Dia menundukkan kepalanya dengan sedih. Pikirannya kembali ke kejadian malam kemarin ketika dia sedang mabuk dengan teman-temannya.
"Hei, ada apa denganmu?" Seorang pria muda dengan pakaian formal menepuk punggungnya. "Kamu minum begitu banyak hari ini. Apa ada masalah?"
Ariana atau yang mungkin harus kita sebut dengan Arie Pramana tersenyum pahit. "Apa kamu tidak mendengarnya? Keluargaku bangkrut, ayahku berada di penjara karena kasus korupsi, dan ibuku mengalami depresi. Brian, aku hancur!"
Pria yang mengenakan pakaian formal, Brian, menatap Arie yang mabuk. "Aku mendengar berita itu pagi ini," ucapnya.
Arie meletakkan kepalanya di meja dengan malas. "Aku tidak punya tempat tinggal, tidak punya uang, tidak punya pekerjaan..." gumamnya. "Oh, apakah ini berarti aku akan mati kelaparan?"
"Lalu kenapa kamu tidak mencari pekerjaan?" tanya Brian menyarankan.
"Pekerjaan?" Arie tertawa. "Pekerjaan apa? Aku tidak memiliki kemampuan apapun. Yang aku bisa hanyalah bermain, mabuk, menghabiskan uang..."
Brian tiba-tiba menyentuh wajah Arie dengan lembut, membuat Arie terkejut meskipun dia setengah tidak sadarkan diri. "Kamu memiliki wajah yang terlalu cantik untuk seorang pria," komentarnya. "Aku rasa aku tahu apa yang bisa kamu lakukan."
Arie memejamkan matanya dengan frustasi saat mengingat kejadian itu. Ya, dia dijual ke tempat ini oleh temannya sendiri! Pria bajingan itu kebetulan merupakan teman pemilik klub ini dan dengan santainya mendadani dirinya sebagai seorang gadis!
Kalau saja dia tidak mabuk... dia mungkin tidak akan pernah menandatangani kontrak dengan setan itu!
Arie mendesah saat mengingat jumlah yang ditawarkan oleh Brian. Itu jumlah yang tidak sedikit dan bisa menghidupinya dengan baik. Tapi... apa mereka pikir dia akan membuang integritas moralnya hanya karena uang, hah?!
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ariana yang merasakan perubahan emosi Arie.
Arie menggeleng cepat. "Aku baik-baik saja," jawabnya lembut lalu bergeser semakin dekat dengan 'pria' di sampingnya.
Ya, dia akan membuang integritas moralnya demi uang!
Arie menangis dalam hati sambil merutuki dirinya sendiri dengan sedih.
Ariana menatap 'gadis' di sampingnya dengan bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Dia hanya duduk di sampingnya dan tiba-tiba terlihat depresi...
Dia menggeleng pelan. Yah, gadis-gadis memang sulit dimengerti...
***
Ariana menatap ke sekelilingnya yang sepi dan mendesah lega. Dia menyentuh perutnya yang terasa sakit sejak tadi. Yohanes sialan itu terus berbicara dan tidak membiarkannya pergi dengan mudah. Apa dia tidak melihat ekspresinya yang memburuk?
Ariana meringis saat merasakan nyeri yang semakin intens. Dia duduk berjongkok di sudut yang tersembunyi sambil menunggu Liam yang seharusnya sebentar lagi akan datang menjemputnya.
Arie yang lewat tidak sengaja melihat pemandangan ini dan alisnya berkerut. Apa yang terjadi pada pria itu? Sejak di dalam ruang pribadi tadi, dia mengamatinya dan melihat wajahnya yang samar-samar memucat. Apakah dia sakit?
Dia bingung harus membantunya atau tidak. Saat dia sedang berpikir keras, dia melihat 'pria' itu tiba-tiba menekan perutnya dengan raut wajah kesakitan. Dia dengan cepat menghampirinya tapi sebelum dia bisa mendekat, dia melihat seorang pria tinggi berkacamata muncul dan berbicara dengan pria itu dengan cemas.
Arie menatap mereka dengan penuh rasa ingin tahu. Siapa itu? Mereka terlihat begitu dekat. Apa jangan-jangan...
Jiwa penggosip Arie terbangun.
"Hei, cantik, apa yang kamu lakukan di sini?" Seorang pria paruh baya yang terlihat asing tiba-tiba menghalangi pemandangan Arie. "Kamu sendirian? Bagaimana kalau kamu menemaniku?"
"Hah? Ma... maaf?" ucap Arie gugup. Dia melirik ke tempat Ariana dan melihat tempat itu kosong. Woah, kemana Mr. White pergi?
***
Liam melihat Ariana yang berbaring di kursi belakang mobil dari kaca spion. "Apa itu masih terasa sakit?" tanyanya.
"Hmm."
"Mungkin kita harus membawamu ke dokter," ucap Liam. "Sepertinya nyerimu semakin lama semakin parah."
Liam menunggu dan tidak mendengar jawaban dari Ariana. Dia menoleh ke belakang dan melihat Ariana yang terpejam.
"Ariana?" Liam memanggilnya sekali lagi tapi Ariana masih menutup matanya.
Dia buru-buru menghentikan mobilnya di tepi jalan dan berbalik menghadap Ariana. "Hei, bangun!" ucapnya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ariana. "Apa kamu tertidur? Apa kamu pingsan?"
Ariana masih tak kunjung bergerak.
"Hei, kamu tidak mati, kan?"
"Kuburkan aku dengan Baby K jika aku mati," gumam Ariana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. White is A Girl
General FictionDi mata semua orang, Mr. White adalah seorang pria gila yang menguasai pasar gelap, mengoprasikan organisasi pembunuh bayaran, dan seorang sosiopat akut yang bisa membunuh pejalan kaki tanpa mengedipkan mata. Apakah mereka pernah memikirkan kemungki...