Ketika harga diri dan keistimewaan dipertaruhkan oleh ego.
Chenle Zhong x Renjun Huang.
top : Chenle
bott : Renjun
Baku & semibaku
lokal, au, hardwords
⚠bxb! homophobic don't read it!
tidak menjiplak cerita manapun! ini hasil imajinasi saya sendiri!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Sudah tiga hari belakangan ini Renjun menghindar dari Chenle, membuat sahabat yang lebih muda merasakan keanehan karena perubahan itu, kadang saat Chenle menginap di apartemen Renjun, si mungil akan merasakan canggung luar biasa. Mungkin karena sedikit trauma mendapat perlakuan seperti itu dari sahabatnya.
Juga, Jaemin dan Jeno merasakan perubahan emosi Renjun, terkadang pula anak itu menangis tanpa sebab, melamun setiap saat tertentu, pandangan matanya kosong. Dan terakhir, Renjun sudah terlihat bak mayat berjalan. Membuat dua sahabat karibnya itu merasakan prihatin.
"Jun, kau oke? Ada apa denganmu belakangan ini?" Jeno mengusap lembut punggung sahabat masa kecilnya itu.
Renjun hanya memberikan gesture gelengan, mengulang aktivitas seperti biasanya--mengaduk secara acak makanan yang ia pesan--hal itu membuat Jaemin menghela napas lelah. "Aku tahu kau tidak baik. Salahkah jika kau cerita?"
"Aku masih ragu untuk menceritakannya," jawab Renjun lesu. Ia taruh kepalanya di pelipatan tangannya di atas meja. Matanya menyayu turun, ada gejolak aneh saat mengingat kejadian tak terduga itu di dalam dirinya, seperti geli pada perutnya.
"Kenapa kau ragu? Kami sahabatmu, bukan orang lain." kata Jaemin tidak terima. Menyesap ulang minuman kaleng yang tadi ia pesan.
"Aku takut, kalian akan marah." masih mengelak untuk menceritakan apa yang dialaminya, menuntun dua sahabatnya menggeram gemas karena kesal.
"Terserahmu. Aku tidak akan bantu lagi," ucap Jeno skeptis.
Renjun diam. Memejamkan matanya, sampai tak sadar dirinya menuju alam mimpi, dengkuran halus terdengar oleh Jeno, membuat pemuda itu tersenyum maklum, "Kau kelelahan ternyata, maafkan kami ya?"
"Biar aku yang gendong." usul Jaemin hendak beranjak dari kursi.
"Aku saja!" tolak Jeno memicing.
"Aku! Kau kan sub, mana mungkin kuat menggendongnya?!"
"Kau meremehkanku, heh?!"
"Aku tidak. Tapi itu kenyataan!"
Suara ribut mereka mengundang tatapan bertanya dari murid yang ada di kantin. Melirik sekilas ke arah pemuda mungil yang terlelap di kursinya, lalu mereka menyimpulkan jika duo J itu merebutkan posisi yang patut menggendong si mungil.
"Aku saja," suara berat bercampur nyaring menginterupsi kegiatan debat mereka, keduanya beserta warga sekolah menengok ke arah pintu masuk kantin.
Ada si penyuka bandana beserta anak geng berandalannya yang tengah berjalan masuk ke kantin, raut datar dan dinginnya membuat semuanya terdiam. Kaki jenjangnya menghampiri tempat duduk Renjun, kemudian mengangkat tubuh ramping itu dan menggendongnya ala bridal style.