Episode 8

14 0 0
                                    

Seusai doa pagi, suasana yang tidak mengenakan pun terjadi. Peristiwa yang menggoreskan kepahitan dalam batin yang hingga saat ini masih terekam jelas memory itu. Meninggalkan luka yang masih membekas dalam relung batin, luka yang sulit termaafkan oleh ku sampai saat ini. mungkin bagi kalangan orang ini sepele tapi tidak untukku hati in terlalu lembut untuk merasakan luka.

Kala itu, seluruh teman-teman perempuan di kelasku meminta ku untuk uji coba merias wajah salah satu dari mereka. awalnya mereka enggan menjadi bahan uji coba tapi pada akhirnya ada salah satu di antara mereka mau di jadikan model untuk ku rias wajahnya ia bernama Ghania, memiliki tubuh yang gemuk dan tinggi 153 cm wajahnya penuh bekas jerawat dan berminyak. sehingga membuat ku harus berhati-hati dalam mempoles wajahnya dengan bedak akhirnya aku memilih bedak tabur yang sangat ringan dan tanpa mengandung bahan merkuri serta foundation yang kadarnya 0%. apa lagi bentuk alisnya yang tidak karuan membuat ku kesulitan untuk menggambar alisnya maklumlah aku bukan make up artis jadi wajar apabila aku merasa kesulitan melakukannya sendiri.

Di sela-sela aku sedang merias wajah teman ku, bukanya mendapat ketenangan namun konsentrasi ku buyar mendengar seluruh teman-teman sekelas ku mencemooh cara ku mengaplikasikan kosmetik di wajah Ghania padahal sesungguhnya aku merasa apa yang aku lakukan sudah maksimal, karena aku sudah beberapa kali sering melihat beauty vloger dalam mngaplikasikan kosmetik. Tapi masih saja aku selalu salah di mata mereka

Cibiran pun mulai terucap dari bibir -bibir yang tiada pernah merasa dosa dalam menghina seseorang . tak lain tak bukan mereka teman-teman perempuan yang ada di kelas ku yang paling merasa Dewa dalam bersikap yang sangat lihai dalam mencemooh diriku

Kekesalan ku dan rasa sakit yang tak mampu memaafkan karena perilaku mereka yang bisa di bilang meremehkan seseorang dan selalu merasa bisa tanpa berkaca diri, itu yang hingga saat ini hati ku tak mampu memaafkan bukanya mendendam, akan tetapi sulit untuk termaafkan. Karena jika mengingat semua kejadian pahit semasa SMA batin ini teroris dan enggan mengulang memory tersebut

Apa lagi ketika aku tau rasanya tidak di hargai hasil jerihpayah ku ketika berusaha merias Ghania dengan usaha ku yang maksimal gaya mereka seperti orang yang mampu dan ahli dalam merias wajah padahal sebenarnya mereka mengenal kosmetik baru kemarin sore tapi lagak mereka seperti orang yang sudah menahmi kosmetik bertahun-tahun hanya mencemooh dan menghina yang bisa mereka lakukan tanpa berkaca diri.

"Eh gimana sih Elo ngegambar alis aja enggak pinter (cibir Deya terhadapku)
"Loh...loh gimana sih tuh ngeriasnya haha aduhh... (Tawa cemooh Andin)
"Eh bell yang bener dong awas aja kalo kaya dakocan (ancam Deya dengan menggerutu)
"Iya....iya sabar dong jangan pada protes kenapa sih...(ucapku dalam menahan kekesalan)
"Sabar....sabar enak aja bilang sabar ini wajah temen gue kalo Elo bikin kaya dakocan kasian temen gue tauk...(Deya memberi tatapan sinis)
"Ih...ih gimana tuh ngeggambar alis setengah-setengah terus di sisir lagi alisnya kacau deh nih (cela Dian dengan ketus)
"Ya Allah bisa nggak sih nggak usah kaya gitu ngomongnya (tegasku terhadap mereka)
"Eh. Ehh udah-udah kita liatin dulu aja hasilnya (ucap Adit yang sedari tadi diam memperhatikan).

Aku melanjutkan merias wajah Ghania saat aku ingin memberikan bedak di wajah Ghania, aku memperhatikan terlebih dahulu wajahnya, ternyata wajah Ghania berminyak dan berjerawat sebaiknya aku beri dia bedak tabur yang tidak memiliki kandungan merkuri ataupun fondationt bedak tabur yang sehat untuk kulit merek yang ku punya hanyalah MARKS ku rasa ini sangatlah aman untuk kulit yang berjerawat

Ku mulai mengaplikasikan bedak secara perlahan ke wajah Ghania
"Aduduhh bell bedak nya bikin gatel di hidung Gue nih pengen bersin (tutur Ghania yang nampak kurang nyaman)
"Iya sabar dulu lagi pula kalau Gue pakein bedak padat nanti kulit Elo tambah berjerawat makanya Gue pakai bedak tabur
"Udah-udah cukup nggak bener makeup-nya (Deya menarik tangan Ghania untuk menjauh dari dekat ku)
"Ini belum selesai kan belum apa-apa
"Eh nanti kalu di terusin muka Ghania kaya dakocan lagi (dengan sikap ketus Deya).
"Haduh parah banget sih pokoknya Gue nggak mau ah di rias dia Dew (bisik Dian kepada Dewi)
"Udah nanti jadi ribut loh (Kata Dewi)
"Nanti di laporin polisi sama Ayahnya Elo mau apa (sindir Mona pada diri ku)
"Uuu takut ....hahaha (Dian menertawai ucapan Mona)

Sungguh ucapan-ucapan mereka sangat amat membuatku semakin tidak nyaman berada di sekolah rasanya ingin segera keluar dari sekolah. mungkin bagi sebagian orang semasa SMA adalah masa-masa yang indah serasa di surga dunia Namun tidak untuk diri ku bagiku sekolah semasa SMA adalah Neraka jahanam yang membelengguku banyak sekali peristiwa pahit yang menikam batin ku. Sampai membuat prestasiku sempat menurun drastis rasa tidak bersemangat dalam belajar, sering tidak masuk sekolah karena merasa tidak nyaman berada di dalam kelas.

Bel istirahat pun berbunyi pada saat aku sedang membereskan peralatan kosmetik ku yang sedari tadi ku gunakan merias wajah Ghania. Sungguh seusai aku di caci maki habis-habisan batin ini rasanya ingin menangis karena sudah tidak kuat lagi menahan air mata yang terbendung dan rasa sakit hati ku ini, lalu ku putuskan untuk bergegas menuju Musola yang terdapat di Sekolah ku. Ku langkahkan kaki menuju musola selekas mengambil air wudzu, ku lihat sekitar musola yang sepi, hening tiada seorang pun selain aku.

Ku awali dengan bacaan Niat sholat Duha dengan penuh kekhusyuan dan suasana yang hening. Seusai sholat Duha ku duduk di atas sajadah bersimpu di hadapan sang pencipta meminta agar selalu di kuatkan dan di beri kesabaran untuk menghadapi semua ujian dan cobaan yang di berikan NYA

BERSAMBUNG

Nantikan episode berikutnya!!😍
Selamat membaca .....😍
Dan jangan lupa vote cerita ini

HIJRAH FISABILILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang