JERAWAT!!!Ampun, Gusti!
Jerawat lagi? Lagi? Masih nangkring aja di wajah gue. Emang nggak kapok-kapok, ya? Udah diusir, juga! Kenapa masih di situ? Awas aja, ya! Gue pencet, mati lo!
Ekhem!
Sebelum itu, mari kita berkenalan. Nama gue Wahyuni Mustikaratu, biasa dipanggil Yuni. Umur gue 15 tahun, sekarang duduk di bangku SMP kelas tiga. Iya, gue udah mau tamat. Sebentar lagi bakal menghadapi Ujian Nasional, yang katanya sih, sangat mendebarkan.
Well, gue nggak takut. Sama sekali, nggak! Gue berani, kok! Tinggal cap-cip-cup kembang kempis, udah dapat jawaban.
Yang jadi permasalahan dalam hidup gue adalah... J.E.R.A.W.A.T!
Kalian pasti tahu apa itu jerawat, kan?
Sebuah bakteri jahat yang nggak bakal pernah ada matinya. Apalagi jerawat yang gue punya unlimited edition. Punya banyak nyawa, udah dikempesin pasti balik lagi. Sembuh, datang lagi. Pokoknya jerawat gue setia banget buka lapak di wajah gue.Di dahi ada, di pipi juga, di dagu, hidung. Apa lagi, ya? Ah, di dalam hidung juga ada. Sakit, lagi! Kamvret, emang!
Eits... bukan cuma jerawat aja yang jadi permasalahan hidup gue. Tapi... minyak wajah! Komedo! Kusam! Parahnya lagi, wajah gue sensitif parah!
Hm... gue harus berterima kasih sama siapa, nih?
"Yuni! Cepetan, napa?"
Tuh, dengar! Abang gue udah manggil. Nggak pernah santai tuh orang, untung ganteng!
Aih, kadang gue iri sama Abang gue.
Wajahnya mulus banget, putih, kinclong, pokoknya beda banget sama gue. Kadang gue harus pake masker biar nggak kelihatan kayak saudara tiri. Gue sama Abang Geris beda jauh, lah!"Yuni! Ngapain aja, sih? Lama bener!"
Gue nyengir. "Lagi make up nih, Bang."
Geris masuk ke dalam kamar, ambil tisu basah. Tanpa permisi, dia hapus dandanan gue. Dalam sepersekian detik, muncullah jerawat yang terhias rapi.
"Kok dihapus, Bang? Nggak cantik, deh!"
"Lo makin jelek kalau dandan, natural gini malah kelihatan cantik, tahu!"
Gue nggak tahu maksud perkataan Geris.
Dia lagi muji atau gimana, sih? Mungkin dia buta kali, ya? Jelas-jelas jerawat terhias rapi di sana-sini, cantik dari mananya? Ah, Abang Geris nggak rasional!"Gue jelek, Bang!"
Geris melotot tajam. "Jelek-jelek! Perasaan lo aja! Udah, cepetan! Abang telat, nih!"
Dengan hati yang berat gue melangkah.
Padahal gue udah dandan dengan hati yang ceria, berharap semua orang bisa naksir sama gue.Iya, gue orangnya narsis, imajinasi gue terlalu tinggi sama cowok. Padahal, kan... ini bukan cerita wattpad. Dimana si buruk rupa bertemu dengan pangeran tampan.
Ih! Kok gue alay banget, ya?
Geris biasanya antar gue ke sekolah, naik motor vespa. Abang gue sebenarnya penyayang banget, walau mulutnya selalu ngoceh nggak jelas, kayak cewek. Melebihi gue!
"Pulangnya nanti tungguin Abang. Jangan kemana-mana. Ngerti?" Geris melotot tajam, memberikan petuah yang udah gue hapal. Dia kayak gini karena gue adik satu-satunya.
"Iya, Bang."
"Kalau ada yang ganggu, bilang!"
Tenang, Abang gue yang cakep. Untuk yang satu itu nggak perlu cemas. Nggak ada cowok yang mau gangguin adik cantik lo ini. Semuanya pasti ngehindar, kok!

KAMU SEDANG MEMBACA
Gue (Nggak) Jelek! [Completed]
Teen FictionGue bukan cewek yang bikin orang kagum dengan sekali lihat. Kulit berjerawat, wajah berminyak, komedo setia nongkrong di hidung, ditambah postur pendek, gendut, dan hidung pas-pasan. Kombinasi sempurna buat jadi bahan ledekan, kan? Tapi tunggu dulu...