BLUE MOON - THREE

7 1 0
                                    


YeojaChingu=pacar

Pabo=Bodoh


"Sungguh?" tanya (Namakamu). Dino mengangguk lagi. "YA! Sekarang cepat katakan, kenapa aku harus percaya bahwa peri itu ada?"

Walau (Namakamu) sendiri sudah melihat dino mengangguk dengan mantap, walau telinganya sendiri sudah mendengar dino mengatakan 'ya' tetap saja (Namakamu) ragu mengatakannya, takut membuat dino syok dan berubah pikiran. Tapikan Namja itu sudah janji.

"Alasan kenapa kau harus mempercayai adanya peri, karena, karena... kau harus membantuku. Aku akan membawamu ke dunia peri untuk.... membantuku," suara (Namakamu) menghilang di akhir ucapannya. (Namakamu) menunduk dan memainkan jarinya yang saling bertautan diatas pahanya.

"Apa?!"
Dino baru bisa berteriak syok setelah berselang 15 detik. Sekarang mata dino terbelalak. Ekspresinya tepat seperti apa yang (Namakamu) perkirakan.

"Jangan pingsan! Kau sudah janji," peringat (Namakamu), alih-alih malah terdengar seperti memelas. Dino menggelengkan kepalanya berulang kali. Diantara ribuan makhluk yang hidup di bumi, kenapa harus dia yang di datangi oleh makhluk aneh ini?

Tanpa mengatakan apa-apa, dino bangkit. Setelah itu berjalan menuju kamarnya dengan sesekali memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"Kau sudah janji!" (Namakamu) kembali mengulang kalimatnya dengan berteriak, kemudian bangkit dan berlari mencoba mensejajari langkah dino.

Terlalu fokus pada persoalan mengenai dino, (Namakamu) sampai lupa pada kesialan yang sudah mengikatnya sejak lahir. Ketika baru saja berlari beberapa langkah, kaki kanan (Namakamu) menendang kaki kirinya sendiri sampai Yeoja itu kehilangan keseimbangannya dan sedetik kemudian (Namakamu) terjerembab ke depan dan menabrak dino.

Karena hantaman tiba-tiba dari belakangnya itu, dino terjatuh. Dadanya langsung mendarat dengan bebas ke lantai. Sedetik kemudian, sebelum dino benar-benar merasakan sakit yang diterima dadanya, sesuatu dari belakang menimpanya tanpa bisa ditahan membuat dino hanya pasrah telungkup dengan sakit di punggung dan dadanya.

"Menyingkirlah dariku makhluk sialan!"

Dengan pipi memerah karena malu, (Namakamu) segera menyingkirkan tubuhnya sendiri dari atas tubuh dino. Tidak ada waktu untuk merutuki kebodohannya. Saat melihat dino bangkit dan berjalan lagi, (Namakamu) segera mengikuti.

"Maafkan aku. Kau harus tahu betapa pentingnya ini untukku." (Namakamu) mencoba menahan tangan dino tapi namja itu menepis tangan (Namakamu) setiap kali (Namakamu) hendak menyentuh tangannya. Akhirnya (Namakamu) menyerah untuk menahan dino, sekarang (Namakamu) fokus pada langkahnya saat dino mulai menaiki tangga.

"Sejujurnya jika boleh, aku tidak ingin melakukan ini. Aku tidak ingin menyeberang ke dunia manusia untuk bertemu manusia sepertimu. Aku sudah melupakan keinginanku untuk mempunyai bakat. Tapi ini perintah dari Ratu Lauronia!" (Namakamu) mencoba membuat nada suaranya semenyedihkan mungkin, agar membuat dino iba padanya lalu menuruti kemauannya. Tapi dino tetaplah dino, si namja tolol yang keras kepala dan sering menyebut dirinya sendiri gila karena bertemu dengan peri yang dianggapnya hanya makhluk fiksi.

Akhirnya mereka tiba di tangga terakhir, sebelum dino sampai di depan pintu kamarnya dan masuk, (Namakamu) segera berlari secepat yang dia bisa lalu berdiri di depan pintu kamar dino. Menghalanginya agar namja itu tidak menghindarinya terus.

"Kumohon. Bantu aku."

Dino mendesah lalu mengusap wajahnya kasar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berpikir sejenak kemudian menatap (Namakamu) lagi. "Aku tidak bisa!" ucapnya tegas hendak menyingkirkan (Namakamu) tapi yeoja itu sudah lebih dulu berlutut dihadapannya.

BLUE MOONWhere stories live. Discover now