Acara puncak kegiatan MPLS akan segera dimulai- kali ini aku datang lebih awal, bahkan sebelum Pak Satpam datang aku sudah memakirkan motorku di lapangan parkir sekolah.
"Rajin bener Nak !" Ayahku meledek.
"Jam segini kamu ke sekolah ? Yg ada kamu yg buka pintu gerbang Nak !" Tambah ayahku sambil tertawa.
Iya.. Ayah, hari ini aku mau tampil di sekolah, mau datang lebih awal supaya gak grogi sembari latihan". Jawab aku menampik rasa malu."Oh gitu toh, pantas aja semalam ada orang yg ketiduran sambil meluk gitar". Tertawa Ayahku.
"Untung semalam Ibumu periksa kamarmu Nak"
"Hehe iya Ayah". Jawab aku malu."Ya sudah, semoga sukses ya Nak tampil nya". Tutup Ayahku memberi semangat.
"Baik Ayah".
"Ayah, Ibu, aku berangkat dulu ya, Assalam mualaikum".
"Walaikum salam".Tiba di sekolah benar saja, hanya ada aku, penjaga sekolah dan beberapa petugas kebersihan sekolah- tanpa membuang waktu aku langsung mengambil posisi di taman tepat di depan kelasku untuk kembali berlatih.
Terlihat oleh mataku panggung sederhana itu yg seakan memanggil diriku untuk segera menaikinya, ah khayalan ku.
Dari taman itu aku melihat beberapa siswa kelas lain sudah berdatangan satu persatu, dan mereka pun melakukan hal yg sama seperti apa yg kulakukan- sambil berlatih mataku mulai mencari-cari keberadaan wanita itu yg masih juga sampai saat ini aku belum sempat bertemu dan berkenalan dengan nya.
Aku bukan tipe cowok yg tidak gentle, sebenarnya bisa saja aku berkenalan dengan dia via medsos, dan kenapa tidak ?
Tapi aku berpikir, pertemuan yg unik dan konyol itulah yg membuat ku bersikukuh untuk bertemu lagi dan berkenalan dengan nya secara langsung, dan menurutku itu lebih keren dan gentle."Jar, mana Si Bintang ? Udah dateng belum ?" Tanya Sinta temanku yg akan membacakan puisi.
"Belum lihat gua Sin, coba lo WA dia"
"Oke, bentar ya".Tak lama kemudian Bintang pun datang dengan wajah penuh keringat.
"Sorry guys, udah lama ya kalian nunggu ?"
"Enggak kok, gua juga baru sampai" jawab Sinta sembari membuka buku puisinya.
"Ya sudah yuk, kita gladiresik sebelum tampil" sahut Bintang.
"Oke" jawab kami berdua.Setelah dua kali putaran, bel masuk pun berbunyi pertanda kegiatan penutupan MPLS akan segera dimulai- rasanya aku sudah tak sabar untuk melewati betapa menantang nya hari ini.
Kegiatan diawali oleh apel pagi yg dipimpin oleh Kepala Sekolah, sekaligus meresmikan acara penutupan kegiatan MPLS di sekolah.
Dan ya, akhirnya waktu yg ditunggu pun tiba, setelah menyaksikan beberapa kelas lain tampil, kini giliran kami untuk berunjuk gigi- rasa grogi, degdegkan, keringat dingin menyelimuti keadaanku "apakah ini yg dinamakan demam panggung ?" Tanya hatiku menutupi rasa gugup.
Semangat dan tepukan tangan dari teman sekelasku seolah memberikan energi positif dan kekuatan lebih- lebay rasanya, tapi memang begitulah adanya.
Ya bersyukur Alhamdulillah, penampilan kami berjalan lancar sesuai dengan latihan, kami sangat senang tentunya dan kami merasakan ikatan yg begitu luarbiasa, kerja keras kami mempersiapkan ini biarpun sederhana tapi sungguh sangat berkesan.
Dan sungguh pengalaman yg mengagumkan tak mampu ku lukiskan dengan kata-kata, dan aku berpikir pengalaman ini mungkin akan aku tertawakan pada saat reuni bersama mereka.
"Gila, keren banget lo !" Sambut Ridwan ketua kelasku mengapresiasi.
"Wah bisa aja lo, Wan !. Ini kan hasil kerja keras kita juga lemburan kemarin". Jawab aku senang.
"Untung aja kita bisa tampil, jadi gak kena sanksi seperti yg saat ini kelas 11 IPS 2 itu, mereka tahun lalu tidak tampil di pertunjukan acara puncak MPLS, jadi mereka tidak ikut LDK tahun kemarin, dan mereka ikut LDK tahun ini bareng kita". Panjang Ridwan menjelaskan."Oh..... gitu ternyata, baru tua gua Wan !" Sahut aku kaget.
"Ya sudah, yg penting kita sudah tampil, dan gak jelek-jelek amat kok" tertawa Ridwan mencairkan suasana dan sedikit rasa puas terpancar di wajahnya bahwa tahun ini kami bisa mengikuti kegiatan LDK.Setelah penampilan itu, kami masih duduk menonton di barisan kelas masing-masing menyaksikan kelas lain menampilkan karya nya.
Seperti pada hari-hari kemarin, kali ini aku melihat dia, dia berada di barisan kelima di sebelah kiri barisan kelasku, yg berarti ia berada di kelas IPA, sedangkan aku anak IPS, malu rasanya dengan status kelasku anak IPS "ah hanya pikiranku saja" - kelas penghujung IPS pula. Tapi justru itu tidak mengendorkan semangatku untuk bertemu dan berkenalan langsung dengan nya.
Bel istirahat pun berbunyi tepat pukul 11.45 WIB, dan demo ekstrakurikuler akan ditampilkan setelah ishoma, aku pikir ini saatnya aku berkenal dengan nya walau perasaan malu dan gugup berdegup kencang dalam hatiku.
Sejenak aku berpikir "masa iya sih, cewek yg menarik seperti dia cuma aku doang yg mau kenalan?" - gejolak hatiku melawan rasa gelisah.
"Ah dasar aku" teriak aku mengahadapi diriku yg tak punya nyali."Katanya biar kelihatan gentle, masa gitu aja takut" rasa hatiku melawan nyaliku, yg tiap kali aku berniat maka semakin menciut pula mental dan keberanianku.
"Argh..... kok jadi gini sih ?" Teriak aku tak percaya.Waktu ishoma pun berjalan seakan melambat, menungguku memberanikan diri bertemu dengan nya, tapi setiap kali aku ingin mencoba memberanikan diri, lagi-lagi nyaliku seakan tak mampu membawaku untuk berkenalan dengan nya.
Sangat terbebani nyali dan mentalku ini, lebih baik aku tampil sekali lagi diatas panggung daripada aku harus tampil di atas rasa penasaranku ini.
"Apakah ini yg namanya jatuh cinta ? Ah...., bukan itu tujuanku, mungkin aku tidak berpengalaman berkenalan secara langsung dengan seorang wanita" suara hatiku menyela diri.
Waktu kian berlalu dan masih saja rasa nyaliku tak mampu memenuhi ekspektasiku- hingga tiba saatnya demo ekstrakurikuler memulai aksinya- nyaliku tetap menciut dibuatnya.
Tapi aku tetap pada tujuanku ketika menginjakan kaki di sekolah ini, disini aku akan menyampaikan ide, gagasan dan lain-lain, aku akan berkarya semampuku untuk kemajuan sekolah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fajar dan Senja
Teen FictionGagasan menyampaikn pikiran memandu jalan di masa depan