★
Mungkin malam hari itu, Corrie bisa selamat dari tatapan intimidasi yang Vincent berikan tatkala dirinya melanggar perintah pria itu untuk tidak keluar kamarnya, sebab Jay mengatakan kalau ia meminta Corrie dan Ellen menyiapkan makan malam untuk komplotannya. Membuat Vincent mau tidak mau melunak dan tidak naik pitam.
Sementara, kegiatan Corrie di hari berikutnya masih dengan menunggu. Menunggu sang Ayah membayar semua hutang dan menjemputnya dari rumah Fortisdevil. Corrie hanya tidak bisa membayangkan kehidupannya di masa depan kalau sang Ayah tidak datang untuk menjemput. Corrie tidak ingin hidup terus-terusan bersama pria muka kaku dan teman-temannya yang terlihat menyeramkan itu.
Corrie keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya setelah menyegarkan diri di pagi hari. Ah, mungkin sudah siang karena Corrie bangun hampir pukul sebelas, dikarenakan semalam dirinya baru bisa tidur pada pukul dua dini hari.
Kaki jenjangnya yang melangkah mendekati meja rias tidak menyadari ada satu pribadi yang entah sejak kapan duduk di ranjang besar kamarnya. Netra Corrie baru membulat disaat dirinya sudah berdiri sempurna di depan meja rias untuk bercermin. Kedua maniknya mendapati seorang pria tengah menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
Corrie sontak menoleh, tubuhnya menabrak meja rias sehingga beberapa benda berjatuhan. Hal itu menginterupsi netra monolid Vincent —sebagai pelaku yang memasuki kamar Corrie tanpa izin. Netra itu melirik sekilas, tetapi masih enggan mengubah posisi sandarannya.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanya Corrie terbata. Kedua tangannya berusaha meremat kuat sisi atas handuknya. “Kenapa tidak ketuk lebih dulu?
Tidak lekas mendapat jawaban Vincent, faktanya pria itu masih menatap surat kabar yang entah sejak kapan ada dipangkuannya.
“Kau melanggar perintahku kemarin, jadi untuk apa aku meminta izinmu?” jawab Vincent acuh. Perlahan kedua tangannya menurunkan surat kabar dan meletakkannya sembarang di atas ranjang. “Aku mau keluar. Kau harus ikut denganku!”
Corrie terdiam, maniknya menatap netra monolid Vincent yang juga tengah menatapnya. Berlalu lekas mengalihkan tatkala tatapan Vincent selalu memberikan ancaman untuknya. Tubuhnya semakin mundur dan bergerak gugup sampai menyentuh lemari kayu besar disaat tubuh Vincent mulai beranjak, membuatnya menelan saliva pahit yang terasa di kerongkongan. Ancaman Vincent saat pertama kali membuat Corrie selalu terserang rasa takut kalau berhadapan dengan pria itu
“Cepat pakai bajumu!” Nyatanya tubuh Vincent berhenti di sisi ranjang.
“Aku tidak punya baju lagi. Apa aku harus memakai baju yang kemarin?” tanya Corrie ragu.
Membuang pandangannya ke sembarang arah, Vincent mendecak. Lalu tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel, jemarinya seperti tengah mengetik sebuah pesan. Setelah itu, Vincent melakukan panggilan, namun, disaat panggilannya tersambung, ia langsung mematikan sambungan panggilannya secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙀𝙎𝘾𝘼𝙋𝙀 𝙍𝙊𝙊𝙈
Romance⚠️Be Warned! Contains elements of maturity, harsh words, violence and depression. Corrie Ainsley adalah putri tunggal dari pengusaha terkenal di Malta yang seperti mendapatkan mimpi buruk. Gadis itu menjadi korban atas tindakan Ayahnya yang tidak bi...