"Nah miyuki di sini terdapat 3 kamar pililah sesukamu mau pakai yang mana. Ya sudah kalau begitu aku akan pulang sekarang. Ku serahkan sisanya padamu." ujar eitoku
"Tunggu.. Anda bilang pulang? Memang anda tak tinggal bersama sawamura selama ini?" tanya miyuki. Ia sedikit heran bagaimana bisa mantan sensei nya itu begitu saja meninggalkan boca nakal itu sendirian tampa pengawasan?.
"Tidak.. Aku tinggal di rumah utama, sebenarnya eijun dan kakaknya lah yang tinggal di sini. Maaf telah merepotkan mu miyuki, aku tau kalau prusahan mu sekarang tak tapat di tinggalkan Dan terima kasih kau mau membantuku untuk mengurus anak nakal itu." ujar eitoku dan ia membungkuk 90°
"Anda tak seharus nya begitu. Saya senang bisa membantu anda sensei. Masalah perusahaan ku, aku bisa mengerjakannya di sini. Jadi itu tak ada masalah."
"Sekali lagi terima kasih. Kalau begitu aku akan pergi masi banyak urusan yg harus ku selesaikan. Dan ngomong-ngomong berhentila memanggil ku sensei. Kau bisa memanggil ku sama seperti ejun. Kau sudah ku anggap seperti cucu ku sendiri."
"Hahaha.. Baik lah kakek. Hati-hati di jalan"
Ceklek blam
Pintu tertutup dan menyisakan miyuki sendiri di rumah itu.
.
.
.Sementara itu di sekolah.
"Neng, ngapain neng di sini? Semua udah pada pulang loh neng" paijo hendak mengunci pintu kelas itu, namun ia terkejut dengan keberadaan eijun di kelas itu. Ia bingung tumben-tumbennya ejun masi ada di sekolah. Dan hari sudah mulai gelap.
"Diam kau jo, ancaman ku tak main-main loh!." seperti biasa agar paijo tak menganggunya ia masi saja beri ancaman potong gaji pada paijo. Namun dengan beraninya paijo menganggap itu hanya angin lalu saja sekarang.
"Ye eneng, pakai ancam gitu lagi segala. Lagian bukan eneng yang gaji saya."
"He aku jelasin ya jo, aku bisa bilang ke kakek buat pecat kau. Dan lagian berhenti panggil ku eneng!! Aku ini laki-lalik!! Mana mungkin di panggi neng!!" niat hati buat menenangkan diri, malah hati di buat dongkol.
"Ye saya panggil eneng eijun, eneng tuh cocok sama neng eijun. Kalau saya panggil abang eijun mah enggak ada cokok-cocoknya. Lagian neng eijun itu unyuk kagak ada garang-garangnya kalau eneng mah. Macam neng haruichi, temen neng si merah jambu itu." dasar paijo, tak taukah kau kalau sedari tadi sudah keluar aurah hitam di samping mu itu. Seolah siap membunuhmu kapan saja?
"Ha?! Matsud mu aku enggak ada gentleman gitu?!" oke sepertinya eijun mulai tersulut emosi. Bagaimana tidak, mau ditaruh mana harga dirinya sebagai laki-laki.
"Sudahlah neng eijun, neng kagak pulang nih? Hari mulai gelap. Entar di marahin tuan eitoku bisa berabe loh."
"Cih.. Aaa.. Menyebalkan" eijun pun segera mengambil tas nya dan berniat untuk keluar lewat jendela, namun paijo tiba-tiba berteriak
"NENG EIJUN?!!"
"Berisik sekali kau jo"
"Neng kalau emosi boleh tapi ya jangan main loncat situ neng!! Capek nih ijo ngerawat itu bunga. Malah main asal injek begitu"
"Hala tinggal beli yang baru terus tanam lagi, apa susahnya. Lagian kalau semua pada bener, kau jadi tak ada kerjaan. Terus gaji dirimu pakai apa ha?! Pakai daun gitu.."
Jlep...
Sakit hati ijo neng, sakit neng."Jahat sekalai kau neng, sakit nih hati ijo" sambil mengelus dada dengan wajah di buat nampak sedih. Justru membuat eijun jijik. Eijun pun beranjak pergi meninggalkan si paijo yang semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baka-Sensei
FanfictionBagaimana jadinya jika guru matematika sekaligus guru BK di sekolahmu adalah kekasihmu? Parahnya kekasihmu itu seorang 'masokis'?