Ramah Tamah

35 1 0
                                    

Baru kali ini aku bersemengat ketika sesampai nya di rumah, lelah seakan terhapus oleh rasa bahagia.

"Woy Jar.... rajin bener sore-sore nyuci motor, motor nya dishampoin orang nya masa enggak, hahaha" Tegur tetanggaku meledek seakan terheran melihatku begitu rajin dan bertingkah tidak seperti biasanya. Memang setiap sore biasanya aku hanya duduk santai mendengarkan lagu sambil memainkan gitar sesekali di depan teras rumah.

"Iya nih, Om.... malu di sekolah temen-temen motornya bagus-bagus." Jawab aku tersenyum malu dengan tingkah ku sore ini yg tak seperti biasanya.
"Ah santai aja, Jar. Biar butut begitu banyak sejarahnya loh !" Tambah dia penuh kagum.
Motorku ini motor astrea 800 berwarna merah, keluaran Honda yg bodi dan mesinnya masih original- sebuah warisan dari Almarhum Kakek.

"Iya om." Balas aku penuh gairah- menyikat segala kotoran yg menempel di motor ku.
"Ya sudah, Om jemput dulu ya" Sambil menggeber motornya.
"Iya Om". Sahut aku penuh riang.
Dan pikiran ku saat itu membayangkan akan rencana esok hari di sekolah- ya untuk sekedar bertemu dan berkenalan dengan wanita itu yg sedari tadi selalu beredar di kepala ku.

Sore pun sudah mulai beranjak- matahari seakan melambai-lambai pergi keperaduannya. Terlihat Ayah ku baru saja tiba sepulang bekerja- terkejut ia melihat Si Merah berdiri memamerkan keanggunannya.

"Tumben nih motor kinclong, rajin amat Si Fajar ya?" Berbicara dalam hati Ayah penuh penasaran.
"Bu, itu yg nyuci motor siapa ?" Tanya Ayah masih penasaran.
"Oh, itu Fajar yg nyuci, Ayah." Tegas Ibu ku menjawab
"Oh..." Sambut Ayah seakan tak percaya.

Setelah menunaikan sholat maghrib aku pun mulai berkemas untuk menyiapkan kegiatan esok hari yg aku harap dapat berjalan mulus segala rencanaku yg sedari tadi aku bayangkan.

"Jar.... Fajar !" Teriak Ibuku memanggil.
"Iya Bu, ada apa ?" Jawab aku sambil berkemas.
"Makan dulu, Nak!" Tegas Ibu menyuruhku untuk segera makan.
"Iya Bu, sebentar lagi".

Tak lama aku pun menuju ke meja makan, disana sudah ada Ayah, Ibu, Kakak perempuan ku, dan Adik laki-laki ku. Seketika mata mereka tertuju padaku- sekejap aku bingung "ada apa sih ini ?" Tanya aku dalam hati.

"Biasanya kamu yg pertama Dik, kalau soal makan!" Sinis kakak ku meledek.
"Lagi sibuk tadi, Kak". Sahut aku santai.

Lanjut mereka meneruskan menyantap makan malam yg menu hari ini adalah: tempe, tahu, sambal, dan beberapa lalapan segar.

Makan malam pun berlalu kami kembali beraktifitas seperti biasanya menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan esok hari- tidak ada yg spesial yg dapat dikatakan, hanya sekedar pertemuan yg selalu terbayang dengan harap agar kami saling mengenal.

Di waktu yg bersamaan- tempat yg berbeda- ya, dialah sosok wanita itu yg sedari tadi selalu ada di pikiran Fajar- akibat ketidaksengajaan- tidak terencana dipertemukan oleh sekumpulan buku yg berserakan. Ya, kejadian siang itu di sekolah.

Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan nya menyiapkan makan malam untuk keluarganya di rumah meringankan pekerjaan Ibunya- tidak suka keramaian di media sosial, seakan tertutup- kecuali di dalam lingkungan keluarganya, dia seorang yg perhatian dan penyayang.

"Sini Nak, biar Ibu saja yg membereskan".
"Biasanya juga aku kan Bu, yg membereskan". Jawab ia penuh perhatian.
"Emang kamu gak menyiapkan buku untuk besok Nak?" Tanya Ibu tidak tega.
"Sudah beres kok, Bu". Jawab ia dengan lembut.
"Ya, baiklah kalau begitu". Balas Ibu.

Malam pun kian larut, persiapan dari masing-masing mereka sudah terlaksana, hanya waktu yg berbicara saat itu, tidak ada yg spesial- berjalan seperti seharusnya, seperti Fajar menanti datang nya Senja.

Seperti Fajar dan Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang