Setelah kejadian semalam Avina semakin menyukai Afan dan menyakinkan bahwa pria itu juga akan mencintainya walaupun mustahil seorang guru menyukai muridnya, tapi... Tidak ada yang tidak mungkin itulah yang membuat Avina yakin.
Cinta akan tumbuh dengan seiring nya waktu perasaan Cinta itu akan semakin besar saat bersama debaran jantung yang berdetak tak biasanya, pipimu bahkan merona malu saat mengingat semua hal hal kecil yang pernah dilakukan ,Cinta yang luar biasa.
Tapi. Semakin besar kau mencintai seseorang semakin kuat juga dia akan pergi meninggalkan, jadi berusaha lah mencintai seseorang seadanya saja,cinta-mu besar. Tapi tolong, yang namanya pria dia tau bagaimana memainkan perasaan seseorang entah itu tentang kebahagiaan atau kesedihan bahkan dia bisa memerankan keduanya dihari yang sama
Jika kau mencoba mencintai seseorang kau harus siap merasakan rasa sakit maka siapkan hatimu dengan baik, tapi dibaliknya Cinta akan sangat Indah jika kau memilih seseorang dengan tepat."Berjuanglah, dia menantimu " senyum Avina. Dia masih mencoba menyakini dirinya dengan rasa percaya dirinya yang tinggi.
"Avina karlee. Cepat turun, dibawah ada seseorang mencarimu " teriak mbok Iyeng dari luar kamarnya. Avina berfikir siapa yang mau datang malam malam begini bahkan temannya tidak mungkin datang, jadi siapa
Toktok!
"Avinaaa"
"Eh iya mbok, tunggu bentar " Avina beranjak dan turun dari kasurnya langsung berlari pelan menuju pintu.Dilihat nya seorang pria mengenakan hoodie hitam dengan rambut yang sedikit berantakan, duduk membelakangi nya dan walaupun begitu pasti masih terlihat keren dan tampan pastinya.
"Maaf. Anda siapa? " ucap Avina dan pria itu melihat kebelakang.
"Lupa dengan saya? " ucap Afan malah balik bertanya. Ya pria itu adalah Afan guru olahraganya
"Bapak! " ucap Avina sedikit berteriak dan menutup mulutnya tidak percaya .
"Afan, panggil saya Afan jika kita sedang berdua " Afan membenarkan posisi duduknya. Avina berjalan pelan duduk sedikit memberi jarak disebelah Afan
"Bapak ngapain malam malam kesini? " ucap Avina masih terus melihat Afan.
"Afan".
"Eh i-iya Aafan" ucap Avina masih merasa tidak enak bila memanggil Afan tanpa embel-embel bapak.
"Saya datang kesini, hanya ingin melihat kamu" avina tercengang dan menatap tidak percaya pada Afan datang kerumah nya hanya untuk melihat dirinya? Apa ini tidak salah.
"Tapi pak, kenapa bapak da_…" Avina menghentikan ucapannya saat Afan hanya diam menatap dirinya.
"Maksudku. Kenapa Afan datang kemari? "
"Kurang jelas, Avina. Saya ingin melihat kamu. Apa kamu keberatan? jika iya, saya akan pergi" Afan ingin beranjak dari duduknya tapi dengan cepat langsung dicegah oleh Avina. Bukan nya tidak senang hanya saja Avina masih tidak percaya dengan semua nya.Afan kembali duduk, tersenyum kecil menatap Avina.
"Saya merindukan kamu" lagi Avina terdiam. Gurunya ini benar-benar rindu atau cuman sekedar ucapan belaka untuk membuat dirinya merasa senang atau ada maksud dan tujuan tertentu.
"Bercandanya ga lucu deh, pak. " kesal Avina.
"Saya tidak bercanda, Avina. Saya benar-benar merindukan kamu" Avina kaget saat tangannya tiba-tiba disentuh pelan oleh Afan, pria itu menggenggam tangan Avina mencoba menyakini gadis itu bahwa dirinya benar-benar sedang merindukan Avina.
"Pak" ucap Avina mencoba menegur Afan dan melepaskan genggaman tangannya. Bukannya tidak yakin Avina takut Afan berbuat macam-macam padanya walaupun tidak seperti itu tapi berjaga-jaga lebih baik
"Maaf" ucap Afan pelan saat melihat dan menerima penolakan halus dari Avina. Harga dirinya sebagai guru terlihat jelek dimata muridnya saat ini
"Iya gapapa pak. Kaget aja tiba-tiba bapak ke gitu tapi apa bener yang bapak bilang tadi? " Avina mencoba menyakini bahwa yang afan bilang itu benar.
"Apa saya terlihat bercanda saat mengatakan nya? " Avina menatap lekat mata Afan, mencoba mencari kebohongan disana tapi tidak ia temukan bahkan rasanya pria itu benar-benar tulus saat mengucapkan kata rindu pada dirinya
"Makasih udah rindu in aku,pak" senyum Avina dan dibalas senyum oleh Afan. Pria itu sedikit legah sekarang
"Ya sama-sama. Kalo begitu saya pamit " Avina teringat jika Afan tidak disediakan minum dan dia juga lupa menanyakan hal itu pada Afan saking grogi nya
"Tunggu bentar pak, mau minum apa? Aku lupa tawarin minum"Afan tersenyum lembut dan mengacak-acak rambut Avina dengan pelan.
"Tidak usah, terimakasih. Saya akan pulang dan maaf sudah mengganggu waktu kamu saya hanya ingin menyampaikan apa yang membuat saya gelisah seperti ini" Afan beranjak daru duduknya dan menatap kembali kearah Avina dan gadis itu tersenyum manis padanya.
"Kalau gitu makasih juga pak. Ohya hati hati dijalan" ucap Avina berjalan pelan mengikuti langkah kaki Afan menuju pintu keluar.
"Saya pulang " Avina dan Afan sama sama diam didepan pintu,sehingga gadis itu kaget saat merasakan sesuatu dan ternyata Afan mencium keningnya dengan lembut.
"Selamat malam" setelah itu Afan pergi dan tersenyum meninggalkan Avina yang masih terdiam diri melihat kepergian Afan bahkan gadis itu tidak mengucapkan apapun saking kagetnya.Ngapain guys senyum senyum? Ati ati ntar dibilang gila senyum sama layar hp sendiri hehehe.
Jadi mau di next? Etssss! Tapi jangan lupa vote dan komen nya biar lancar ngetik dan makin semangat hehhe. Makasih yg udah vote sama komen
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are the one
Romance"Diam atau saya perkosa kamu" ucap Afan kepada anak muridnya. "s-saya diam" ucap gadis itu ketakutan [Squel : Possessive Duda]