Di tinggal lagi.

3.8K 153 46
                                    

Tak menyangka itulah yang Arkadipta Erlangga rasakan setelah pertemuannya dengan sang Mama. Karena bukan pelukan dan sikap ramah tamah yang ia dapatkan, justru timpukan serta teriakkan gemas. Satuhal yang Dipta tak suka kala bertemu sang Mama tercinta adalah pembicaran yang sedari dulu tak pernah terlewatkan mengenai, "Kapan nyari istri?" Atau..., "Kamu nggak capek sendiri terus? Bukannya lebih baik punya istri? sudah dimasakin? Diladenin? Diperhatiin? Di urus segala keperluan kamu. Bukannya kayak gini, kamu sibuk kerja sampai lupa dengan anak sendiri." wejangan-wejangan seperti itu sudah menjadi nutrisi tersendiri bagi Dipta hingga ia merasa bosan. Bagaimana tidak bosan? Jika setiap bertemu pastilah yang dibahas hanya masalah itu-itu saja.

Belum lagi jika sang Mama tercinta berbicara ngelantur mengenai teman kencannya itu seperti, "Mama nggak masalah kamu nikahin salah satu jalang-jalang kamu itu. Dari pada seperti ini? Nggak jelas. Yang ada nanti kamu penyakitan kebanyakan jajan yang nggak higenis, Mama seperti ini karena peduli sama kamu Dipta. Yah sekalipun nanti Mama jadi bahan gosipan orang-orang karena punya menantu murhan." Dulu hal itu menjadi momok bagi Dipta, tapi semenjak kenal Jennie, hal itu tak lagi menjadi masalah lagi.

Tunggu, semua masalah belum terselesaikan sepenuhnya. Karena ada masalah yang jauh lebih besar menanti, siap menghadang jalannya tuk bersama sang pujaan hati. Dipat berharap semoga semua berjalan sesuai keinginannya tanpa drama-drama yang tentunya akan memperkeruh suasana. Huh! Mendesah lega sembari menyenderkan kepala dengan rileks di kirsi belakang mobil.

"Yakin kamu nggak langsung kebandara? Sebentar lagi kamukan take off?"

"Masih ada satu urusan yang belum terselesaikan, bro. Lagian masih setengah jam lagi kan take offnya?"

"Iya. Aku heran sama kamu Dip. Kenapa nggak langsung ke Dubai aja sih? kenapa harus mampir ke Indo? Katanya di Dubai cuma mau tiga hari doang? gimana sih."

Dipta yang mendengar ocehan sang sahabat sekaligus merakap sebagai sekertaris itu hanya mampu terkekeh pelan seblum akhirnya menjawab.

"Kamukan tahu di sini ada seseorang yang harus kutemui, selain Mama dan Bastian?"

"Seriously? Kamu yakin mau serius sama dia?"

"Yup!" mendengar kata itu, Sam menggeleng tak percaya.

"Apa yang sepesial dari dia sampai bikin kamu seyakin ini buat nikahin dia?"

"Nothing."

"Nggak mungkin kalau nggak ada. Aku yakin dia begitu sepesial sampai mampu menjinakkan kamu dengan mudahnya. Aku jadi penasaran seperti apa perempuan itu?" ujar Sam dengan bersungguh-sungguh. Membuat Dipta sejenak menerawang hingga sebersit senyum menghiasi wajah.

"Ya, dia sepesial. Makannya itu aku ingin menemuinnya."

"Aku nggak nyangka di usia 40 lebih ini kamu baru mengalami jatuh cinta, gila emang. Demi dia masalah yang didubai 100% kuprediksi tak bisa selesai dalam waktu 3 hari. Ck!" ujar Sam dengan yakin dan itu membuat seorang Dipta menggerutkan dahi tak suka.

"Kenapa tidak? Memangnya hal apa yang  seorang Arkadipta Erlangga tidak bisa lakukan hah? Tiga hari, tidak lebih. Akan kuselesaikan semua masalah dalam tiga hari."

" Bro! Ini masalah serius?"

"Aku tahu, buruan jalankan mobilnya. Aku tak ingin waktuku terbuang percuma." dengus Dipta kesal, terlihat dari raut wajahnya sekarang yang menunjukkan ekspresi tak enaknya.

"Bukankah dia lebih menyita waktumu?"

"Sam!"

"Oke fine! Ini masalahmu bukan masalahku okey. Tapi bro, aku hanya tak ingin kamu jatuh kelubang yang sama seperti dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband My Enamy FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang