Part 1

54.5K 935 13
                                    

****
Di gelapnya malam, udara dingin bertiup lembut membuat bulu kuduk berdiri didukung waktu yang kini sudah menunjukkan jam 11 malam menambah keheningan malam yang terasa tak biasa dan sunyi senyap.

Dari kejauhan terlihat seorang gadis berusia 18 tahun yang kini duduk di kelas 12 tampak jalan tergesa-gesa dengan pandangan yang terlihat waspada menoleh ke kiri dan ke kanan seolah merasakan ada seseorang yang sedang mengikutinya dan ingin berbuat jahat terhadapnya. Gadis itu bernama Scahazareda Nisa dan orang yang mengenalnya biasa memanggil dengan sebutan Nisa. Kenapa gadis itu berkeliaran di malam hari sendirian? Apa yang sedang dia lakukan di saat anak seusianya seharusnya sedang tidur di kamarnya yang nyaman dan kasur yang empuk? Jawabannya adalah karena dia baru saja pulang lembur.

Dia adalah seorang buruh di sebuah pabrik keripik yang ada di desanya. Lokasi pabrik tersebut lumayan cukup jauh dari tempatnya tinggal, sekitar 1 km dan dia berjalan kaki setiap hari untuk bekerja. Setelah pulang sekolah, Nisa akan langsung pergi bekerja dengan membawa pakaian ganti yang dibawanya setiap hari di dalam tas ransel bersama buku-buku pelajaran. Status buruh sudah Nisa sandang dan dilakoninya sejak dirinya masih berusia 15 tahun. Hal tersebut harus dilakukannya untuk mencukupi kehidupannya, baik biaya sekolah serta untuk membeli beras demi mengisi perutnya aga tidak lapar. Bahkan di hari libur, Nisa akan tetap melakukan pekerjaan tambahan dengan menjadi kuli cuci pakaian atau bersih-bersih di rumah warga sekitar yang membutuhkan tenaganya. Warga yang menggunakan jasanya, biasa memberikan Nisa uang sebagai bayaran atau dengan beras. Nisa memang sangat rajin dan apa pun pekerjaannya akan dijalaninya asalkan halal tanpa terbesit rasa malu sedikit pun di hatinya. 

Nisa tinggal sendiri di sebuah rumah reot peninggalan neneknya. Nenek yang telah menemukannya tanpa sengaja di sebuah gubuk di tepi sawah yang saat itu dilalui oleh sang nenek sepulang dari memetik kacang panjang di kebun miliknya. Saat ditemukan, Nisa sedang duduk sambil menangis memegang sebuah boneka barbie di tangan kirinya dan pakaian yang dikenakan Nisa saat itu terdapat tulisan di bagian dada, yakni MINE. Air mata sudah membanjiri pipinya yang tembem juga merah merona karena saking putih kulitnya. Pakaian yang dikenakannya pun terlihat pakaian bagus dan mahal, menandakan jika dirinya bukan bayi yang berasal dari kampung tersebut serta berasal dari keluarga kaya. Karena merasa kasihan, nenek yang biasa disebut dengan warga dengan panggilan Uwa Nenek, membawanya pulang ke rumah reot miliknya.

Sesampainya di rumah, Uwa Nenek langsung melaporkannya kepada Kepala Desa di sana yang kemudian dibantu oleh warga sekitar untuk mencari keberadaan orang tuanya, hingga sebulan telah berlalu dan masih tak ada tanda-tanda keluarga yang telah kehilangan bayi cantiknya. Hasil pencarian yang nihil akhirnya mencapai keputusan, Uwa Nenek meminta kepada Kepala Desa untk merawat Nisa kecil, apalagi dia sudah terlanjur sayang dan menganggapnya sebagai cucunya sendiri. Beruntung, saat itu Nisa sudah tidak bergantung dengan minum susu dan sudah bisa makan apa pun seperti nasi dan sebagainya. Hal tersebut tentu memudahkan Uwa Nenek untuk merawatnya.

Selain itu, Uwa Nenek juga bekerja di rumah salah satu warga kaya yang ada di desa tersebut sebagai pengasuh. Majikan tempatnya bekerja memilki seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan saat ini sedang menanti kelahiran adiknya yang sebulan lagi akan hadir di tengah-tengah mereka. Setiap hari, Uwa Nenek akan membawa Nisa turut serta ke rumah majikannya yang bernama Prabu Juliantoro. Kehadiran Nisa kecil tentu disambut bahagia oleh keluarga tersebut, terutama putra satu-satunya di rumah itu yang bernama Jefry Juliantoro. Jefry sangat menyayangi Nisa dan menganggapnya seperti adik kandung sendiri. Di sela kesibukannya sekolah, Jefry akan dengan sabar menjaga Nisa ketika Uwa Nenek sibuk oleh pekerjaannya di rumah tersebut. Bahkan dengan rela, Jefry akan membeli mainan untuk Nisa dengan sisa uang jajannya.

