Gadis itu mengerutkan dahi saat melihat dandanan sahabatnya yang berbeda dari biasanya. Wajah yang sebelumnya tanpa riasan make-up kini terlihat bersemu merah hasil polesan blash on tipis-tipisnya. Oh jangan lupakan dandanan feminimnya, nggak tomboi seperti hari-hari biasa. Ada apa gerangan? Apa mungkin karena efek sumpah serapah si burung kutilang kemarin? Hingga ia ingin menjerat hati pria? Mungkin nggak ya seorang Jenniefer segila itu? Hhhhh.
"Nggak salah ini loh, Jen? Tumben banget emang ada acara apaan sih? Eh btw bukannya ini baju yang lo beli bulan kemarin ya, di ch..."
"Nggak usah sebutin merek kenapa sih, lagian gue cuma lagi mau dandan aja, masa nggak boleh. Emangnya lo aja yang boleh dandan sedangkan gue nggak? Gitu?"
"Ya nggak gitu tapi aneh aja, tuh anak-anak yang lain jadi lihatin lo semua. Mungkin mereka heran sama perubaha lo yang derastis hahahaha."
"Ketawa aja terus sampai gigi lo garing, bukannya mesenin gue makanan malah tanya ini itu. Guekan laper gimana sih." Dengusnya dengan bibir berkerucut lucu, semakin membuatnya terlihat gemas.
"Iya deh iya, ndoro ratu mau makan apa biar saya pesenin?"
"Emh..., lontong pecel aja satu, gorengan lima ribu, minumnya es jeruk aja deh yang manis, guekan suka sugar. Eh jangan lupa kerupuk juga, kalau lo terserah mau beli apa."
"Gila ya lo? Gue bukan babu kali. Parah ih."
"Lah lo tadi bilang apa hayo? Emang gue salah? Nggakkan?" Manda, gadis itu mendengus keras, menyesal atas apa yang barusan ia katakan. Ginikan jadinya dia kena tulah, asem emang.
"Kalau lontong pecel, gorengan, krupuknya abis semua gimana?"
"Soto kalau gitu."
"Kalau sotonya abis?"
"Mie ayam aja."
"Kalau mie ayamnya abis?"
"Bakso aja deh, terserah. Yang penting makan."
"Ka.."
"Jangan bilang Baksonya abis, nanti lo yang akan gue makan. Puas?"
"Serem amat sih, Bu. Lagi dapet ya?"
"Dapet apa? Suami?"
"Ngimpi! Udah ah gue mau pesen pesenan lo dulu, tahi emang."
"Woy! Ngomong apa barusan! Minta diapain emangnya, sisni-sini." ujarnya denga gerakan tangan seolah memanggil, menyuruhnya mendekat. Tapi lihat raut wajah Manda yang tersirat justru rasa ngeri. Persahabatan yang unik bukan? Yang anehnya begitu langgeng. Yah beginilah suasana tanpa burung kutilang yang berbeo, coba kalau ada pasti bukan konteks nyaman nan damai lagi yang terjadi tapi kerusuhan yang sudah menjadi makanan sehari-hari anak kampus.
"Beneran ini lo nggak mau bareng sama gue?" tanyanya untuk kesekian kali.
"Nggak usah, Man. Lo duluan aja, gue ada perlu bentar kok."
"Lo mau kemana sih sedari pagi gue tanya lo nggak mau jawab, sok main rahasia-rahasian lo."
"Guekan udah bilang, Manda. Gue mau ketemu calon suami."
"Boong banget sih, pacar aja nggak punya apalagi calon suami. Ngaco! Makannya jangan kelamaan jomblo ginikan jadinya lo sedeng."
"Lo tuh yang sedeng di kasih tahu tapi nggak percaya ya udah, bye. Tapi awas ya kalau ada undangan pernikahan gue nyasar di rumah loh jangan terkejut."
"Masa? Emangnya siapa yang mau sama loh, seksi aja nggak? Dandan aja nggak pernah, tomboi, galak, cerewet,"
"Sebutin aja, sebutin terus semua kejelakan gue. Lama-lama lo kayak burung kutilang tahu nggak, nyebelin. " dengusnya kesal. Membuat gadis itu tak enak hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband My Enamy Father
De Todo"Sialan! gimana perasaan lo saat tahu jika ternyata calon Mama tiri lo musuh bebuyutan lo di kampus? Gila! Rasannya nggak karuan, dan itu nyata gue alamin sendiri guys! Oh my god! Apa kata dunia?" -Sebastian Erlangga. --- "Apa? gue? Jenniefer Khiel...