Lembar Kelima

172 29 3
                                    

Kue Cucur, Kue Oncom, dan Kue Cubit

-o0o-

Rendi tersenyum jahil kearah adiknya yang tengah bergelung pulas di bawah selimut. Ia melirik kearah jam beker di atas nakas. Pukul sembilan pagi. Dan adiknya yang sangat tampan itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

"Gimana, Bang?"

Rendi menoleh kebelakang. Lalu menunduk.

"Tuh, bangunin sendiri, Cur. Sambil teriak kalo bisa!" bisik Rendi dengan semangat. Lantas, ia segera menyingkir dari daun pintu. Mempersilahkan seorang gadis kecil yang tak lain adalah sahabat dari adiknya itu untuk membangunkan sang adik.

"Nggak ikut masuk, Com?" tanya Rendi, pada bocah laki-laki yang masih berdiri di belakangnya. Bocah laki-laki itu menjawab dengan gelengan singkat.

"Sip, lu ikut gue aja ke dapur. Bantuin gue masak!" pinta Rendi. Bocah laki-laki yang tak lain adalah Bara itu mengangguk setuju. Setelahnya, keduanya pun segera menuju ke dapur.

Gia tersenyum lebar menatap gundukan selimut di depannya. Dengan kilat, ia menarik selimut itu, hingga terpampanglah tubuh Regan yang tengah meringkuk. Gia terkikik melihat pose tidur Regan yang aneh. Setelah itu, gadis itu beranjak menaiki kasur. Lalu melompat beberapa kali sembari berteriak.

"REGAN ALFERO, KEBO! BANGUUUUUNN!"

"BANGUN, BANGUN, BANGUN!"

Rendi yang berada didapur pun terkekeh geli mendengar teriakan Gia yang begitu nyaring.

- Trisagis -

"Cur, Com, Bit. Jangan jauh-jauh kalau main. Nanti sebelum jam dua belas, harus udah pada balik. Ngerti?" pesan Rendi, sembari menunjuk Gia, Bara, dan Regan secara berurutan.

Dengan bersamaan, Gia dan Regan menegakkan badan. Kemudian melakukan gerakan hormat kearah Rendi. Sementara Bara, ia hanya mengangguk kalem. Rendi pun tersenyum menatap ketiga bocah itu. Setelah itu, ketiga bocah itupun berlalu dari hadapannya. Ketika mereka sampai di ujung pintu, tiba-tiba Rendi teringat sesuatu.

"Eh, kue cucur!" panggilnya.

Lantas Gia segera menoleh kebelakang. Menatap Rendi yang sedang mendekatkan telapak tangannya ke bibirnya sendiri, kemudian melakukan gerakan kiss bye. Gia tersenyum geli menatap tingkah remaja yang berumur empat tahun lebih tua darinya itu. Gia kemudian membalasnya dengan kedipan mata genit. Tawa Rendi pun langsung pecah dibuatnya.

-o0o-


Itu, Bang Rendi. Abangnya Regan. Entah kapan, kenapa, dan gimana, dia bisa manggil aku Kue Cucur. Bara, Oncom. Dan Regan, Kue Cubit. Bang Rendi emang orangnya absurd. Sebelas dua belas, lah, sama adiknya.

Oh iya, orang tua Regan itu orang-orang penting. Mereka jarang ada di rumah. Sekalinya di rumah, itupun cuma Minggu di awal bulan. Dan karena itu, Bang Rendi yang pegang semua kebutuhan Regan. Dari masak, mengurus Regan, rumah dan masih banyak lagi. Kalau ada nominasi abang paling baik di muka bumi ini, Bang Rendi pasti masuk tiga besar.

- Trisagis -

"Besok - besok, nggak usah ngajak Regan lagi deh, Bar! Regan kebo, lama mandinya!" dengus Gia kesal.

TrisagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang