Fix My Broken Heart - 5

15.2K 1.4K 35
                                    

Tanganku terasa kebas. Mataku mengerjap mengusir pedih ketika silau sinar putih menyambar.

Aku di mana? Kenapa aku di sini? Kuedarkan pandanganku. Ruangan ini cukup luas. Aku tidak berada di kamarku. Ruangan ini didominasi warna putih dan hijau muda. Bau karbol menyengat. Puskesmas? Kenapa sebesar ini?

Kuangkat lenganku, hendak memijit kepalaku yang masih terasa nyeri. Tidak bisa. Ada yang menahan lenganku.

Pandangan mataku membentur sesosok terlelap di sana sambil menggenggam jemariku. Rambut tebalnya, ikalnya, dan aroma khas-nya memancarkan kemaskulinitas yang selama ini sangat kuingat menjadi ciri khas-nya. Benar, dia Kak Damar.

Tubuh tinggi besar itu menggeliat, kepalanya bergerak. Aku terpaku diam. Lalu mata kami bersirobok. Ia nampak terkejut dan bergegas berdiri, menekan tombol di atas kepalaku.

"Kau sudah sadar?"

Aku tertegun. Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa bersamanya di sini?

"Kau pingsan semalam. Aku membawamu kemari," beritahunya seolah mengerti kebingunganku.

"I-ini di mana?"aku masih saja gugup jika bebicara dengannya.

"Kau di rumah sakit. Apa yang kau rasakan sekarang? Mana yang sakit?"

Baru saja aku hendak menjawab, pintu kamar terbuka, seorang dokter dan seorang perawat masuk, tersenyum menyapa dan mulai memeriksaku.

"Tekanan darahnya sudah normal. Begitu pula dengan suhu tubuhnya. Masih mual?" jelas dokter itu dan bertanya padaku di akhir kalimatnya sambil membetulkan letak kacamatanya.

Aku menggeleng pelan.

"Sebenarnya dia sakit apa, Dok?" kudengar Kak Damar bertanya.

"Sepertinya kelelahan, makan tidak teratur dan banyak pikiran. Sebaiknya anda memastikan makan dan istirahatnya cukup. Minumkan obatnya dengan teratur."

"Baik Dok, terima kasih," Kak Damar mengangguk dan mengikuti sampai dokter itu keluar ruangan, lalu menutup pintu. Ia berbalik menghampiriku.

Jantungku berulah lagi ketika Kak Damar hanya memandangku tanpa bicara beberapa saat. Aku jengah. Perasaanku bercampur aduk.

"Kapan aku boleh pulang? Aku harus bekerja," kataku sambil membuang pandanganku ke lain tempat, menghindari tatapannya.

"Kau masih harus beristirahat sampai dokter mengatakan kau benar-benar sehat."

"Tapi aku harus bekerja. Lagipula, aku tidak sanggup membayar biaya rumah sakit. Kenapa membawaku kemari? Kenapa tidak ke puskesmas saja? Aku tidak-"

"Kinar, stop!" Kak Damar memotong ucapanku. Ia menarik nafas panjang.

Aku terdiam. Rasa takut dan jengah menguasai hatiku. Aku gelisah. Berduaan dalam ruang tertutup seperti ini membuatku salah tingkah. Dia, suami Kakakku. Meskipun Kak Retta dan Ibu sudah mengusirku, tapi merekalah yang merawatku sejak aku yatim piatu. Aku tidak ingin mereka semakin membenciku karena hal ini.

.

.

=====

.

.

Aku meringis melihat wajah cemas Nyonya Jenny dan Demian.

Mereka bergegas menuju ke rumah sakit tempatku di rawat setelah supir Nyonya Tiara memberikan kunci ruko saat mereka datang. Pak Gino juga memberitahukan bahwa aku pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

"Nah, apa kataku, Ma. Sebaiknya Kinar tinggal di rumah saja. Kan bisa menemani Mama juga kalau aku sedang keluar kota," suara Demian terdengar rendah, namun jelas dapat di dengar siapapun yang berada di ruang ini.

Fix My Broken Heart (Sudah Terbit Di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang