Fix My Broken Heart - 8

12.9K 1.1K 13
                                    

Aku baru saja membuka pintu kamarku ketika menyadari bahwa Kak Damar sudah berada di dalamnya. Wajahnya terlihat keruh dan muram.

"Dari mana?" tanyanya dingin.

"Beli kain," kuangkat tas plastik dengan cap nama toko yang kudatangi.

"Hanya membeli kain?" tanyanya sinis.

Ada apa dengannya?

"Iya," sahutku mulai tidak nyaman dengan tatapannya.

"Membeli kain hampir setengah hari?"

"Aku bertemu teman, Kak. Kami ngobrol dulu. Maaf kalau aku terlalu lama," aku menunduk gelisah.

"Teman? Laki-laki?"

Aku mengangguk pelan. Aku gugup. Kak Damar seperti sedang menginterogasiku.

"Kau masih berhubungan dengannya?"

Aku mendongak. Siapa yang dimaksud olehnya? Apa dia tau aku bertemu Demian? Tapi darimana dia tau? Apa dia memata-mataiku? Atau...

"Aku melihatmu. Aku tau di mana keberadaanmu karena aku sudah men-share lokasi ponselmu dan selalu terhubung dengan ponselku," beritahunya membuat aku menahan nafas. Aku tidak menyangka ia melakukan itu.

Kak Damar mendekat, mengambil tas plastik yang kubawa dan melemparkannya di meja, lalu kembali fokus padaku, lebih mengikis jarak.

Aku makin gelisah. Semakin ia mendekat, aku semakin mundur. Aku benar-benar gugup dan sedikit takut. Hingga mendadak ia menyambar lenganku, menarikku dalam pelukannya, mengangkat kepalaku dan menciumku dengan paksa. Semua itu ia lakukan dengan gerakan cepat, tanpa aku sempat mengelak.

Saat aku menyadari tindakannya, aku mencoba meronta dan melepaskan diri. Tidak! Bayangan masa lalu itu muncul, menyergap dan memberikan guncangan keras. Aku meraung, menjerit dan berteriak minta ampun.

Kak Damar tiba-tiba melepaskanku, membuatku terhuyung jatuh terduduk di lantai. Kututup wajahku, kutekuk kakiku hingga meringkuk dan mundur. Pintu kamar terdengar terbuka dan langkah kaki tergopoh-gopoh mendekat.

Sebuah pelukan kuat membuatku kembali histeris. Aku takut. Kesakitan itu kembali menghajarku. Kepalaku pusing. Pandanganku berputar cepat.

"DAMAR! Kinar kenapa?"

"KINAR!"

.

.

=====

.

.

Mata yang kutau sering bersorot nyalang, keras dan kadang kelam itu kini menatapku nelangsa. Tangannya tidak melepaskan tautannya di jemariku. Pipinya basah. Ia bersimpuh di dekatku.

Kenapa ia nampak begitu menyedihkan?

Lalu pandanganku beralih pada sorot teduh di belakangnya.

"Mama Tiara," suaraku seperti bisikan.

Mama Tiara mendekat, mengusap rambutku dengan sayang.

"Kinar mau minum?"

Aku mengangguk. Laki-laki yang terbiasa kulihat keras itu kini bangkit dengan buru-buru, mengambil segelas air di atas nakas, lalu membantuku duduk dan mendekatkan bibir gelas itu ke bibirku.

Dengan canggung aku menerima semua itu.

Ia menunggu, meletakkan gelas itu kembali ke tempatnya, mengeringkan bibirku dengan tissue lembut, lalu kembali pada posisinya duduk dan menggenggam jemariku.

Fix My Broken Heart (Sudah Terbit Di Google Play Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang