Ketika harga diri dan keistimewaan dipertaruhkan oleh ego.
Chenle Zhong x Renjun Huang.
top : Chenle
bott : Renjun
Baku & semibaku
lokal, au, hardwords
⚠bxb! homophobic don't read it!
tidak menjiplak cerita manapun! ini hasil imajinasi saya sendiri!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
..
Hari keempat bersekolah dengan suasana baru belum juga membuat seorang Zhong Chenle berhenti dari kebiasaan lamanya; bolos, tawuran, merokok, dan hal buruk lainnya.
Namun, dibalik hal buruk ada yang mengandung hal baik. Contohnya; Chenle akan melakukan kegiatan sosial di masyarakat, mengumpulkan dana untuk membantu yatim piatu atau masyarakat tingkat bawah.
Jadi, tidak heran jika masyarakat sekitar SMA/SMK Neo Culture 21 banyak yang mengenal geng mereka, kadang juga memberikan jajanan gratis untuk Chenle dan anggotanya. Bahkan, pernah pada suatu waktu mereka gotong royong menolong warga membangun masjid.
Tapi, di mata para guru dan warga sekolah, mereka pasti dipandang sebagai berandal yang tidak punya masa depan atau kegiatan bermanfaat.
Yaah, biarkan mereka menyimpulkan berdasarkan apa yang mereka lihat. Chenle masa bodoh saja, terpenting nomor satu; ia sudah melaksanakan apa yang ia inginkan.
"Kau mau kunjungan ke kampus tidak?" tawar Kevin pada Chenle yang tengah memberikan santunan pada panti asuhan.
Anak sulung keluarga Zhong menengok ke arah kirinya, "Boleh, sekaligus kita cari tahu tentang kampus itu, siapa tahu bisa diterima di kampus itu." ucapnya setelah menimang. Sebenarnya, ia mudah-mudah saja ingin kuliah dimana, karena keluarganya adalah konglomerat.
"Oke. Kita kunjungan ke Universtas Gajah Mada bagaimana? Atau Universtas Indonesia?" dua tempat yang amat diminati banyak kalangan pelajar itu menjadi sasarannya.
"Call! Sabtu minggu kita kesana!" selesai memberikan santunan, mereka keluar dari ruangan aula panti untuk berbincang sebentar dengan kepala pengurus panti.
"Terima kasih," seorang pria tambun berjenggot abu tersenyum lembut ke arah Chenle serta teman-temannya. "Semoga, kalian selalu dilindungi oleh Yang Maha Kuasa." doa pria tambun itu diamini oleh mereka.
"Kami pamit, Pak, Bu." mereka menyalimi pengurus panti. Kemudian menyeru gembira ke arah anak panti. "Adek-adek! Kakak pamit ya?! Kapan-kapan kami akan kembali!" sembari melambai-lambai mereka berjalan menuju motor masing-masing.
"Kak Chenle jangan lupa kemari lagi ya! Kami akan rindu pada kalian!" seru anak panti secara serempak juga ikut melambai-lambaikan tangan mereka. Sebuah senyuman terbit di wajah tegas Chenle. Ia bahagia melihat anak-anak ceria.
"Hei! Bos kita tersenyum kawan! Keajaiban untuk ketiga kalinya." canda Hyunjin diikuti kekehan renyah dari empat anggota lainnya.
"Yah, setidaknya wajah dia memiliki ekspresi, tidak terus menerus seperti triplek rumahku." tanggap Jinyoung juga ikut bercanda. Mengundang decakan kesal dari Sang Ketua geng yang tengah memakai helmnya.