Keberadaan Nisa memberi kebahagiaan tersendiri di rumah tersebut, terutama Jefry yang sudah jatuh cinta dengan si tembem Nisa. 
Kini, Nisa sudah menginjak usia 18 tahun dan tumbuh menjadi gadis cantik yang menawan, tapi hingga saat ini, Nisa tak pernah tahu siapa orang tua yang telah meninggalkannya di gubuk tersebut atau siapa yang telah merenggutnya dari orang tua kandungnya, sehingga kini dia terpisah. Uwa Nenek, bahkan keluarga Juliantoro serta warga sekitar, tak pernah menutupi jati diri Nisa yang sebenarnya. Namun kebenaran tersebut tak membuat Nisa sedih atau patah semangat karena Nisa bersyukur telah dirawat serta mendapatkan cinta yang besar dari Uwa Nenek dan yang lainnya. Dengan lapang dada, Nisa sudah menerima takdirnya yang tak tahu siapa kedua orang tuanya dan berharap suatu hari Tuhan akan mempertemukannya dengan keluarga yang dirindukannya. Semoga.

Di usianya yang menginjak 18 tahun, Nisa telah hidup sendiri. Bahkan sejak 5 tahun yang lalu setelah Uwa Nenek yang mencintainya telah meninggal karena usianya yang sudah tua. Kepergiannya membuat Nisa terpukul. Namun, perlahan Nisa bangkit dan harus tetap melanjutkan hidupnya yang kini sebatang kara. Sedangkan keluarga Juliantoro telah pindah ke Manado sejak nyonya keluarga itu mengalami shock berat karena bayi yang dilahirkannya meninggal setelah dua bulan dilahirkan dan meninggalkan Nisa bersama Uwa Nenek yang kini telah pergi meninggalkannya sendiri tanpa penjagaan.

Tiba-tiba langkah Nisa yang tergesa dan mencekam ketakutan dihentikan oleh seseorang yang tak dikenalnya. Seorang pria dewasa keluar dari sebuah mobil hitam tak jauh dari hadapannya, menghalangi jalan letihnya yang kini memandang lurus tepat ke manik matanya, menusuk dengan tajam. Seorang pria tinggi berdiri menjulang tepat di depannya yang mendadak menghentikan langkah cepatnya, berbalut dengan jaket dan jeans hitam robek di bagian lutut menatap dengan wajah benci seolah dia telah melakukan kesalahan fatal terhadapnya. Perlahan rasa cemas menyambangi hati Nisa dan membuat kaki lelahnya mundur beberapa langkah dengan jantung yang berdegup cepat, serta raut wajahnya yang berubah pucat pasi dengan keringat yang mulai muncul membasahi keningnya serta tangan yang berubah dingin, ketakutan. Langkahnya terus mundur dengan wajahnya tetap menatap waspada pria di hadapannya yang ikut melangkah maju mengikuti tiap langkah mundurnya. Nisa panik dan menoleh ke semua arah, tapi tak terlihat satu pun orang yang lewat, sehingga membuatnya semakin cemas dan diselimuti rasa takut yang kian mendera hati. Mulutnya ingin menjerit meminta tolong kepada siapa pun yang sekiranya mendengar suaranya. Namun lidahnya seolah tertahan dan tercekat tak bisa membuka mulutnya yang mulai bergetar, kaku.

Dengan langkah kaki yang besar dan perlahan serta senyum sinis yang terukir di wajahnya yang sebenarnya terlihat sangat tampan, pria itu mendekati Nisa dan dengan gerakan cepat serta tak terelakkan, menarik tangan kananya kasar membuat Nisa meringis kesakitan akibat genggaman kuat di pergelangan tangannya yang tentu kalah kuat dengan kekuatan pria besar itu. Nisa menjerit dan berusaha sekuat tenaga melawan juga meminta tolong. Suasana malam yang sudah sangat larut dan sepi, tak ada orang yang lewat dan mendengar jeritannya. Dengan paksa, Nisa diseret hingga sampai di depan pintu mobil dan mendorongnya kasar memasuki mobil hitam tersebut. Tak lama kemudian, mobil pun melesat meninggalkan jalan yang kini sunyi senyap seolah tak terjadi apa pun, hanya sebuah tas slempang berwarna hitam yang tergeletak mengenaskan tanpa tuan di jalan yang kembali hening.

Bersambung

Follow me on IG: pupe_maelani

Date : 13 Sept 2019

AIR MATA NISA 21+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang