-a reason-

40 6 1
                                    

Sabila Jiyunara. Gadis cantik bersurai hitam panjang itu tampak duduk dikursi teras rumahnya sambil menikmati golden hour di sore hari. Matanya yang besar tampak begitu indah bersinar tatkala kedua manik itu bertemu cahaya matahari yang perlahan mulai menghilang. Sudah 10 menit berlalu dan gadis itu masih bergeming.

Jujur saja, ada yang mengusik hatinya. Pagi ini ia menyadari sesuatu begitu terbangun. Ia kembali merindukan ibunya setelah kembali mimpi buruk. Mimpi yang sama. Mimpi yang terasa begitu nyata. Bisa dibilang kenangan yang selalu mendatanginya di mimpi.

Bila mengerang lemah sambil mengusap wajahnya. Ia benci perasaan ini. Ia benci harus mengakui kalau hari ini dia merindukan ibunya, tapi ia juga tak bisa menyembunyikan kalau ia merindukan wanita yang sudah meninggalkan rumah mereka selama hampir 6 bulan itu.

Benar. Bila rindu ibunya. Bila rindu ibu yang telah meninggalkannya bersama Ayah dan Jaemin--Adik laki-lakinya.

Bila rindu ibu yang selalu datang di mimpinya sebagai mimpi buruk lalu menghantuinya seharian

"Bil tau gak? Bunda selama ini gak pernah cinta sama ayah."

Bila terdiam saat sang Ibu tiba-tiba bersuara. Apa ini? Reaksi apa yang harus Bila tunjukkan kepada Ibunya?

"Bunda ngomong apasih?" suara Bila mulai bergetar

"Kamu tau kan kalau selama ini ayah gak pernah bener-bener nunjukkin kasih sayangnya sama kita apalagi bunda? Ayah kamu--terlalu cuek,bil. Gak tanggung jawab." ibu Bila kembali melanjutkan membuat Bila semakin bingung. Bila ingin menangis sekarang juga.

Bagaimana bisa seorang Ibu begitu terang-terangan berkata bahwa ia tak pernah mencintai sang suami terlebih didepan putrinya sendiri? Kalau tidak pernah cinta, lalu bagaimana bisa Bila ada didunia ini? Lucu sekali.

Bila tau ini semua hanya alasan ibunya untuk berpisah dengan sang Ayah karena keadaan ekonomi keluarga mereka yang sulit belakangan ini. Sudah hampir sebulan Bila melewati harinya menyaksikan kedua orang tuanya berdebat dan bertengkar karena satu hal--Uang.

Bila mengakui kalau akhir-akhir ini ayahnya tengah mengalami kesulitan dalam bisnis restoran ayam yang telah berjalan selama hampir 5 tahun. Tapi tetap saja gadis yang baru saja tamat SMA itu tak membenarkan sikap ibunya yang selalu protes dan mengajak bertengkar begitu Ayahnya pulang. Bila tahu betul betapa lelah sang Ayah karena ia sering membantu di restoran ayam Ayahnya.

"Kalo bunda sama ayah cerai, bila mau ikut siapa?"

Jujur saja, Bila lebih memilih ditampar daripada harus mendengar pertanyaan ini.

"Bunda kenapa sih? Bunda mau ninggalin kami?"

Bila menangis. Ia tak menyangka ibunya begitu tega. Ibunya terlalu egois. Paling tidak wanita setengah baya itu harus memikirkan kondisi mental Bila yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional, namun alih-alih menyemangati putrinya, sang Ibu malah membunuh mental gadis itu dengan perkataannya yang tak masuk akal.

Bila tau bagaimana karakter ibunya. Toh Bila bukan lagi anak kecil yang tak tau apa-apa. Gadis itu juga menilai bagaimana selama ini ibunya tak pernah puas dengan apa yang diberikan ayahnya. Ibunya terlalu menuntut dan--tak bersyukur?

Bila mengakui kalau ayahnya memang buruk dalam hal menunjukkan perasaan dan kasih sayang tapi bagaimana bisa itu menjadi alasan berpisah pasangan yang sudah menikah selama lebih dari 20 tahun?

Bisa saja. Hanya Bila yang berpikir bahwa alasan itu terlalu konyol.

Bila mengulum senyum pahit saat perkataan sang Ibu kembali memenuhi isi kepalanya. Bahkan kejadian itu seakan menjadi satu-satunya kenangan yang ia miliki tentang seorang Ibu.

Kalau sudah begini Bila hanya bisa menyimpan sendiri hatinya yang hancur.

Berkat ibunya sendiri, gadis itu tak lagi percaya cinta. Perkataan ibunya saat itu seakan mencambuk Bila dan membuatnya sadar kalau cinta hanya sekedar bualan dan tak lebih dari lelucon. Bahkan love is bullshit seakan menjadi motto hidup gadis itu.

Cinta tak pernah ada--untuk Bila.

-

hai! What do u think?😊


LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang