Part 4

27K 711 16
                                    




'Tap tap tap'

Suara langkah kaki memasuki sebuah pintu besar di sebuah rumah mewah. Pria tampan yang tak lain adalah Grinaldy Setiawan berjalan diiringi seorang pria dewasa seusianya. Berjalan tak kalah gagah di belakangnya dengan balutan jas hitam mahal yang dikenakan serta sepatu yang tak kalah mengkilat. Dengan wajah tampan dan postur tubuh yang gagah layaknya pria dewasa yang matang, Aldy tersenyum ramah ketika berpapasan dengan maid yang bekerja di rumah besarnya. Mereka memasuki sebuah ruangan besar yang tak lain adalah ruang kerja Aldy.

"Ada apa Mike?" Tanya Aldy setelah pintu ruang kerjanya tertutup.

"Tuan besar semalam mencarimu karena ada hal yang ingin dibicarakan" Terang Mike dengan sopan.

Sesaat Aldy menatap tajam ke arah Mike yang dengan cepat menundukkan wajahnya seolah takut melihat raut wajah Aldy yang berubah dengan cepat.

"Mau apa lagi orangtua itu!" gerutunya dengan wajah masam.

"Sebenarnya semalam kau pergi ke mana, berkali-kali ku hubungi handphonemu juga tidak aktif?" tanya Mike penasaran.

"Tentu saja bersenang-senang sampai mandi keringat Mike hahaha ...," jawab Aldy cuek. Mike pun berkenyit bingung.

Suasana berubah hening hingga helaan nafas berat Aldy terdengar namun seringaian yang sangat Mike kenali tercetak jelas di wajah tuannya yang tampan namun membuat bulu kuduk merinding.

"Semoga tidak terjadi!" guman Mike dalam hati.

"Tentu kau sudah tahu jawabannya ke mana aku pergi Mike!" jawab Aldy tersenyum puas menatap keterkejutan Mike seolah tak percaya.

"Tapi, Al, gadis itu ...." Mike tak melanjutkan ucapannya karena Aldy yang memotong kalimatnya.

"Aku melakukannya Mike, aku menjalankan rencanaku yang sudah ku susun sejak tiga tahun yang lalu."

'Degggg'

"Dan mencampakkan tubuh yang telah ku sakiti jauh dari tempat tinggalnya," terang Aldy dengan wajah bahagia dan tanpa rasa menyesal.

Seketika wajah Mike berubah menjadi pucat seperti kehabisan darah dan lututnya lemas seperti jelly. "Ya Allah, semoga gadis malang itu masih hidup," suara batin Mike dalam hati.

Dengan wajah bahagia Aldy bangkit dari duduknya mendekati Mike yang masih berdiri tercengang mendengar pengakuan Aldy yang membuat hatinya sesak karena tak bisa mencegah niat tuannya.

"Kau tahu Mike, aku menyiksa gadis itu hingga babak belur sebelum aku memperkosanya sesuka hatiku. Air mata dan tangisannya benar-benar membuatku senang dan puas. Tapi gadis sialan itu benar-benar payah, dia malah pingsan saat aku menggagahinya," terang Aldy panjang lebar membuat Mike semakin geleng kepala dan tak percaya. Mike tak percaya, Aldy yang dikenalnya sejak kecil bisa berubah menjadi sangat kejam kepada seorang gadis hanya karena dendam.

"A-apa kau membunuhnya?" tanya Mike memberanikan diri.

Aldy tersenyum dan menepuk kedua bahu Mike pelan.

"Belum, tapi lain waktu. Itu hanya permulaan dan inti dari semuanya sedang menantinya di depan," bisik Aldy pelan di telinga dan sontak membuat mata Mike melotot dengan tubuh menegang.

"Hey Mike! Relax! Kenapa kau setegang itu?" Mike pun mengerjap mencoba memfokuskan kembali pikirannya.

"Al!"

"Hmm," jawab Aldy santai.

"Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan."

"Perihal?"

"Sebenarnya gad ...."

"It's been a long day without you my friend,
And I'll tell you all about it when I see you again,
We've come a long way from where we began,
Oh i'll tell you all about it when I see you again,
When I see you again?"

Ucapan Mike terpotong oleh bunyi telephone Aldy yang membuat Mike kembali gagal untuk mengatakan sesuatu yang sudah lama ingin dia utarakan.

"Oh, shitt!" Decak kesal Mike dalam hati.

"Yes, Ma!"

"...."

"Jam berapa?"

"...."

"Ok, Ma."

Sambungan telephone pun tertutup.

"Mike, aku akan pergi menjemput Mama. Jangan lupa kau handle meetingku siang ini!" perintah Aldy kemudian pergi meninggalkan Mike yang hanya dibalas anggukan.

Sepeninggalan Aldy, Mike berjalan lemah menuju mobil yang terparkir di halaman menuju kantor untuk menggantikan meeting. Mike tumbuh besar bersama Aldy dan juga seumuran. Dahulu, ayah Mike adalah kaki tangan keluarga Setiawan sebelum meninggal dunia 8 tahun yang kemudian digantikan oleh Mike. Langkahnya gontai memikirkan nasib gadis yang baru saja menjadi korban kekejaman bosnya dan ingin mencarinya diam-diam.

"Aku harap kau masih hidup Nisa," suara lirih Mike dengan mata terpejam bersandar lemah di kursi kemudi.

~Bersambung

INFO : KALIAN BISA MEMBACA LANJUTAN CERITA AIR MATA NISA DI DREAME YA!

            JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE JUGA!

            SAMPAI JUMPA DI DREAME!

AIR MATA NISA 21+ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang