BLUE MOON - FOUR

6 1 0
                                    

Yeoja = Perempuan

Chingu = Teman

Pabo = Bodoh

Gomawo = Terima Kasih



(Namakamu) yakin walau tidak terlalu yakin, tapi rasanya benar-benar ada disana. Sekarang, gerbang itu tidak ada?

"Astaga!" (Namakamu) tersentak setelah itu bangkit berjalan ke tanah yang sekarang kosong. "Gerbangnya hilang! Bagaimana cara dino pulang ke dunianya?"

"Maksudmu aku tidak bisa pulang ke tempatku?!" suara dino di sebelah telinganya tampak terdengar seperti suara lolongan malaikat pencabut nyawa. (Namakamu) membeku seketika. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.

(Namakamu) sedikit menjauh setelah itu baru berani menatap dino dengan takut-takut. "Kau bisa menginap dirumahku. Kau bisa tidur dikasurku... bersamaku, atau kalau kau tidak mau aku akan tidur di lantai."

"Kau pikir itu akan membuatku mau tinggal disini? CEPAT BAWA AKU KEMBALI KE RUMAHKU!"

(Namakamu) tidak terlalu terkejut dengan bentakan dino barusan. Pikirannya berkecamuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan mengenai penyebab kenapa gerbangnya hilang.

Kenapa bisa hilang? (Namakamu) tidak pernah tahu jika hal seperti ini akan terjadi, (Namakamu) tidak pernah menduganya, tidak pernah mengalaminya... euh atau pernah? Ya pernah! (Namakamu) ingat sekarang. Gerbang itu pernah hilang kemarin malam, saat (Namakamu) masih berada di dunia manusia dengan dino yang masih belum mempercayai adanya peri, dan menolak mentah-mentah ajakan untuk membantunya.

Tapi kemudian tadi pagi, gerbang itu muncul lagi, membawanya secara ajaib saat dino 'tanpa sadar' mengatakan ia ingin pergi ke dunia peri menuruti permintaan (Namakamu) untuk membantu tugas (Namakamu) dari ratu Lauronia.

Jadi (Namakamu) mempunyai teori.

"Gerbang ini akan muncul jika kau sudah membantuku di sini dengan sukarela. Menurutku itu satu-satunya jalan agar kau bisa kembali." (Namakamu) berkata dengan ragu-ragu. Bagaimanapun apa yang barusan dia katakan hanyalah teorinya yang sebenarnya ia sendiri pun tidak tahu itu benar atau salah. Bisa dibilang mungkin itu opini.

"Maksudmu dengan 'menurutmu'?" dino berkata dengan suara yang naik beberapa oktaf, penuh penekanan, dan tatapannya tertuju pada (Namakamu) dengan tajam.

"Tapi, itu bisa jadi benar." Itu bukan jawaban. "Aku punya teori!" (Namakamu) berkata tegas dan memberanikan diri membalas tatapan mata dino.

(Namakamu) mengalihkan pandangannya dari
Dino. Tapi tidak memalingkan muka. Kemudian (Namakamu) menatap dino yang masih menatapnya sekarang. (Namakamu) mendesah setelah itu menyerah untuk membalas tatapan dino, hanya menghentakkan kakinya dengan bibir yang mengerucut dan tangan yang saling menyilang di depan dada.

"Baiklah jika kau rasa punya teori lain, maka terserah kau. Silahkan cari gerbangnya. Aku akan pulang."

Ekspresi dino berubah-ubah. Sekarang tatapannya tidak terlihat tajam lagi, melainkan seperti seseorang yang kebingungan. Memang dino sedang kebingungan, bingung akan nasibnya yang terdampar di dunia peri ini dan menyingkirkan rasa gengsinya.

Dino melirik (Namakamu) sedikit. Kemudian menggerutu pelan. "Aku. Akan tinggal di rumahmu. Tapi dengan syarat kau harus tidur di lantai setiap malam dan membiarkan aku yang tidur di kasurmu selama aku tinggal disini."

Sebelah halis (Namakamu) terangkat. "Penawaran itu sudah tidak berlaku sekarang!"

"Apa? Bukankah kau memerlukan bantuanku?" Protes dino tidak suka. Ada apa dengan peri pabo ini? Dan sekarang dino semakin kesal saat melihat (Namakamu) yang malah mencibirnya. "Kau!"

BLUE MOONWhere stories live. Discover now