Heyy.. ini cerita horor pertama..
Hanya terdiri dua chapter...Happy Reading 👀
Pagi yang begitu mendung dengan udara yang entah mengapa terasa begitu dingin. Aima mendekat kearah jendela mobil dan mengulurkan jarinya seraya menulis kalimat abstrak di jendela yang berembun. Hari ini Aima kembali ke kota kelahirannya, kota yang meninggalkan banyak kenangan hingga 5 tahun yang lalu sejak kematian orang tuanya membuat Aima memutuskan pergi dan pindah ke Bandung.
Sekarang Aima kembali karena perjodohan terhadap sosok pria yang ada disampingnya saat ini. Pria yang hanya berbicara seperlunya, pria yang bernama Arafsyah Habsyah Putra seorang polisi berpangkat perwira pertama bertingkat tiga atau yang disebut AKP.Kepolisian.
“Kamu yakin mau tinggal dikosan Ai?” pertanyaan pertama yang diajukan Araf kepada Aima.
“Yaa.. tinggal dikosan lebih efektif karena aku tak perlu naik kendaraan untuk pergi ke kampus.’’ Jawab Aima seraya menatap dalam ke arah Araf yang entah mengapa terlihat begitu kelam dan gelap dari sudut pandangannya yang lain.
“Padahal aku nggak keberatan loh, kalau kamu mau tinggal juga di apartement ku nanti kita berangkat bareng setiap pagi toh kampus tempat kamu mengajar juga searah dengan kantor polisi tempatku bekerja.”
Aima hanya mampu mengumpat didalam hati, inikah pria yang dipilihkan oleh tante nya?.
“Maaf Raf.. kita belum ada ikatan.” tanggap Aima.
“Aku pikir lama tinggal di kota metopolitan telah membuat kamu nggak berpikiran sempit, tapi aku suka itu artinya kamu perempuan baik – baik” ucap Araf seraya mengerlingkan mata kearah Aima.
“Sudah sampai Ai...” seru Araf seraya memarkirkan mobilnya di halaman kosan yang begitu luas.
Aima pun segera membuka pintu mobil, pandangannya mengedar menatap kesegala penjuru kosan yang berwarna putih “Pondokan Luka” itulah nama yang terpampang.“Pondokan Luka.. nama kosan nya unik kan ? Luka itu nama anak bibik Arum yang telah meninggal.” Jelas Araf saat melihat keterdiaman Aima seraya mengusap belakang leher dan lengannya secara bergantian.
Araf pun menyeret koper Aima dengan diikuti Aima yang tengah memeluk kardus kecil yang berisi barang-barang nya.
“Assalamualaikum...” Araf mengetuk salah satu pintu kosan yang bertuliskan nomor 05.
“Astagfirullah...” Ucapnya kaget saat pintu terbuka namun yang membuka tak menjawab salamnya.
Aima menatap seorang perempuan yang membuka pintu tersebut dengan heran karena wajah perempuan dihadapan mereka terlihat pucat.
“Ini kuncinya mas...” Perempuan tersebut mengulurkan kunci kearah Araf lalu tanpa kata kembali masuk dan menutup pintu kosannya.
“Dia kenapa?” tanya Araf kepada Aima, namun Aima hanya terdiam dan terus menatap kearah pintu yang telah tertutup dihadapannya.
Suara tangis bayi yang meski tidak keras namun entah mengapa terdengar begitu jelas ditelinganya.
“Kamu mendengar suara tangisan ?” tanya Aima kepada Araf.
“Tangisan ? aku tidak mendengar apapun, sudah ayo aku bantu menyusun barangmu karena jam 10 nanti aku ada tugas lapangan.”
Aima hanya mampu menurut saat tangan Araf menarik tangannya menuju kamar kosannya yang bernomor 10.
*****
Ada yang berbeda dari dirinya sejak ia terbangun dari komanya, yaa Aima pernah mengalami koma selama 17 hari saat mengalami kecelakaan maut yang juga menewaskan ayah dan ibunya. Saat ia membuka matanya Aima melihat banyaknya asap hitam yang mengepul di dalam ruangannya saat itu yang dilakukan Aima hanya memejamkan matanya kembali karena ia pikir matanya bermasalah namun saat ia membuka matanya semua yang ia lihat tetap sama. Sejak saat itu ia mulai mengerti apa yang terjadi pada dirinya meski reaksi yang Aima lakukan adalah menjerit dan menangis terus menerus hingga dokter yang menanganinya memutuskan memberi obat penenang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerit Tangis Sang Janin
Misteri / ThrillerHanya cerita horor pendek 🙇 Ada yang berbeda dari dirinya sejak ia terbangun dari komanya, yaa Aima pernah mengalami koma selama 17 hari saat mengalami kecelakaan maut yang juga menewaskan ayah dan ibunya. Saat ia membuka matanya Aima melihat banya...