Breakeven : Six

1.7K 210 7
                                    

Pertanyaan bodoh macam apa yang baru saja Harry lontarkan? Apakah ini sebuah lelucon? Ugh yang benar saja! Sudah berapa lama aku bertahan dengan keadaan seperti ini? Dan kenapa dia masih bertanya masalah tersebut padaku?

"Apa kau bercanda?" aku balik bertanya padanya.

"Tidak, kali ini aku serius" senyuman di wajahnya memudar dan tergantikan dengan stau garis lurus di bibirnya, tatapannya tajam seolah mengikat.

"Pertanyaan yang kau lontarkan adalah pertanyaan yang cukup bodoh menurutku, apakah dengan caraku bertahan dengan keadaan seperti ini belum bisa menjawab pertanyaan bodohmu itu? Apakah dengan cara yang bisa dikatakan seperti mengambil hak dari orang lain yang tidak bersalah, kau masih belum percaya padaku?" aku melontarkan kalimat panjang padanya.

Ugh ditaruh dimana otak warasnya?

"Tidak Christ, aku serius. Jawab saja pertanyaanku, tidak usah berbelit-belit" pinta Harry.

"Aku mencintaimu" jawabku dengan penuh keberanian.

"Apakah kau akan percaya jika aku mengatakan hal yang sama sepertimu?"

"Aku pikir kau memang memiliki perasaan yang sama seperti itu kepadaku"

"Ya aku memang memilikinya, tapi yang menjadi pertanyaanku adalah apakah kau akan percaya?"

"Adakah alasan yang mampu untuk menjelaskan jika aku tidak percaya dengan perkataanmu?"

"Aku hanya tidak ingin menyakiti hatimu akhirnya nanti"

"Sudah kubilang Harry, kita saja belum memulainya sama sekali dan kau terus bertanya bagaimana akhirnya"

"Karena aku memiliki pemikiran yang panjang Christ"

"Jalani saja, percayalah jodoh di tangan Tuhan"

Hening. Aku melirik dari ekor mataku, melihat Harry sedang mengacak rambutnya frustasi. Tiba-tiba terdengar suara deringan telepon dari sebelahku. Harry merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya yang berdering semakin keras.

"Ada apa? ... Sebentar"

Harry memberikan ponselnya padaku dan mengisyaratkanku untuk berbicara dengan sang penelepon itu "Aku mau ke toilet" izin Harry dan langsung berlalu dari hadapanku.

Aku menatap layar ponsel Harry dan terpampang nama Louis disana.

 "Halo"

"Kau dimana?"

"Di sebuah bangku"

"Christ?"

"Ya ini aku, ada apa?"

"Kemana Harry?"

"Toilet"

"Kalian dimana?"

"Sudah ku katakan Lou bahwa aku berada di sebuah bangku"

"Kau bergurau? Disini banyak sekali bangku!"

"Ah ya ya dek—"

"Tidak usah di jelaskan. Secepatnya kau dan Harry ke tempat makan tadi siang"

"Baiklah"

"Jangan lama"

"Ya ya"

Klik

Selesai mengakhiri telepon dari Louis aku memperhatikan wallpaper ponsel Harry, disitu fotoku dengan Harry terpampang jelas. Aku sedikit tersenyum ketika melihatnya, apa yang harus aku ragukan lagi tentang Harry?

BreakevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang