata Nauri sambil merangkul bahu Aleta.

"Ini masalah cowok" Aleta sedikit menundukkan kepala guna menghilangkan kegugupan.

"Wihh tumben ngomongin cowok lo" goda Reina yang sedang memainkan ponsel.

"Hehe" Aleta cengingiran tak karuan.

"Yaudah apaan?" lanjut Ela to the point. Cacing di perut Ela sudah lompat lompat minta makan.

"Gue lagi suka ma seseorang" kata Aleta pelan- sangat pelan, Namun terdengar oleh teman temannya.

"Hah? Siapa siapa?" kata Reina semakin mendekat ke arah Aleta.

Aleta risih dengan Reina yang dekat dekat dengannya, ia menampol Reina sedikit.Reina cemberut.

"Arga!" teriak Aleta keras sangat keras.

Namun, tiba tiba saja Arga lewat didepan mereka. Aleta sama sekali tidak menyadarinya.

"Gue? Kenapa?" Tanya Arga.

Disamping Arga ada Reza, Berta, dan Gandi.

-Reza-

Anggota tim basket dan termasuk most wanted di sekolahnya. Pintar dibidang ilmu sejarah, sering mengikuti beberapa olimpiade. Terlihat dingin dan cuek, namun dibalik itu ia sangat humoris. Benci yang namanya Reina- temennya Aleta, karena dia adalah mantan gebetannya.

-Berta-

Anggota tim basket dan tim badminton di sekolahnya. Kerjaannya bolos dan termasuk langganan guru BK. Orangnya urak urakan, namun humoris sama seperti Reza. Suka ngerayu cewek cewek. Gobloknya ketinggian, sering dipanggil Eta oleh teman temannya (Eta terangkan lah) supaya kegoblokannya diberi keterangan.

-Gandi-

Sama seperti Reza dan Berta, Gandi juga termasuk anggota tim basket di sekolahnya. Orangnya paling demen bercanda, humoris, dan kalau ngelawak suka receh. Gak suka yang namanya cinta cintaan, tapi suka mak comblangin temen temennya. Suka di bully karena ke cerobohannya oleh teman temannya.

Back to topik...

Mereka tampak sedikit urak urakan, baju mereka keluarkan, rambut acak acakan, sedikit keringatan.
Sudah dipastikan mereka selesai bermain basket.

Aleta terkejut bukan main, wajahnya sekarang sangatlah merah. Tubuhnya bergetar.

"Ehh gue gak bilang Arga lo, tapi Arga sepupu Reina" Aleta sedikit gelagapan sambil menyenggok Reina.

"Ohh, sepupunya si bangsad toh" sindir Reza seraya memainkan ponselnya.

Kata kata Reza spontan membuat Reina marah.

"APA LO BILANG?!! COBAK LO ULANGIN SEKALI LAGI!! SEPUPU SI SIAPA LO BILANG?! SI BASTAD?! LO BENCI SAMA GUE BILANG AJA!" teriak Reina marah.

"Jangan kata kata lo samarin!, kalo lo mau ngomong kasar ngomong aja!, Kita disini udah cukup umur buat denger kata kasar! Lo kira disini kita TK?!" lanjut Reina lagi, dengan nada yang masih marah.

"Bukan TK sih, tapi sifatnya kekanak kanakan" cibir Reza yang membuat Reina ingin membunuhnya.

Tanpa melanjutkan perdebatan Reza dan teman-temannya meninggalkan Reina dan temannya.

"Sini woy! Berani sama cewek aja lo! Sini gue masih kebal sama omongan lo!" teriak teriak Reina pada cowok yang kian menjauh dan hilang dari belokan koridor.

"Sabar Na sabar" kata teman temannya sambil mengusap usap punggungnya.

"Males banget gue ada urusan sama cowok banci" gerutu Reina.

"Udah udah, mungkin dia lagi PMS" lawak Nauri.

Reina menarik nafas dalam dalam. Sesekali mengusap dada. Guna menenangkan pikirannya yang panas.

"Lanjut, sampai mana kita tadi?" kata Reina tenang.

Perubahan Reina 180° membuat temannya heran.

"Arga" kata Ela.

"Nah bener" kata Nauri.

"Gitu deh, tapi gue mau nanya, kemarin Arga dipegang tangannya sama Kezia kok Arga gak marah? Malah biasa aja" kata Aleta panjang lebar.

"Ciee cemburu ni" goda Ela sambil menyenggol lengan Aleta.

"Gue cuma nanya doang sih" kata Aleta sedikit menundukan kepala.

"Hm hiyahiyahiya" kata Ela.

"Gue juga sering liat dia sama Kezia kayak begitu, tapi mungkin mereka ada hubungan"

"Maybe" lanjut Nauri.

"Tapi kalo lo berani suka ma Arga, jadi lo juga harus berani nyapa dan care sama dia" tutur Ela.

ArgalettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang