03. You are the one

9.6K 306 17
                                    

"Kenapa gue jadi kepikiran gini sih sama pak Afan" ucap Avina sedikit merengek dan mengacak-acak rambutnya.

Kini ia menatap dirinya dicermin ia dapat melihat wajah jeleknya itu saat memanyunkan bibir.
"Apa mungkin gue suka sama pak Afan? Tapikan kalo dipikir-pikir gue emang suka, bukan hanya gue tapi murid-murid lain pasti" ucapnya kesal.

"Ribet banget hidup ku" gumamnya dan berbaring melihat langit-langit kamar nya, kini pikirannya mulai melayang jauh entah kemana. Hayalan demi hayalan ia pikirkan, bagaimana rasanya hidup bersama dengan pak Afan? Apa seindah novel yang pernah ia baca atau malah sebaliknya.

Apa rasanya saat malam pertama dengan gurunya itu?

Apa bibir itu semanis gula?

Apa tangan besar itu akan terus menyentuh dirinya?

Menghayal kan nya saja, membuat Avina senyum senyum sendiri. Tidak kuat

Avina bangkit dari tidurnya dan kembali melihat dirinya dicermin, senyum dibibirnya tiba-tiba saja terukir begitu saja, pipinya memerah dan ia mulai merasa malu. Begitu jauhnya hayalan yang ia ciptakan

"Malu malu maluuuu" teriaknya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Hahha tapi lucu... " ucapannya melihat dirinya lagi didalam cermin.
"Astaga "senyum itu terlihat jelas.

Disisi lain Afan sedang duduk diam dikursi meja makan pikiran nya sama, masih tertuju pada anak muridnya. Gadis itu sedikit berbeda itulah yang afan pikirkan

Apa yang harus ia lakukan? Mendekati gadis itu dan mengajaknya untuk menjalani hidup dengan serius. Menikah maksdunya?  Begitu.

Tentu. Bisa saja Afan melakukan nya tapi, apa gadis itu siap? Menerima dirinya bahkan umur mereka saja terlalu jauh.

Tanpa sadar Afan meringis dan mengacak-acak rambutnya. Anna yang melihat anaknya seperti itu mencoba untuk menghampiri nya dan bergabung.

"Ada yang ingin diceritakan? " tanya Anna ibunya Afan, awalnya sedikit ragu untuk menceritakan tapi saat melihat keyakinan dan membutuhkan pendapat dari ibunya dengan terpaksa ia mencoba untuk menceritakan semuanya.

"Jadi bagaimana menurut, mami? " tanyanya manja.
"Mami setuju jika kamu dengan gadis itu, walaupun mami tidak tau ia gadis seperti apa tapi saat afan menceritakan nya mami sedikit memahami nya. Tidak perlu dipaksakan, dekatin dan buat ia mencintaimu bahkan menerima mu apa adanya. Mami yakin Cinta akan tumbuh dengan seiring waktu, tapi jika niat awalmu hanya ingin mengetahui dirinya bahkan untuk memainkan hatinya lebih baik tidak untuk sama sekali " ucap Anna menyentuh pelan kepala Afan dan mengusap-usap nya dengan lembut.

"Afan mengerti. Terimakasih untuk sarannya, afan sayang Mami" dengan cepat Afan memeluk ibunya. Sifat manja nya terlihat saat bersama ibunya

"Ekhem!... " Anna melihat jika suaminya menegur secara halu, sudah dipastikan jika pak tua itu merasa jealous sama anaknya. Dasar
"Udah deh pi. Sama anak sendiri juga" kesal Afan dan melepaskan pelukannya menatap ayahnya kesal.
"Punya papi" ucapnya.
"Iyaiya tau" kesal Afan sedangkan Anna hanya tertawa kecil. Astaga ini saja masih diperdebatkan dasar anak dan bapak sama aja.

"Mamiii! Bikini susu dong" teriak Zai yang tiba-tiba turun dari kamarnya dan berlari pelan menghampiri mereka.
"Tidak perlu berlari! " tegur Afwan pada anaknya.
"Maaf pi. Zai lupa " Zai duduk disamping Afwan dan melihat abangnya.
"Bang. Zai minjam laptop ya? " ucapnya menatap afan.
"Untuk apa? Tugas" ucap afan menatap adik bungsu nya itu
"Bukan tugas. Zai mau main Minecraft hehehe " ucapnya.
"Iyaiya main aja sana, tapi jangan ganggu in yang lain".
"Sip bos".

"Pi. Makanya beliin noh, sikecil laptop " ucap Marvel secara tiba-tiba dan duduk disamping Afan.
"Tiba-tiba datang udah kayak setan" ucap Zai.
"Zai, jaga ucapan kamu. " ucap Afwan
" eh maap pi heheh".
"Rasain... Hahaha" ejek Marvel sambil menjulur kan lidah nya pada Zai.
"Hahkan, papi. Liat kakak Marvel noh ngejek terus" adunya pada Afwan dan kini Marvel mendapatkan tatapan tajam dari sang ayah, sehingga senyum kemenangan terlihat di wajah Zai.
"Mamiii. Papi natap aku kayak gitu, marahin " adu Marvel tak mau kalah dengan cepat Afwan menormalkan kembali tatapan nya menatap lembut kearah mereka semua.
"Mas Afwan" tegur Anna.
"Hahah rasain" ejek Marvel. Afan yang melihat mereka hanya tersenyum dan menggelengkan kepala nya

Next? Jangan lupa, vote dan komen. Makasih.😍🤗, maap baru bisa up btw masih ada yang baca? Atau udah pada bosan. Makin gak jelas aja cerita nya,iya tau cerita nya emng gak jelas. ☹️☹️

You Are the oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang