Fix My Broken Heart - 9

18.4K 1.1K 23
                                    

Kuurai pelukan erat di tubuhku dengan perlahan. Dengan enggan Kak Damar menurut. Sinar matanya menyorotkan kecemasan dan setitik rasa takut. Kedua lengannya masih terlingkar di tubuhku.

"Maaf, aku sengaja tidak membawa ponsel. Aku kan hanya makan siang dengan Mama Tiara. Kakak jangan marah ya," kutepuk ringan lengannya.

"Kau membuatku cemas, Kin."

"Maaf. Tidak akan terjadi lagi. Aku janji," kuangkat dua jariku sambil tersenyum.

Kak Damar menatapku, lalu tersenyum.

"Mama dimana sekarang?"

"Langsung pulang. Katanya ada janji mau bertemu dengan Bu Sandra. Mau membicarakan catering untuk acara amal itu."

Kak Damar mengangguk. Ia membawaku ke sofa dalam ruanganku. Kak Damar yang membuatkan ruangan ini agar aku bisa beristirahat. Aku memekik tertahan ketika ia menarikku duduk di pangkuannya.

"Kak-"

"Biar seperti ini sebentar saja, Kin. Aku merindukanmu," ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku.

Jantungku berdebar keras.

"Kapan kau akan menjawab lamaranku dengan kata 'ya, aku mau' Kin?" gumamnya membelai punggungku yang mendadak kaku.

"Uhm...." aku mencoba rileks. Perlahan kulemaskan punggungku. Dan sepertinya Kak Damar merasakan setiap gerakanku sekecil apapun.

"Coba Kakak buat lamaran lagi," jawabku setelah terdiam beberapa saat.

Tubuh Kak Damar menegang, lalu perlahan ia menjauhkan wajahnya, menatapku dalam dan lekat.

"Apa sudah ada jawaban yang bagus untukku?" suaranya terdengar penuh harap, membuatku terharu.

Kukedikkan bahuku.

"Coba saja peruntungan Kak Damar," sahutku ringan, namun dalam hatiku sudah berdegup penuh gemuruh.

Kak Damar terdiam, lalu ia menurunkanku dari pangkuannya, berlutut di hadapanku sambil merogoh kantong celana kainnya. Sebuah kotak berwarna biru tua beludru terbuka, menunjukkan isinya yang kemilau. Sebuah cincin platina dengan kilau diamond bertengger manis di dalamnya.

"Rakinara Parasayu, bersediakah engkau menjadi istriku? Please, beri aku jawaban 'Ya', dan aku akan segera mengurus pernikahan kita," ucapnya memandangku penuh perasaan.

Aku sedikit membungkukkan badan condong padanya.

"Kak, bisa tidak lamarannya jangan seperti memaksa begitu?" bisikku dengan wajah menghangat.

Kak Damar menatapku sejenak lalu menggeleng.

"Tidak bisa. Aku tidak berharap menerima penolakan, Kinar," sahutnya pelan.

"Oke. Coba diulang yang jelas," pintaku memperbaiki dudukku dengan menegakkan punggung.

Kak Damar menarik nafas panjang, lalu mengangguk.

"Rakinara Parasayu, menikahlah denganku, menjadi satu-satunya istriku, menjadi satu-satunya ibu anak-anakku kelak. Please, terima cincin ini sebagai tanda kau bersedia menikah denganku," Kak Damar mengambil cincin dari kotak dan meraih jemariku, hendak memasangkannya di jari manisku.

"Kak, kenapa memaksa lagi? Tapi ya sudahlah. Aku mau," jawabku frustrasi dengan ungkapan lamarannya yang tetap memaksa.

Mata Kak Damar membola. Dengan cepat ia menyelipkan cincin itu ke jari manisku, lalu menghambur memelukku, mencium kepalaku berlama-lama.

"Terima kasih. Terima kasih, Kinar!" bisiknya berulang-ulang.

Kubalas pelukannya, dan ia langsung mengeratkan dekapannya padaku.

Fix My Broken Heart (Sudah Terbit Di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang