1.2

1.1K 108 14
                                    

jadilah wise readers dengan selalu meninggalkan jejak berupa vote dan comment sebagai bentuk respect kepada author.

also, add this story to your library agar mendapatkan pop-up notifikasi saat update.

and..
enjoy your precious time, bb💚

♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa saat meluapkan segala amarahku dengan meminum cognac, aku mendengar suara seseorang yang sepertinya tak asing lagi ditelingaku.

Apakah suara lembut itu milik Irene?

Thank you, Seulgi. Aku benar-benar meminta maaf karena suamiku telah merepotkanmu,” samar-samar kulihat Ia membungkuk meminta maaf. Benar-benar istri yang teladan, huh?!

Nope, Kak Irene. Sama sekali tidak merepotkan kok. Untung aku mengingat wajah tampannya sebagai mempelai priamu saat resepsi pernikahan kalian.
Sebaiknya kakak cepat bawa dia pulang. Aku rasa dia mabuk berat, dan lagi aku juga akan menutup bar nya,” ujarnya.

"Oke, aku pamit ya Seulgi. Sekali lagi terima kasih banyak,"

Dan kembali terulang lagi.
Kenapa sih aku selalu saja merepotkannya? Ia begitu baik padaku, tapi aku tak pernah bisa dan mau untuk membalas semua kebaikannya.

Irene segera memapahku masuk ke dalam mobil, mobil milikku sudah berada dalam kemudinya karena keadaanku memang sama sekali tidak memungkinkan untuk menyetir.

Sesampainya di rumah, Irene membaringkanku di atas ranjang. Tak lupa sebelumnya Ia telah mencopot sepatu dan menyingkirkan coat tebal milikku. Tergesa menuju dapur untuk mengambil baskom berisi air hangat lengkap beserta handuk kecil. Dan dengan lembut serta perlahan, Irene mengelap wajah dan leherku dengan air hangat itu.

Tuhan, Irene benar-benar wanita yang sangat baik. Betapa besar pengabdiannya kepada suami. Aku yang bajingan ini sangat tidak pantas untuknya.

“Mas, Apa kamu begitu mencintainya?” tanyanya tiba-tiba seraya terus mengelapku hingga ke bagian collarbone.

Tunggu! Dia bilang apa tadi? Aku mencintai siapa?

“Aku yakin Mas Suho begitu mencintai Nona Kim. Kalau tidak, mana mungkin keadaan Mas berantakan sampai seperti ini. Iya kan?” kali ini Ia menghentikan kegiatannya mengelap tubuhku, lelehan air bening mulai mengalir dari matanya yang indah. Demi Tuhan, jangan lagi!

eternity - suho, ireneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang