[2] Dia Dewa

15 6 1
                                    

Haiiii gaiss~
Udah sekian lama gak nulis jadi canggung gitu awalnya, tapi sekarang udah terbiasa lagi. Semoga kalian suka. Happy Reading gaisss~ jangan lupa, klik tanda bintang dulu sebelum mulai baca. Hehehe

...

"Ukirlah terus sebuah senyuman hingga kamu lupa akan arti senyum yang sebenarnya."

...


Aku pun bahkan tersenyum, oh tidak, aku tertawa ketika membaca tulisan tangan ku barusan, kata yang sering tiba-tiba muncul saat aku melamun sambil memegang pena.

Apa yang ada di pikiran Dewa? Memangnya apa arti senyuman itu? Anda menulisnya seolah-olah sangat memahami, padahal anda sendiri sudah lupa akan artinya.

Dewa terdiam sejenak, menatap pantulan wajahnya pada cermin yang terletak di atas meja belajarnya dengan ukuran yang sama besar. Dewa mengukir sebuah senyuman sekilas lalu beranjak dari tempat duduknya saat ini. Kaki panjang itu melangkah ke arah balkon, ia membiarkan angin malam menerpa tubuhnya, membiarkan rambut hitamnya yang tertata rapi menjadi berantakan. Dewa tersenyum lagi saat tiba-tiba ia merapihkan poninya, Dewa teringat kata-kata Rinai, saat gadis itu menginginkan Dewa berpenampilan seperti idolanya yang berasal dari Korea, Rinai bilang Dewa akan sangat mirip dengan idolanya itu jika sedikit merubah penampilannya.

Dewa sampai saat ini pun tidak percaya bahwa ia menuruti kata-kata Rinai waktu itu. Dewa bahkan mencari foto idola Rinai tersebut di google. Dewa membiarkan rambutnya sedikit panjang, tapi tidak mewarnainya, membiarkannya tetap hitam.

Dewa sekali lagi membayangkan wajah Rinai dan tersenyum.

...

Bip-bip-bip

Tangan Dewa meraba-raba kasurnya, berusaha mencari ponsel yang terus saja berbunyi, setelah mendapatkannya, Dewa langsung mematikan alarm tersebut, segera beranjak dari kasur, meraih handuk dan segera melesat ke kamar mandi.

Terbiasa sendiri membuat Dewa berbeda dengan kebanyakan siswa lainnya yang kemungkinan masih bermalas-malasan menutup wajah dengan selimut disaat orang tuanya sudah berisik mengedor-gedor pintu kamar.

Dewa saat ini berada di dapur, menyeduh kopi susu kesukaannya, Dewa melanjutkan kegiatan lain, ia memotong-motong daun bawang, wortel, serta bawang bombai dan langsung memanaskan mentega di atas wajan lalu menumis bahan-bahan yang ia potong tadi hingga harum. Setelah merasa cukup kecoklatan Dewa memasukkan nasi dan telur kocok di atasnya, dan beberapa menit kemudian nasi goreng ala Dewa siap disantap.

Dewa menyeruput kopi susunya terlebih dahulu sebelum membagi nasi goreng buatannya itu ke atas dua piring saji, Menatanya dengan rapi lalu Meletakkan di atas meja makan sambil menunggu Ayahnya.

Sepuluh menit kemudian Ayah Dewa keluar dari kamar dengan setelan jas hitam yang rapi, serta tas kerja yang selalu di bawanya, lelaki itu menghampiri Dewa dan mengelus lembut kepala anaknya itu, lalu pergi begitu saja dengan senyuman setelah mengatakan "Ayah sudah telat." Dan itu menurut Dewa sangat memuakkan.

"Dewa, apa yang lo harapkan sebenarnya sih? Dasar bego," ia mengutuk dirinya sendiri atas harapannya yang terlalu tinggi.

Setelah itu dewa langsung merogoh sakunya, mengetikkan pesan yang selalu sama setiap paginya, lalu mengirimnya kepada Rinai.

To: Rinai Asmara
"Rin, gue numpang sarapan ya:)"

Dewa langsung melesat keluar rumah begitu saja setelah memastikan pintu rumahnya sudah dikunci, sarapan yang ia buat tadi dibiarkannya tetap di atas meja, toh nanti siang setelah pulang sekolah dia juga yang membereskannya

Rinai (Hide And Seek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang