"Jadi, Mr. White, mengingat ini pertama kalinya aku bertemu denganmu," ucap Yohanes dengan senyum yang tak kunjung luntur dari wajahnya.
"Ijinkan aku memberikan hadiah kecil," lanjutnya.
Dia menepuk tangannya tiga kali dan pintu ruangan terbuka, menampilkan sekelompok gadis berpakaian minim yang berdiri di depan pintu.
"Masuklah," ucap Yohanes sambil melambaikan tangannya. "Bantu aku menghibur tamu kita."
Ariana menatap gadis-gadis muda yang berusaha mendekatinya dengan sorot mata dingin. Kenapa? Mereka semua seharusnya berkumpul dengan teman-teman mereka di usia mereka sekarang. Bermain, belajar, dan tertawa, bukannya malah membantu pria-pria kotor itu di tempat gelap seperti ini.
Dia tidak terlihat terkejut sedikit pun saat melihat adegan ini. Sudah berapa kali dia mengalaminya? Entah, itu terlalu banyak hingga dia tidak bisa menghitungnya lagi.
Ariana terlalu memikirkan orang lain hingga melupakan fakta bahwa dia juga seorang gadis yang seharusnya juga bermain dengan teman-teman seusianya dan bukannya malah berkutat dengan perdagangan gelap dan senjata.
"Mr. White, ada apa? Apa kamu tidak menyukai mereka? Haruskah aku..."
"Tidak perlu," potong Ariana.
Pria itu pasti akan memanggil lebih banyak gadis kalau dia menunjukkan sikap tidak tertarik dengan gadis-gadis ini.
Ariana mengedarkan pandangannya dan matanya jatuh ke seorang gadis yang duduk paling jauh darinya. Gadis itu terlihat tidak nyaman dan sedikit gugup.
"Kamu, yang di sana, siapa namamu?" tanyanya sambil menunjuk gadis itu.
Semua orang mengalihkan tatapan mereka ke gadis yang di tunjuk, membuat gadis itu semakin gugup.
Kening Yohanes berkerut saat melihat gadis itu tak kunjung menjawab. "Hei, gadis, dia menanyakan namamu. Kenapa kamu tidak menjawabnya?" tanyanya dengan tidak sabar.
"Ak... aku... namaku Ariana," jawabnya dengan suara lemah.
Alis Ariana terangkat saat mendengar ini. "Ariana?"
"Y... ya." Gadis itu terlihat semakin gugup saat melihat sikap Ariana yang berubah.
"Kemarilah," ucap Ariana sambil melambaikan tangannya. "Duduk di sampingku."
"Ap... apa?" Gadis itu membulatkan matanya. "A... ku?"
Ariana menyeringai. "Ya, apa ada masalah?"
Gadis itu ingin mengatakan sesuatu tapi menelan lagi ucapannya saat mendapatkan tatapan tajam dari Yohanes. Dia berjalan menghampiri Ariana dengan langkah lambat, membuat orang yang melihatnya merasa gemas.
Ariana melihat ini dan senyumnya melebar. "Kemarilah, duduk dengan baik," ucapnya sambil merangkul bahu gadis itu dengan hati-hati. "Kamu tidak perlu takut, oke? Aku tidak akan memakanmu."
Gadis itu terlihat semakin ragu.
Ariana tertawa. "Apakah ini pertama kalinya kamu bekerja di sini?" tanyanya.
"Uh, bagaimana kamu tahu?"
Senyum Ariana mengembang. "Kamu terlihat begitu gugup dan canggung," ucapnya. "Mereka mengerikan, bukan?"
Gadis itu melongo saat melihat Ariana yang menatapnya. Ariana menatapnya tapi dia merasa bahwa orang yang ditatap bukanlah dia, melainkan orang lain yang ada dalam pikirannya sendiri.
"Kamu tidak perlu melakukan apa-apa," ucap Ariana dengan nada rendah yang hanya bisa didengar oleh gadis itu. "Cukup duduk di sampingku dan biarkan aku merangkul pundakmu."
***
Dia menatap 'pria' di sampingnya dengan tatapan rumit. Semua orang mengenalnya dengan julukan Mr White, termasuk dirinya. Mereka mengatakan bahwa dia adalah orang yang dingin dan tidak memiliki perasaan, bisa membunuh seseorang tanpa mengedipkan mata dan melakukan banyak hal kotor yang tidak termaafkan.
Tapi... kenapa dia bersikap lembut padanya?
Jika seorang gadis diperlakukan sepertinya, hati mereka pasti akan langsung luluh. Masalahnya, dia seorang pria!
Dia melirik tangan yang diletakkan di bahunya dengan gugup. Dia seorang pria yang lurus dan normal! Bagaimana dia tidak gugup saat sedang dirangkul oleh seorang pria juga?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. White is A Girl
General FictionDi mata semua orang, Mr. White adalah seorang pria gila yang menguasai pasar gelap, mengoprasikan organisasi pembunuh bayaran, dan seorang sosiopat akut yang bisa membunuh pejalan kaki tanpa mengedipkan mata. Apakah mereka pernah memikirkan kemungki...