11. CAN'T BREATHE

32.9K 1K 537
                                    

"Harapan gue kali ini cukup sederhana, mengukir kenangan yang indah bersama dengan dirinya."

- Arjuna -

************

Kedai es krim yang terletak di pinggiran kota menjadi tempat di mana Arjuna menghabiskan waktunya bersama Inara. Dengan perasaan yang menghangat sekaligus cemas, Arjuna menatap manik mata milik Inara dengan lekat. Sebenarnya Arjuna sendiri tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan manis seperti eskrim ini, tapi mau bagaimana lagi? Tidak sesering mungkin, juga tidak masalah bukan?

Inara terlihat sangat senang menikmati es krim yang tengah disantap, dan kemudian Ia menatap Arjuna yang terlihat memandanginya. Inara menjadi salah tingkah, dan segera mengambil tisu untuk mengelap ujung bibirnya. Takut kalau ada yang belepotan.

"Manis banget," gumam Arjuna.

"Eh?" Inara menyahut.

"Eskrimnya manis, terus dimakan sama lo jadi makin manis," ucap Arjuna.

Jiakh, Inara merasa pipinya memanas padahal ruangan tersebut cukup dingin. Kemudian Inara kembali menyendokkan eskrimnya lagi ke dalam mulut, pipimya berkedut-kedut karena menahan senyuman.

Ah, kenapa dia merasa gerah sekarang?

"Ra, kapan-kapan mau jalan bareng sama gue enggak?" tawar Arjuna tiba-tiba.

"Kak Arjuna ngajak aku jalan?"

Arjuna mengangguk.

"Iya, lo mau?"

"Ehm ... emang mau jalan ke mana?"

"Ke mana aja asal berdua sama lo."

Inara terbengong, kemudian tersenyum tipis. "Lihat waktunya dulu ya, Kak. Kenapa kakak enggak ngajak Kak Fanya aja?"

Arjuna menghela napas berat. "Ra, gue pengennya jalan sama lo. Bukan Fanya."

"Tapi kan dia...." Inara memberikan jeda. "Dia kan tunangan kakak," lanjutnya dengan suara memelan.

"Tapi gue enggak pernah anggap dia tunangan gue. Karena gue enggak pernah mau tunangan sama dia. Lagian apaan sih tunang-tunangan segala? Gue masih muda, masih banyak yang pengen gue jalanin."

"Terus kenapa kakak bertahan kalau emang enggak mau tunangan sama Kak Fanya?"

"Gue harus ngejaga perjanjian bisnis, Ra. Hanya sampai...." Arjuna menjeda ucapannya. Rasanya dia tidak kuat mengatakan alasan dari perjanjian bisnis itu tidak lain karena penyakitnya. Pertunangan itu berakhir jika dia tiada. Hanya itu. Dimanfaatkan oleh keadaan, itulah yang Arjuna rasakan. Sebenarnya dia tidak ingin seperti ini, sungguh. Dia hanya ingin menemani dan menghabiskan waktunya bersama seseorang yang ia cintai, yaitu Inara. Dari semasa kecil dia selalu memerhatikan Inara, menjaga Inara, dan selalu ada di dekatnya walau keberadaannya tidak diketahui oleh Inara.

"Hanya sampai apa Kak?"

"Hanya sampai waktu ulang tahun gue," lanjut Arjuna.

"Wah, emang kapan ultah kakak?"

"Masih lama."

"Kapan emang?"

"Kenapa emangnya?" Arjuna berbalik bertanya.

"Mau tahu dong! Kali aja bisa undang-undang aku kalau kakak ngadain pesta, hehehe," kekeh Inara.

Arjuna geleng-geleng kepala. "Nanti lo juga tahu, Ra. Lagian gue pasti undang lo kok, lo kan spesial."

"Di hidup gue," lanjutnya lirih.

"Apa kak? Enggak denger?"

"Gapapa, yuk buruan habisin habis itu kita pulang. Udah mau sore juga nih."

365 Days with Arjuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang