Ceroboh!

33 11 0
                                    

"Jangan lupa dihafalin ya...!"

Kalimat itu terus terngiang di kepala Dipa. Dipa yang saat ini masih pelajar SMP harus bisa menghafalkan kultum yang banyaknya sekitar satu setengah lembar kertas folio. Karena ia yang dinilai paling bisa menghafalkan kultum tersebut yang akan digunakan untuk lomba memperingati 1 Muharrom di sekolahnya.

"Aduh... Banyak banget sih. Mana tulisannya kecil-kecil lagi sekertas folio lebih. Ngeliatnya doang aja udah mual, apalagi dihafalin. Kenapa harus aku sih? Kan si Depon bisa juga. Malah dia yang lebih berpengalaman sama yang kayak ginian. Aku mah apa, atuh? Suka gerogi kalo ngomong di depan banyak mata..." keluh Dipa yang saat ini masih terus mencoba menghafal kultum tersebut sepulang sekolah.

"Udahlah, Dip, syukuri aja. Toh, ini juga bisa jadi pengalaman kan buat kamu. Biar ga gerogi juga ngomong depan orang banyak." Ucap Depi, saudara kembar Dipa.

"Tapi, Dep... Aku kan lagi dalam masa malas-malasnya. Mager banget gitu nglakuin apapun."

"Udah kubilang terima aja. Setiap kejadian pasti ada Hikmahnya, Dep."

"Yauda iya... Adek Dipa ngalah deh ama kakak Depi."

"Nah gitu dong, pinter. Hafalinlagi gih.." ucap Depi sambil mengusap puncak kepala Dipa dengan sayang.

Dipa tersenyum bahagia setelah diusap puncak kepalanya oleh Depi. Dia merasa mendapat semangat lebih dari usapan sayang yang Depi salurkan.

"Semangat Dipa! Kamu pasti bisa!" ucap Dipa menyemangati diri sendiri.

Beberapa jam setelah Dipa berusaha keras menghafal Kultum tersebut, Dipa akhirnya menyerah. Dia sudah merasa sangat lelah. Setelahnya, dia memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil minum dan beberapa camilan untuk menemaninya berjuang.

Sesampainya di kamar Dipa kembali, Dipa malah memilih untuk menikmati camilannya dengan menonton serial TV kesuakaanya hingga tak sadar dia terdidur sampai pagi menjemput sang malam.

***

"Dipa... Bangun... Uda jam setengah 6, kamu ga sekolah, apa?" ucap Depi membangunkan sang adik.

"Bentar, kak... Lima menit lagi. Aku masi ngantuk, capeekkkkk."

"Ayok bangun. Kalo ga bangun Aku siram loh..." ancam Depi dengan menyingkap selimut yang dipakai Dipa.

"Iya iya, Dep... Ini aku bangun nih." Depi dengan raut setengah sadarnya langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai dengan semua persiapan sekolah, Dipa dan Depi segera berangkat menuju ke sekolah dengan diantar oleh Ayah mereka.

Sesampainya di sekolah, Dipa baru ingat kalau kertas folio berisi kultumnya lupa ia bawa ke sekolah. Itu berarti, Dipa harus menghafalkan semuanya di rumah lagi.

"Cerobohnya aku! Uda bangun siang, hampir terlambat, ga bawa kertas kultum lagi.berjuang keras lagi deh di rumah nanti. Semangat Dipa! Masih ada waktu 1 hari lagi! Lusa kamu pasti bisa menampilkan yang terbaik." Dipa menyemangati dirinya sendiri.

Sekolah berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang istimewa. Setelah selesai jam pulang dan sudah tiba di rumah, Dipa langsung membersihkan diri dan akan berusaha menghafalkan Kultumnya. Tapi, masalah lain datang menghampiri dan membuatnya kalang kabut.

KERTAS FOLIO BERISI KULTUMNYA HILANG!

"Aduh, gimana ini? mana gaada salinannya lagi. Ceroboh banget sih aku ini.."Dipa merutuki dirinya sendiri.

"Deppp! Bantu aku dong nyari kertas kultumku. Hilang nih!"

"Loh? Kok bisa hilang? Semalem kamu taruh dimana, emang?"

"Aku lupa.. Semalem aku ketiduran, dep... Capekkkk."

"Yaudah sini aku bantu cari."

Dipa dan Depi pun mencari keseluruh ruangan yang ada dirumahnya, terutama kamar mereka. Tapi, kertas tersebut tidak ada dimanapun. Lebih terpatnya belum ditemukan.

"Aduh dep... Gimana ini? Aku belum hafal semua, baru setengah.." keluh Dipa dengan air muka ingin menangis.

Depi merangkul saudara kembarnya, bermaksud menenangkan. "Udah, Dip.. Sabar, kamu coba hubungi Bu Anis, beliau yang mbuat Kultumnya kan? Masa iya Bu Anis lupa ama kultumnya sendiri."

"Udah dep.. Kata Bu Anis, aku suruh bikin lagi dengan kalimatku sendiri. Padahal aku ga faham sama yang ginian, Dep.."

"Aku bantu.."

Setelahnya, Depi membantu Dipa menyiapkan Kultumnya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh Dipa. Butuh waktu beberapa jam, dan saat mereka rasa sudah cukup, mereka tertidur dengan sendirinya.

***

Keeseokannya, Dipa bangun shubuh demi menghafal kembali kultum barunya. Untung saja dibantu Depi, jadi semuanya terasa lebih ringan.

Di sekolah, saat ada waktu luang, Dipa juga berusaha menghafalkan Kultumnya. Dia berusaha sangat keras demi ini semua. Demi mengobati kecerobohannya karena menghilangkan kertas kultum itu. Padahal seharusnya, kalau kertas itu masih ada ditangan Dipa, dia sudah hafal hari ini juga. H-1 sebelum lombanya diadakn. Tapi, karena kecerobohannya, ia baru akan hafal mungkin saat beberapa jam sebelum dia menampilkannya.

Dan sekarang, adalah waktu Dipa mengakhiri semua kerja kerasnya selama ini. Dipa tampil di urutan ke-3. Dan sekarang, adalah waktunya Dipa tampil.

"Bismillahirrohmanirrohim. Dipa pasti bisa!"

Dipa naik ke atas panggung dengan sedikit gerogi. Tapi, saat ia melihat wajah Depi dan teman-temannya yang terlihat sangat mengharapkan yang terbaik untuk Dipa, ia merasa lebih lega. Beban geroginya sedikit berkurang karena semangat yang mereka salurkan dari tatapan tersebut.

Dipa berusaha menampilkan yang terbaik demi kelasnya. Semoga saja kerja keras Dipa selama ini membuahkan hasil yang memuaskan.

15 menit waktu yang ditentukan untuk tampil telah habis. Dipa merasa lega karena sudah menampilkan sebaik yang ia bisa. Semua teman-temannya berhambur ke sekeliling Dipa, dengan Depi yang langsung memeluk bangga saudara kembarnya itu. Dipa sudah melakukan yang terbaik! Sekarang tinggal tunggu hasil akhirnya.

Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam sudah terlewati. Sekarang adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Saat pengumuman pemenang Lomba-lomba memperingati 1 Muharrom kali ini.

Dipa sangat deg-degan. Dia tidak bisa mengontrol detak jantungnya yang memompa begitu cepat. Ia sudah berusaha keras dan ia menyesali kecerobohannya.

Sekaranglah saatnya Dipa bisa merasakan kelegaan yang sebenarnya. Karena, Dipalah juara 3 nya. Tidak apa walau tidak jadi yang pertama. Yang penting, Dipa sudah berusaha keras melewati ini semua.

Saat semua kegiatan di sekolah sudah selesai, Dipa pulang ke rumah dan langsung beristirahat di atas tempat tidur kesayangannya. Kerja keras yang selama ini Dipa lakukan, terbayar sudah.

Tapi, Dipa tidak mengantuk, ia memutuskan untuk menonton siaran TV terlebih dahulu. Sialnya, remote yang digunakan, malah terjatuh dibawah ranjang tempat tidur Dipa. Padahal Dipa ingin bermalas-malasan di atas tempat tidur, tapi malah digagalkan dengan jatuhnya remote TV tersebut.

Dipa segera turun dari ranjang dan mengecek ke bawah ranjang. Tapi, saat ia meraba-raba bawah ranjangnya, ia menemukan kertas yang teksturnya terasa tak asing di tangan Dipa.

Dipa segera menarik tangannya dari bawah ranjang tersebut, dan menemukan kertas folionya yang waktu itu hilang!

"Ahhhh...! Sial sekali aku ini. begitu ceroboh dan malas. Tidak mengecek dibawah ranjangku ini."

Ternyata selama ini kau bersembunyi disana wahai kertas folio!

TAMAT

Sankyu,
Salam Manis,

KeynaAthala❤

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang