Pagi itu suasana hati seorang Sebastian Erlangga berada di tingkat didih paling tinggi, terlihat dari nada suaranya yang juga ikut meninggi, serta sorot mata yang mengkilap penuh emosi.
Tak lagi dipertanyakan siapa sosok yang berani membuat si most wanted kampus emosi selain Jennie, gadis super duper galak, cerewet dan tentunya nggak kenal takut. Sekalipun yang dia hadapin bukan sembarang orang, melainkan Sebastian Erlangga, ERLANGGA! si most wanted yang nggak usah diraguin lagi latar belakang keluarganya. Tanpa dikasih tahu semua orang juga sudah tahu siapa itu Erlangga. Keluarga kaya raya sampai tujuh turunanpun tak akan habis-habis, bisa bayanginkan sekaya apa kelaurga itu.
Kesuksesan itu takluput dari sosok luar biasa, sosok yang begitu diagungkan, yang begitu didambakan para wanita, yang setiap gerak-geriknya menjadi sorotan dan setiap namanya tercantum dalam koran. sayangnya, sosok itu tak pernah terpampang jelas, nyata dihadapan. Semua hanya desas-desus, semua hanya buah bibir yang menggambarkan sosok rupawannya tanpa pernah melihat secara gamblang. Tapi satu kepastian jika dia Duda mapan. Siapa lagi kalau bukan Arkadipta Erlangga.
Brak!
Dengan keras ia menggebrek meja tanpa peduli orang-orang di sekitar, meski begitu tak ada yang berani menegur. Boro-boro menegur bicara sama Elang aja nggak ada yang berani, katanya sih takut di slompret, apalagi kalau burung kutilangnya lagi mode marah gini pokoknya langsung menjauh sendiri-sendiri ntar kena tulahnya lagi. Bahkan dosen-dosenpun segan karena embel-embel nama dibelakangnya, sekalipun tingkahnya bandel abis, urakan dan semaunya aja, tetap nggak ada teguran, aman!
"Woy, si anying ngagetin orang aja. Napa lo sewot gitu?" dengan beraninya Zaen bertanya, maklum diakan sudah mendapat predikat teman dan sekomplotannya Elang, jadi baginya bertanya ini dan itu ya enggak masalah.
"Nggak usah tanya deh, lo juga pasti tahu siapa orangnya. Emang gila tuh cewek, pagi-pagi udah bikin emosi gue naik aja! Dasar! Cewek bar-bar! Gue sumpahin nggak laku!" teriaknya penuh emosi dengan tangan menggepal kuat.
"Lah emang dia nggak laku." Suara bas yang begitu familiar terdengar, menyahuti omongan yang dia dengar barusan, siapalagi pemilik suara ini kalau bukan Reno si kalem yang menghanyutkan. Jangan deket-deket ntar kesem-sem lagi.
"Wajar lah kalau nggak laku sikapnya aja bar-bar gitu, udah gitu tepos depan belakang. Nggak ada menarik-menariknya, songgong! Yang palik sok! Udik! Heran kenapa ada manusia purba di kampus ini sih! Sialan emang tuh cewek!" Cercanya tanpa menyadari situasi yang terjadi hingga sebuah botol mineral tanggung melayang, mengelus kepala itu sayang hingga mengaduh kesakitan.
"Woy gila! Siapa yang berani nimpuk gue sih! Anjing emang tuh orang, cari mati apa?" teriaknya kesekian kali dengan membalikkan badan.
"Apa? Huh! Lo duluankan yang nyari perkara sama gue. Makannya kalau punya mulut tuh dijaga! Lo pikir lo sempurna huh? Bangga kok sama kekayaan, Bokap! Malu woy! Malu!"
"Lo! Nyari ribut lagi ya lo. Nggak puas apa yang di kantin, huh?"
"Apa? Lo mau adu fisik okey gue jabanin siapa juga yang takut sama lo! Lo tuh nggak sekedar banci di mata gue! CEMEN!" remehnya dengan membalikkan ibu jari. Jika bukan karena predikat sabuk hitam yang ia sandang mungkin sekarang Elang sudah maju menghajar. Tapi dia masih berpikir dengan logis dan jernih, jangan lupakan harga dirinya jika kalah di tangan Jennie musuh bebuyutan. Lagi pula diakan cowok gantle yang nggak akan pernah mukul cewek, sebrengsek-brengseknya dia, dia tetap memuliakan seorang wanita. Karena baginya wanita tuh barang antik yang hanya boleh disayang.
"Lo beruntung Karena gue bukan cowok yang suka main pukul cewek, sekalipun ceweknya kayak lo yang bar-bar. Gue sumpahin lo nggak laku!" teriaknya untuk kesekian kali yang dibalas tamparan cantik dari Jennie. Oh my!
Sayangnya itu hanya sebuah perkataan belaka, buktinya Elang sudah menuai adzab saat kebenaran terpampang nyata. Saat dia tahu siapa wanita cantik yang akan dinikahi Ayahnya, yang secara otomatis akan jadi Mama tirinya.
Ini kisah percintaan Jennie, gadis cantik dengan wajah bersih tanpa polesan make-up yang sukses menjerat hati sang miliarder. Terpaut usia jauh tak menyurutkan cinta Jennie, toh emang tipe Jennie tuh om-om ganteng dan tajir melintir.
"Baru juga ngerasain jatuh cinta, baru juga pacaran untuk pertama kali, tapi kok akhirnya gini sih. Parahnya lagi dia Bokapnya si burung kutilang, musuh bebuyutan gue, oh my!" teriak Jennie dengan meraup wajahnya kasar.
Mungkin nggak ya demi ego, Jennie membatalkan pernikahan itu? Atau justru Elang yang akan berdemo pada sang Papa? Hm? Ikutin aja kisah baru ini siapa tahu mendapatkan kepuasan sendiri.
***
Kalau ada yang tanya kok buat cerita lagi, padahal masih ada banyak cerita yang belum end.
Ekhm! Permasalahannya author tuh suka bosenan. Kalau bosen sama cerita yang ono ya ganti ke cerita lain, dan juga author mau lihat sebenarnya author tuh feelnya ke mana. Kalau feelnya dapet yang ini ya lanjut terus sampai tamat, kalau nggak ya tinggalin buat yang baru, atau lihat-lihat lapak lama.
Tapi kayaknya syuka yang ini heheheh. Kalau minat lanjut vote dan koment okey! 😊😊😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enamy Father
Random"Sialan! gimana perasaan lo saat tahu jika ternyata calon Mama tiri lo musuh bebuyutan lo di kampus? Gila! Rasannya nggak karuan, dan itu nyata gue alamin sendiri guys! Oh my god! Apa kata dunia?" -Sebastian Erlangga. --- "Apa? gue? Jenniefer Khiel...